maghrib
saat langit wingit
merah di cakrawala
candik-ala
beterbangan makhluk gaib
raib
senja
keinginan menari manja
tidak kumengerti
mengapa seenaknya
mengumbar kata
tak peduli kubikel norma
tanpa birama nalar
terputus sudah
ketetapan yang tak kita inginkan
alasan rasional kehilangan kesempatan
terduduk saja di bangku cadangan
caraku tetap bahagia sih
dengan menatap langit
bertanya tentang maksud dan pesan Dia
untuk apa semua ini
dan jika tak terjawab
maka terima saja
kecerdasan untuk menerima adalah kunci.
Bekasi, 17012018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Rabu, 17 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar