terkadang dosa kolektif di dalam "kita" itu
dapat dirasakan, walau tak selalu terlihat, seperti angin pagi yang
kandungan hujannya demikian terasa dalam aromanya. seolah ada mantra
yang terdengar perlahan, memanggil awan untuk berkumpul menjadi hujan.
karena memang tak perlu banyak duga dan sangka, cukuplah rasa untuk dapat membaca bahwa masih ada dosa bersama itu.
kita
belum sepenuhnya sembuh dari sakit menahun ini. masih demikian girang
kita berlaku curang dalam mencapai apa yang kita ingini.
sementara
citra terlanjur jadi berhala, seperti demikian mudahnya kita mati hanya
karena persepsi orang lain. mudah sekali kita mati.
dan saat
dari kita ada yang tersadar, dan ia ingin kita bersama beranjak dari
dosa ini, entah mendapat kekuatan dari mana, kita bersegera sepakat
untuk menampar dan menendangnya keluar.
geliatnya seperti bocah yang enggan terbangunkan, tak ingin tersadar, justru ingin tetap terkapar.
ya sudah.
Bekasi, 20012018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Selasa, 23 Januari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar