hujan menghajar bumi
aku suka
berjalan saja tanpa berteduh
hajar saja aku
airmu basahiku
sembunyikan air mataku
bukankah air adalah obat segala luka
kuharap juga mujarap untuk luka ini
perih biarlah
saat kilat menyambar kutahu sebentar lagi guntur menggelegar
saat tepat untuk berteriak lantang
buang jauh jauh kesal, lepaskan gelisah terbang
terang sesaat
kembali gelap
derasnya seperti lenyap
gemuruhnya senyap
terduduk aku
nir nalar
jika masih luka biarkan aku tetap tak sadar
- tubuh lelaki itu rubuh, seperti seonggok kayu besar saja. hujan terus menderas-
Bekasi, 23012018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar