Rabu, 24 Januari 2018

Heroin

Lihat langit. Biru. Awan putih indah, seperti serbuk heroin tertebar.

Pemadat rindu. Serupa embun sejuk tersusun, menikmati harum pagi dengan hati yang sabar

Menenggak kecemasan. Ketidakjumpaan ini mengulitiku, denyut jiwa berdebar getar.

Di jalanan. Menjadi yang tercepat, mendorong menggumpalkan penat. Bayang senyummu menguraikan deru skuadron kuda besi yang menjalar.

Berharap mampu jarak kulipat, agar tubuhmu bisa kudekap cepat, erat. Namun belukar kedengkian halang jalar menjalar.

Adalah doa menjadi tuah. Berharap kebaikkan penuh rahmah, untuk mu. Di sisi kedengkian dunia yang tegak mengakar.

23012018
Noe and Nug.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...