Lihat langit. Biru. Awan putih indah, seperti serbuk heroin tertebar.
Pemadat rindu. Serupa embun sejuk tersusun, menikmati harum pagi dengan hati yang sabar
Menenggak kecemasan. Ketidakjumpaan ini mengulitiku, denyut jiwa berdebar getar.
Di
jalanan. Menjadi yang tercepat, mendorong menggumpalkan penat. Bayang
senyummu menguraikan deru skuadron kuda besi yang menjalar.
Berharap mampu jarak kulipat, agar tubuhmu bisa kudekap cepat, erat. Namun belukar kedengkian halang jalar menjalar.
Adalah doa menjadi tuah. Berharap kebaikkan penuh rahmah, untuk mu. Di sisi kedengkian dunia yang tegak mengakar.
23012018
Noe and Nug.
Rabu, 24 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar