"Jika benar kau pemerhati hal-hal sederhana, maka apa yang paling tercatat di mula pertemuan kita dulu?"
Mungkin jawabannya adalah senyum itu di antara keruhnya hari dan suntuk kebanyakan orang di saat itu. Memantik tanya, energi apa yang membuat layar kapal tetap terkembang pada badai yang bahkan mampu membuat karang meringkuk muram. Dan karena kita semua seperti buku, maka saat kutemukan kata tangguh pada bab akhir kesimpulan, jadi penasaran kubuka ulang pada bab pendahuluan, apa latar belakang semua ini?
Pada bab itu, kutemukan banyak guratan. Ternyata benar, pelajaran terbaik adalah penderitaan. Kesedihan yang dikelola dengan baik melahirkan kedewasaan dan kepedulian. Konon si paling menderita itu adalah si paling peka. Dan panjangnya lini masa yang dijalani membuat kaya catatan usianya. Sehingga semakin banyak luka yang dijalani, semakin lebar dan luas pula dunia nyamannya. Pada akhirnya tak ada ruang untuk tidak tersenyum, pada saat apapun.
Jadi bermula dari senyum yang salah saat dan tempat itu, aku jadi tahu kau adalah lukisan dengan kelengkapan warna, simponi dengan keragaman nada juga tarian dengan kerancakan gerak raga. Jadi paham kan mengapa aku suka? eaaah...
nugroho putu, 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar