Minggu, 29 Maret 2015

Meronta dalam batas, menahan dalam keberlimpahan.

Adalah tentang pengelolaan atas keterbatasan dan pengelolaan atas keberlimpahan. Mungkin bisa disebut sebagai manajemen keterbatasan dan manajemen keberlimpahan.

Adalah dua sisi yang bisa jadi ada dalam satu kondisi yang sama. Contoh semalam saat aku merasa kehabisan waktu untuk rehat. Saat itu adalah keterbatasan atas waktuku, namun di sisi lain itu adalah keberlimpahan jaringan dan potensi penghasilanku.

Saat masih menganggur dulu itu sebaliknya keterbatasan pekerjaan dan penghasilan namun ada keberlimpahan waktu luang yang kita miliki.

....

Demikian.
(Poetoe)


Limit atau batasan...
Setiap manusia memiliki titik limit atau ambang batasnya..
Apabila kita sudah mencapai titik tersebut alarm tubuh akan berbunyi misal kalau terlalu lelah maka kita akan mengantuk atau sakit...
Tetapi ambang batas bisa di perlebar bila kita melakukannya dengan bahagia...

Dan begitupun orang-orang disekitar kita memiliki limit terhadap kita..
Protes-protes mereka terhadap kita merupakan tanda kalau kita sudah di luar batas mereka..

Hmm...pengaturan waktu mungkin yang perlu dilakukan mana yang perlu dilakukan mana yang tidak perlu..mana yg menjadi prioritas mana yg tidak.
(Lila)

Petasan warna kita.

Sebuah adegan dalam khayalan tentang mPing.

Kita membuat petasan dengan daya ledak kecil, di dalamnya berisi buliran-buliran berbagai macam warna.

Lalu kita duduk melingkar. Petasan itu kita letakkan di tengah-tengah. Kita menyalakannya.

Dorr.... warna-warna berhamburan. Lalu kita tertawa bersama. Tertawakan wajah kita yang belepotan banyak warna.

Permainan yang lalu kita mainkan adalah kita saling berhitung warna apa yang paling dominan di masing-masing kita. Juga menguji seberapa banyak warna yang sama...

Berikutnya kita mulai membahas makna warna-warna itu. Sehingga terungkaplah kesesuaian kita yang telah menjadi salah satu alasan menyatukan kita.

Demikian.

Minggu, 15 Maret 2015

Matahari Senja

Matahari senja... membungkam perbincangan
Saat kita bercakap tentang pencarian
Bukan cara mencarinya melainkan untuk apa mencarinya....

Kita berbasah-basah prasangka
Bahkan terkadang tentang Dia
Mengapa harus seberjarak itu?

Matahari senja menjelma menjadi pengabdi pengetahuan
Mencinta ilmu sedemikian dahsyat
Meraciknya dalam tantangan dan penaklukan

Apakah keyakinan itu tanpa melibatkan-Nya?

Bagaimana Dia bisa tak terlibat,
Karena bahkan dalam dosa kita pun Dia mencermatinya....

Sabtu, 14 Maret 2015

Tak lagi ada dekat

Aku ingin tak lagi ada kata dekat
Karena kita memang tak berjarak
Bahkan tidak pula kata lekat
Karena kita memang dua kurva yang saling mengisi ruang

Aku semakin nyaman menyelinap dalam relung jiwamu
Menjadi remah-remah pun aku nikmati
Aku mulai bahagia dalam setiap tawamu...

Keberadaan yang justru melenyapkan
Lenyap bukan hilang melainkan lebur
Bercampur dalam partikel-partikel jiwa yang sama.

Tentang menonton Rectoverso...

Dia: Aku sudah kelar nonton

Aku: Cerita mana yg paling kau suka?

Dia: Tidak ada yang aku suka, semuanya bad ending. Tapi kalau disuruh memilih, aku pilih yang 'cicak'.

Aku: Hummm..  percintaan yg bergelora

Dia: Aku tidak melihat tentang geloranya
Tapi tentang pemahaman akan sebuah cinta

Aku: Maksudnya?

Dia: Terkadang dalam hidup, kita terlambat paham akan sesuatu
Aku rada terkejut.

Aku: Terkejut oleh? Alur ceritanya?

Dia: "Sarah, kamu tahu apa tentang cinta."
Dan pada endingnya Sarah sepertinya mulai paham arti penting cinta itu.

Aku: Kau memang pembaca yang baik..
..

Jumat, 13 Maret 2015

Seberapa pentingkah kata....

Seberapa pentingnya kata menurutmu?

Dengan kata, saya bisa menyebut ibu utk pertama kalinya. Saya bisa memainkan imaji saat sepi. Sampai mengenal dunia luas walau belum semuanya saya jejaki. Jadi... seberapa pentingnya? Tak terhingga.

Jujur saya lama mikir untuk menjawabnya mas. Sudah sekian lama saya suka membaca dan menulis tapi belum pernah terpikirkan seberapa pentingnya kata buat saya.

#nuke

Nuke and Nug.

Nug: Berbincang yuk. Perbincangan kita terkadang merangsang ide-ide lainku untuk berlompatan.
Berlompatan cari perhatian
Nuke: Apa yang dimaksud berlompatan cari perhatian?
Nug: Mereka mencari perhatianku untuk aku tangkap lalu aku ikat dalam sangkar kata kata.
Nuke: Perhatian bisa didapat jika kita sudah berani menunjukkan diri tanpa ragu, jadi sebenarnya perhatian tidak perlu dicari.
Nug: ....menunjukkan diri tanpa ragu.
... perhatian tak perlu dicari...
Nuke: Hukum sederhana
Nug: Keraguan serupa mendung atau awan gelap yang menutupi cahaya mentari diri....
Ketidakraguan menciptakan pesona. Kejujuran yang tak perlu diucapkan. (Mencoba gunakan frase-frasemu untuk berbincang denganmu. #nukelinguistik)
Nuke: Aih tagarnya
Dan bukankah kejujuran seharusnya memang tak perlu diucapkan? Seperti "ikhlas", tak perlu pula terucap melalui kata. Cukup simpan di benak diri... dan tercipta komunikasi alam antara hamba dan Tuhannya.
Nug: Bagaimana kita bisa bicara jujur saat jujur itu tak perlu diucapkan?
Itukah artinya berkata jujur itu lalu tak lagi perlu?
Nuke: Bukan bicara jujurnya, tapi kata "jujur" itu tak perlu diucapkan secara gamblang. Tak perlu penjelasan atas kejujuran yang terucap, apalagi pertanyaan.
Nug: Aku setuju. Bahkan saat seorang mundah mengatakan "kalau boleh jujur nih ya... " adalah bentuk dari keraguan ia akan kejujurannya sendiri.
Nuke: Entahlah mas, kepala saya terasa berputar-putar diisi oleh kata-kata yang berputar-putar dan kecerdasan di bawah rata-rata yang perlu diputar-putar pula agar tak melulu di bawah.
Nug: Aku semakin menikmati percakapan ini.
Seabsurd apa pun.
Mungkin reaksi nuklir itu mulai beraksi di genangan sel kelabu otakku.

Nug: Apakah ini mengganggu masa rehatmu? Kau biasa bangun malam untuk berkomunikasi alam sebagai seorang hamba pada Tuhannya setiap dini hari?
Nuke: Masa rehat saya dimulai esok hari. Jadi tenang saja. Haha
Nug: Wow...
Nuke: Terkadang iya, komunikasi paling indah dibanding perbincangan mulut apa pun. Pernahkah membayangkan ketika sujud lantas Allah mengelus kepala kita dan membisikkan "Aku mencintaimu, hamba-Ku."? Kalau belum, cobalah. Sangat indah... dan tentunya menyejukkan.
Nug: Kau pernah merasakannya?
#nukesufistik
Nuke: Pernah
Itulah kekuatan sugesti, kita bisa merasakan yang ingin dirasakan walau hanya lewat bayangan semu. Cukuplah untuk sejenak melipur hati.
Nug: Itu definisi Ihsan. Kau mencerahkanku.
"Ihsan: beramal seakan akan kau melihat-Nya, dan jika tak terlihat maka pastilah Dia melihatmu."
Kau memang nuklir yang tetiba menua melampauiku
....
Aku yang bahkan  pernah mendekati-Nya hingga ke tanah suci, pun belum pernah merasa seakrab itu dengan-Nya.
Nuke: Seperti katamu tadi Mas, mungkin saya bisa melipat-lipat waktu... sampai bisa-bisanya meragukan antara masa lalu dan masa depan.
Nug: Jangan-jangan... kau juga sejenis vampire?
Atau apapun yg mengabadi dan saat bersamamu layak untuk abaikan waktu.

Nug: Sebenarnya aku punya masalah... karena demikian rancu peran dan topeng yang aku kenakan....
Kau mungkin bisa bantu mengurainya....
Dengan-Nya... sebenarnya aku cukup dekat. Karena aktifku di DKM kantor dan lingkungan rumah.
Namun ada sisi gelapku yang terbangun dari kenakalan-kenakalanku....
Belakangan ini keduanya saling berebut.
Nuke: Rancu?
Nug: Yup. Dua kutub. Terkadang terlihat sebagai orang baik baik. Terkadang aku menjadi bukan orang baik baik.Tak bisa dipungkiri... ini mengganggu waktu rehatku. Sering insomnia.
Nuke: Kalau itu hanya perkara anggapan orang lain, saya rasa tak perlu dipusingkan.
Tapi beda halnya jika anggapan itu berasal dari diri sendiri, bukankah terkadang kita butuh gelap untuk sejenak rehat menenangkan diri? Tentu tidak selamanya, gelap juga harus disusul terang untuk mendamaikan.
Nug: Ini tentang anggapan diri. Aku terlalu asyik nikmati berselancar rasa.....
Hingga tergelincir dalam gelap cukup dalam.
Nuke: Beri pencahayaan cukup untuk bisa melihat jalan keluar. Tapi jangan terlalu terang apalagi terik, bisa menyilaukan.
Nug: Saran yg bijak.
Malam ini kau meledak beberapa kali di dalamku.
....

Pertanyaan tentang lelah kata

Aku mengajukan pertanyaan  ke beberapa teman:

Pernahkah merasa lelah dengan banyaknya kata-kata yang ada di sekitar kita?

Kata yang terlanjur terucap,
Kata yang tercatat dalam tulisan,
Kata terbaca oleh retina mata,
Maupun kata yg sekedar mendiami otak saat kita pikirkan....saja...

Pernahkah?
Dan bagaimana menurutmu cara kita rehat atasnya?

Jawaban Nuke:
Abaikan. Terkadang cara terbaik untuk menyelesaikannya ya dengan diam. Bukankah kita punya Tuhan yang dengan-Nya kita bisa bercerita tanpa batas? Tidak ada keraguan atas itu. Setahu saya.

Jawaban Desi:
Aku tidak pernah lelah dengan kata-kata.

Aku kerap lelah dengan keadaan.

Mungkin kata-kata sebenarnya dimensimu, dimensi di mana kamu tenggelam.
Sementara atmosfir kerap menjadi dimensi di mana aku kerap menemukan masalah.

Kamu mungkin harus menemukan dimensi lain. Di mana kamu tidak lagi perlu berpikir untuk menuangkan kata-kata..di mana kamu bisa rehat memikirkan inspirasi-inspirasimu..di mana kamu bisa mengatakan aku bebas dari penatnya kata-kata yang memenuhi isi kepalaku.

Mungkin kamu bisa menemukannya saat kamu sudah benar-benar bisa melepas topengmu.
Tidak lagi mengutamakan kata-kata yang kamu untai indah kepada belasan orang yang kamu temui tiap harinya.
Kamu harus mulai menikmati dirimu sendiri.

Jawaban Lila:
Kamu kenapa mas?
sesekali kamu harus lepaskan sayapmu...

Jawaban Khamdan:
Rehat mungkin dengan dengar kan musik ..
Tapi paling ampuh ya istighfar..

Jawaban Rina:
Perlu disaring tidak semua harus didengar dan diresapi...

Jawaban Listra:
Aku tidak tahu. Kita punya masalah yang sama....

Semua jawaban menenangkan. Terima kasih.

Pengulangan atau keberpasangan

Nuke: Gelap akan berganti terang, terang akan disusul gelap. Apa bedanya? Kalau kehidupan manusia selalu berputar dan sejarah berulang, apa bedanya masa lalu dan hari ini? Bukankah itu artinya masa depan adalah masa lalu juga sebenarnya?
Tiba-tiba ada pertanyaan liar yg hadir di kepala saya. Haha

Nug: Ahai... waktu yg absurd. Khas vampire.

Ini jawaban atas pertanyaan liarmu:

Bagaimana jika ini bukan  perkara pengulangan, melainkan keberpasangan...

Karena gelap dan terang itu dua kekasih yg selalu saling mengikuti. Tak ada terang tanpa gelap demikian pula tak ada gelap tanpa terang.

Sedang tentang masa depan dan masa lalu pun demikian. Masa lalu toh pernah pula menjadi masa depan juga masa depan kelak jadi masa lalu....

Terpikirkankah bagaimana peran waktu mempertemukan kita?

Apakah kita dalam ruang tanpa waktu pun pernah dipertemukan??

(Nuke dan Nug)

Kamis, 12 Maret 2015

Antara kita. Antara kita, saja (untuk MPing)

Rasanya belum lama,
Ini tentang genangan yang kita tuang bersama.
Nafas yang kita bagi pada semesta
Angin yang kita tiupkan pada segenap ruang.

Lepaskan keheningan, enyahkan
Indahnya sunyi yang kita usir dengan tawa
Laparnya kesedihan terkenyangkan dengan gelegak bahagia
Antara kita. Antara kita, saja.

Kita adalah armada harapan
Hidup dalam bahtera
Asah mimpi
Menyiasati waktu
Dalam cengkerama hangat
Antara kita. Antara kita, saja.
Nama kita tercatat di permukaan meja biru.

Pastikan ini tak hanya sementara
Untuk menjaga rima dan
Tarian jelang perpisahan
Ulurkan tangan... ayo berpegangan.

Jumat, 06 Maret 2015

Membaca dan dibaca

Membaca tentang seseorang, mengeja satu-satu adegan yang pernah ia perankan, mencerap setiap yang pernah dia rasakan itu seru. Menambah ilmu dan sembuhkan dahaga hasrat keingintahuan.

Namun ternyata, dibaca oleh seseorang, dieja satu-satu adegan yang pernah aku perankan, dicerap setiap yang pernah aku rasakan itu tak kalah seru. Berharap bisa menjadi ilmu dan penyembuh hasrat keingintahuannya.

Membaca dan dibaca.

lintasan kilat

Percayakah bila ada perkenalan yang sesaat namun tiba-tiba menjadi sangat dekat? Melampaui kedekatan dengan perkenalan-perkenalan yang lainnnya? Mungkin saja memang ada. Dan saat itu waktu seakan kehilangan peran pentingnya. Ia terisak saja di sudut ruangan jiwa. Perjumpaan, beriringan dengan kalimat-kalimat basa-basi, lalu seperti reaksi nuklir. Berkembang demikian cepat. Menyentuh dengan cepat dan tepat di lubuk hati terdalam. Demikian cepat hingga ketekerjutan pun terpana.

Saat kesadaran kembali, mereka saling tatap. Ada ektase. Kebahagiaan karena informasi yang demikian banyak itu tiba-tiba ada di rongga kepala. Tatapan itu menjadi semacan konfirmasi. Dekat dan lekat.

Mungkin ini tentang anak panah cinta yang dilesatkan demikian cepat. Dan tepat di dasar telaga jiwa. Perihnya indah, lukanya lezat tak terkira.

Iya sudahlah.

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...