Jumat, 29 April 2011

media adalah sarana...

Pintu informasi saat ini terbuka luas, banyak berita yang tidak lagi sajikan fakta, melainkan hanya opini. Dengan munculnya facebook dan tweeter, celotehan siapa pun bisa terdengar ke seluruh dunia. Dan manusia menjadi pelepah pohon yang terhempas-hempas dalam ombak berita... kebenaran terjual demikian mudah, namun kadang juga terlempar di ceruk dalam. Di kepala kita, tiba-tiba saja dipaksa menikmati sajian pernikahan di negeri asing, yang sebenarnya tak penting; bahkan hanya "jadiannya" seorang duda selebritis pun tiba-tiba dipaksakan menginap dalam rongga kepala....

Dalam segala galau ini, sejenak aku butuh nikmati segarnya makna dua ayat dalam surat Al-Hujuraat:
[6]Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [7]Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

Mungkin kita memang harus terus berbenah, bagaimana tidak terlalu "lebay" mengkonsumsi berita dan opini masyarakat; namun juga menjadi motivasi, bagaimana merencanakan dakwah, sebagai informasi kebenaran yang mestinya bisa "populer" dan dapat dikonsumsi secara meluas di seluruh lapisan masyarakat. Media adalah sarana penting dalam piranti dakwah kita...

Semoga...

Rabu, 27 April 2011

Asa Adila Madania

Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: "Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.." hmm... Yang membedakan Kartini dengan wanita Indonesia lain di jaman-nya adalah... ia terus memelihara "harapan" dalam hatinya, demikian pula hati wanita2 Indonesia pada masa itu...

Kedua, dijelaskan dalam buku "Visi Peradaban Komprehensif - Al-Ikhwan Al-Muslimun" salah satu faktor kebangkitan dan unsur kekuatan utama yang dibutuhkan oleh berbagai ummat dan menjadi sandaran berbagai bangsa adalah: Harapan yang luas. Al-Qur'an memberi ummatnya berbagai cara untuk mengeluarkannya dari umat yang mati menjadi umat yang setiap elemennya memiliki kehidupan, tekad, harapan, dan ketetapan hati.

Berdasar dua hal tersebut di atas, rasanya tepat jika puteri ketiga-ku yang lahir bertepatan dengan hari Kartini itu, aku beri nama Asa, yang bermakna harapan. Karena harapan unsur penting dalam kebangkitan ummat.... lengkapnya: Asa Adila Madania, menjadi harapan tegaknya keadilan dan terwujudnya masyarakat madani, masyarakat modern yang berperadaban, egaliter, berfikiran terbuka, berwawasan luas, dan terus mendorong pembangunan yang berkesinambungan...

hmm... jadi berat banget, makna nama anak-ku; semoga tidak menjadi beban, melainkan motivasi, karena nama adalah do'a. Aamiin.

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...