Rabu, 08 Agustus 2018

panggung kita

serupa di tengah panggung, berdiri canggung
gemuruh penonton berdengung
terkadang linglung
mendadak bingung

hidup adalah tonil
bersiap bertahun tahun hanya untuk pertunjukan beberapa menit
tak ada yang sia sia
jika setiap langkah itu ternikmati

hidup adalah tonil
beramal sepanjang usia hanya untuk presentasi sekali di hari hisab
seberapa baikmu
seberapa burukmu

ini panggung,
seserius apakah kau mainkan peranmu

sia siakah
atau indah penuh makna.

terserah.

Halte Pancoran Barat, 08 Agustus 2018
Poetoe

masa maya kita

kita dan nafas bahagia itu adalah perjumpaan yang sesaat namun padat makna
jumpa tak benar benar jumpa pun tak mengapa
seperti siang, ketuk pintu maya lalu terbuka senyum lebar bahagia menguar semesta digelar
bahkan kata tak benar benar terdengar
hanya gerak bibir mengalirkan rasa sayang yang teramat pekat
melekat padat pada cuaca
meremuk lebur pada debur nafas

kita dan nafas bahagia itu adalah tatapan berjarak namun dekat dalam detak jantung yang sama
tatap tak benar benar menatap pun tak mengapa
seperti detik yang moksa kehilangan getirnya karena kenangan dan harapan bersetubuh menyatu dalam ruang mimpi.

jejak kita menjadi sisa sisa dalam jalan digital
menjadi jelaga pada usia
mengabadi pada lembar ingatan

kau sesalikah?

paling tidak, kita pernah bahagia
kita pernah sangat bahagia.

Halte Kuningan, 08 Agustus 2018
Poetoe

Pukul 00

enam menit lagi, tengah malam tiba
dan aku belum juga selesaikan puisi ini
aku hanya tak ingin ada puisiku yang kutulis di dua tanggal yang berbeda
aku harus bersegera selesaikan

tapi apa yang harus aku tulis?

tentang tanamanmu di pot hatiku?
boleh juga, karena memang tema ini sedang seru serunya di hari hari ini
tanaman yang tak pernah sengaja ditanam
hanya kebetulan
kebetulan yang indah

tatap mata
saling sapa
lalu terhubung oleh nada
membubung menjadi gelora
dentum dada tiada tara
siapa sangka

tanaman yang tumbuh saja
tak tersiram pun tetap tumbuh
bahkan hingga berganti tahun
semakin kekar akarnya
siapa sangka

duh, satu menit lagi pukul nol nol
aku harus akhiri
jika tidak, puisi ini akan dimulai dan diakhiri pada tanggal yang berbeda.

Bekasi, 8 Agustus 2018 pukul 00.00
Poetoe

deklarasi cinta

jarak hanyalah membran tipis yang sudah aku robek untuk membuatmu tetap dekat

atas nama rindu kuikat semua satuan waktu hingga serpihan detik yang mencoba kabur itu pun aku raup remas dalam genggam kenang dan ingatku tentangmu.

dan api yang berkobar dalam dada juga jiwa yang pernah kau nyalakan itu tetap aku jaga hingga semesta kita benderang, hingga cinta tersengat hangat.

dan remah remah adegan lama itu aku abadikan dalam catatan di lembar lembar benak, lalu ku simpan jaga dalam dada hingga debar degubnya tak terduga.

dan langit malam jika kau tatap saat ini, pastilah ada jejak jejak mataku karena saat yang sama aku menatap lekat gelapnya.

di sepi sunyi kukunyah perlahan bayangmu, menghisapnya hingga larut dalam aliran nadi dan pada saatnya nanti akan menginap di bilik jantungku, hingga setiap degupnya adalah mu, adalah kamu.

Bekasi, 07 Agustus 2018
Poetoe

senja dan bulan kesepian

senja aku datang, membawa senampan luka
ku ajak kau berkencan
jalan jalan
di bawah rembulan

bulan mungkin kesepian
di bumi kita berdua
duduk di taman berteman luka
menatapnya akan menghiburnya

kita menatap bulan
kita menggunjingkan kesedihan
dan cahya bulan lebih indah
nampak di pelupuk mata yang penuh air mata.

Bekasi, 05 Agustus 2018
Poetoe

Logam legam

besi hitam yang pernah ditikamkan ke punggungku, kutemukan di samping kolam dan langit kelam juga hati terendam dendam

marah telah lama menyerah terlarut dalam genang darah dan luka menganga masih saja tersisa sia sia tersiram keluh melepuh

di pinggir kali kecil belakang gudang samping kandang, harga diri mencuci guci iman dengan iba sesal bergumpal gumpal

warnanya hitam kemerahan
warna pekat dunia lekat mempadat
mengelepar terbawa arus
terlempar dari ruang dan masa.

Bekasi, 04 Agustus 2018
Poetoe

usai

selesai
sesaat sebelum nafas usai
apatah semua tugas telah tertunai?
sakit teramat ini terasai
kejang lalu lepas lalu tenang
tarikan panjang lalu tuntas lalu tegang meregang

tanah
gumpalan gumpalan tanah
menutup segenap wajah
apatah kita telah beres berbenah?
perih menjadi rintih
penantian panjang pun dimulai
pergantian peran tubuh
kini menjadi milik cacing tanah

sinaran
cahaya saja
benderang
silau
lebur
bias tanpa sisa

Jl. Dewi Sartika, 03 Agustus 2018
Poetoe

puisiku itu kamu

puisi itu nasi untuk mengisi hidup yang redup dan singup
puisi itu tagihan yang tak terbayar dan gusar yang berkelakar tentang mantan yang tak kelar kelar

puisi itu mimpi sepi
puisi itu terapi sunyi
puisi itu sayatan panjang
perih yang lama
prasasti di atas batu usia
belum juga usai

puisiku itu kamu
dan kesepianku menatap jarak
dan kerunyamanku menciumi kesunyianmu.

03 Agustus 2018
Poetoe

Perlawanan sang gila

segelas kopi
telur setengah matang
kegilaan teresapi
kezaliman aku tantang

bergegas ku menepi
keriuhan dunia terlalu kerontang
aku butuh sepi
memeluk gelisah yang terlentang

kugulai benak berdenyut detak
kugilai sejenak cintamu retak
kutandai detik ini dengan rindu
kugapai bayangmu mimpi ini tersedu

Jakarta, 02 Agustus 2018
Poetoe

lelayu

jadi beginilah jika waktu bersunyi sunyi terlalu lama
gelap menjadi sarangnya curang
kritik lama terendap basi dalam basa basi
taat taat yang ketat
ide terkebiri dipotong pisau naif
kebodohan diternakan
kejahilan diperanakan

menjadi pintar hanya gentar akhirnya
nanar pada yang benar
dosa dan salah ditawar tawar
malu aku dalam sabar
sengaja tanpa kabar
meringkuk saja gemetar

namaku dipanggil ke panggung
disematkan gelar kepengecutan
dan khalayak bertepuktangan
keberanian dimakamkan
tanpa nisan, diam diam
tanpa pesan, redup kelam.

Halte BNN, 02 Agustus 2018
Poetoe

kisah debu di sepatuku

debu di sepatuku, entah sejak kapan ia menempel di sana.

mungkin ia debu penjelajah, dari ratusan kilo meter di sana yang menumpang di sepatuku, sengaja, tanpa tiket, tanpa order sebelumnya, hanya menumpang.

mungkin ia debu yang penuh rindu untuk bertemu kekasihnya setelah terpisah sekian lama saat tak sengaja ia diterbangkan angin dan menempel di rambut lelaki dengan minyak rambut tebal sehingga erat ia terjerat di sana, meronta ronta tak juga berhasil, hingga akhirnya entah bagaimana ia bisa ada di sepatuku, dan kerinduannya yang membawanya menempel di sepatuku.

mungkin ia debu yang baru terlahir, dari serpihan kerikil yang terlindas ban bis kota yang aku tumpangi tadi.

mungkin pula ia bukan debu hanya bercak pada sepatuku yang demikian serupa debu.

mungkin saja, bagaimana bisa tidak mungkin?

Bekasi, 27 Juli 2018
Poetoe

senja yang sama

saat senja selalu saja
di beranda ia menatap langit yang melogam dengan awan menjelaga
menggenang pendar cahya terpantul di kerjap mata
luka itu ia kecup kecup manja

saat senja selalu saja
tak juga ia beranjak
seolah batara kala yang memaksa ia terus di sana
berdiri saja

kesedihan dan senja apakah seirama
mungkin tidak selalu begitu
walau ia, senja, dan duka beriringan
bernyanyi nyanyi peri peri
tentang kecewa yang teramat dalam
menyisakan ruang siksa yang lebar
tergambar pada wajah datar
dan bibir komat kamit lafalkan mantra
mungkin pula lantunkan syair
siapa pula yang tahu

karena ia saat senja selalu saja
di beranda menatap langit yang melogam dengan awan menjelaga
dan bibir komat kamit lafalkan mantra atau syair, entah.

Bekasi, 27 Juli 2018
Poetoe

mati kita

entah mati seperti apa kita nanti

apakah terbunuh oleh perampok malam malam setelah bertarung beberapa jurus demi pertahankan harta dan harga diri?

atau mati saja secara tiba tiba terdiagnosa serangan jantung padahal apa alasannya jantung repot repot datang menyerang?

mungkin mati setelah sakit yang lama, bermula dari sakit hati karena kau tinggalkanku lalu sedih sebenar benar sedih, tak lagi bisa makan, abaikan kesehatan lalu semakin lemah dan akhirnya mati?

mungkin pula mati secara ksatria, penuhi panggilan jiwa pertahankan negeri lalu berangkat perang dan serpihan ranjau menancap di leher dan darah tertumpah, mati?

entah mati seperti apa kita nanti

Jatibening, 27 Juli 2018
Poetoe

gerak hati

gerak hati mempertemukan
tenang bertemu senang
gusar bertemu kasar

gerak hati memikat ikat
taat menjadi dekat
khianat menjadi sekat

gerak hati menghiasi diri
dengan jujur cahya bertabur
dengan dusta padam pelita

gerak hati serupa belati
menjaga diri lebih hati hati
namun bisa bahaya tertikam mati

gerak hati
kujaga hati
dengan detail dan teliti

Tol Jakarta Bekasi, 27 Juli 2018
Poetoe

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...