semut kecil hitam berkepala besar
sendirian saja
gerakan kepalanya mengangguk angguk
entah anggukan setuju atau tanda bahwa ia mengerti
tapi setuju atas apa
atau mengerti tentang apa
atau
jangan jangan ia meledekku
lelaki bodoh yang duduk di bawah pohon,
memandang semut di bebatuan
mungkin bukan sekedar memandang
melainkan saling berpandangan
dan ia yang lebih mengerti aku
dibanding aku mengerti dia
dan sepertinya memang iya
karena lalu ia mendekat
memanjat sandalku, hingga meraih jempol kakiku
berhenti di sana, mungkin ia mencermati tekstur kulit kakiku
menghitung berapa luka di jemari
bisa jadi ia juga menganalisa sebab luka itu
membaca masa laluku dari kulit kakiku
aku jadi takut
hendak kusentil pergi tapi....
terpikir jika ternyata bukan itu yang ia pikirkan? alangkah kejamnya
akhirnya aku biarkan saja
jika pun ia baca, lalu apa rugiku
ia toh tak punya sosial media untuk menyebarkan rahasiaku
paling ia hanya akan sampaikan ke teman teman sesama semut,
itu pun kalau ia bisa kembali pulang
melihat kesendiriannya, bisa jadi ia semut yang tak punya banyak teman
belum lagi cuaca yang mungkin sebentar lagi hujan
bisa jadi ia terbawa arus, lalu tersesat tak temukan jalan pulang
semut itu mendongak ke atas
seperti mencari wajahku
lalu mengangguk angguk lagi
entah anggukan apa
mungkin anggukan mengerti
tentang apa yang aku pikirkan
atau anggukan permisi, ia mau pamit
karena tak lama setelah itu
ia beranjak
begitu saja
tanpa gigitan
begitu saja.
Subang, 01 Januari 2018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Selasa, 02 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar