di depan sana musuh menghadang pasti
walau di balik gunung pasir itu
tapi gemuruhnya demikian keras terdengar
denting pedang dan tombak bergesekan
mereka sudah menunggu
kematian di depan mata
apakah nyali lalu menghiba agar kembali?
tidak
bahkan ia tersenyum
seorang penyair pecinta dan pencipta kalam itu
yang berangkat bertempur karena cintanya pada Tuhan dan nabinya
tersenyum saja
mata berbinar
ia bergumam bibirnya bergetar
jika kau dekati
maka yang terdengar adalah
satu kata yang terulang ulang
surga
surga
surga
dan saat bendera perang dikibarkan
ia menghambur gembira
menjemput cintanya
dengan berbinar.
Cawang, 11012018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Kamis, 11 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar