ini tentang kesepian dan kebisingan saat menunggu sang imam itu datang melamar.
serupa
garis atas waktu dalam rentang umur yang menunggu garis yang lain
berpapasan namun tak sekedar menciptakan irisan, harapannya tentu
bergerak menyejajar lalu bertemu dalam garis satu, melangkah bersama.
dalam
menunggu ada riuh yang mengganggu, ada kurva absurd yang saling tubruk,
mengejawantah dalam bentuk monster kebisingan dengan cakar cakar
keliaran.
namun ada juga sunyi yang nirbunyi menggigit hati dengan dengung panjang yang teramat panjang.
keduanya sama ciptakan siksa.
ujung malam lah sang penyelamat, ia sediakan ruang diam yang tepat,
untuk memohon mohon dengan kerjap mata menghiba, air mata dan geletar harap yang dahsyat.
air mata hingga fajar tiba, adalah energi suci saat mata tersetubuhi matahari di pagi nanti.
kilaunya indah.
Bekasi, 21012018
Poetoe.
Selasa, 23 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar