hujan semalam kenangan hanyut tenggelam
tak ada aksara sisa
hanya air mata
embun pagi yang bergelanyut manja di ujung daun
serupa pesan bahwa tiada yang selamanya di sini
bahkan cinta,
mungkin hanya pecinta yang hilang akal yang berani mengatakannya
selamanya cinta. huh.
karena angin lembut saja
cukuplah untuk jatuhkan embun
lalu musnah di rerumputan
menatap tempat matahari terbit
namun tak juga terlihat
hanya suram cahaya
pagi dalam mendung yang cekung
aku tak lagi berani menunggumu.
Bekasi, 01022018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Rabu, 31 Januari 2018
kita dua namun satu
kita dua namun satu saat berhadapan
saling tatap dekat
mimpimu jelas terbaca
juga mauku
namun nyata tak lalu sepakat
membuyar saja dalam maya
lebur menjadi remah kenyataan
terserak saja
kita dua namun satu saat bersama kuasai waktu
ubah 5 menit itu rasa sewindu
semua menjadi fragmen dengan durasi terpendek
namun padat makna
ada gemuruh rindu yang membentur dinding
ada gelisah ranum yang tercekat
tertangkap oleh genggam tangan
yang erat meremas tiang pegangan tangga
ada iya dalam wajah penolakan itu
dan cut.
semua usai, bersama angin meniupi nurani
menunduk dalam seharian.
Bekasi, 31012018
Poetoe
saling tatap dekat
mimpimu jelas terbaca
juga mauku
namun nyata tak lalu sepakat
membuyar saja dalam maya
lebur menjadi remah kenyataan
terserak saja
kita dua namun satu saat bersama kuasai waktu
ubah 5 menit itu rasa sewindu
semua menjadi fragmen dengan durasi terpendek
namun padat makna
ada gemuruh rindu yang membentur dinding
ada gelisah ranum yang tercekat
tertangkap oleh genggam tangan
yang erat meremas tiang pegangan tangga
ada iya dalam wajah penolakan itu
dan cut.
semua usai, bersama angin meniupi nurani
menunduk dalam seharian.
Bekasi, 31012018
Poetoe
di bawah hujan sore
di bawah hujan yang sederas-derasnya
curah hujan yang basah juga gelisah hati
bertubi tubi menciumi bumi juga nyali
resah kita adalah bukti ekspresi dosa
tercecer di sepanjang hari
meneteskan noda, bercak membercak
berharap hujan menghapusnya
menghapus jejaknya
cinta dan dosa gigit menggigit
ragu dan cemas remas meremas
rindu dan malu bersenandung lirih
sudahlah....
Bekasi, 31012018
Poetoe
curah hujan yang basah juga gelisah hati
bertubi tubi menciumi bumi juga nyali
resah kita adalah bukti ekspresi dosa
tercecer di sepanjang hari
meneteskan noda, bercak membercak
berharap hujan menghapusnya
menghapus jejaknya
cinta dan dosa gigit menggigit
ragu dan cemas remas meremas
rindu dan malu bersenandung lirih
sudahlah....
Bekasi, 31012018
Poetoe
nihil
angka nol, adalah keseimbangan.
adalah titik pertemuan garis absis dan ordinat.
dan kita sibuk bagaimana bergerak ke kanan dan ke atas. meraih harapan padahal pasti melelahkan.
pertanyaan setelah berhasil adalah lalu buat apa? terus dilanjutkan dengan lalu apa? dikejar terus kalimat tanya, hingga iya sih.
pada akhirnya adalah kembali ke titik nol.
seperti puncak dari bunyi adalah sunyi
dan dekap yang paling dekat itu justru rasa berjarak
Bekasi, 3102018
Poetoe.
adalah titik pertemuan garis absis dan ordinat.
dan kita sibuk bagaimana bergerak ke kanan dan ke atas. meraih harapan padahal pasti melelahkan.
pertanyaan setelah berhasil adalah lalu buat apa? terus dilanjutkan dengan lalu apa? dikejar terus kalimat tanya, hingga iya sih.
pada akhirnya adalah kembali ke titik nol.
seperti puncak dari bunyi adalah sunyi
dan dekap yang paling dekat itu justru rasa berjarak
Bekasi, 3102018
Poetoe.
temani aku tenang, sayang
kita terikat dalam nyata
dan cinta tak sekedar lagi kata
melebur kita dalam tatap mata
dalam teramat dalam, di telaga kita
aku menamaimu cinta
karena tanpamu itu gulita
juga tabik tangan saat nestapa
adalah nada terindah dalam birama
jaga aku juga emosiku, sayang
aku liar tanpa nalar
kau yang mampu mengikatku tetap sadar
tetaplah di dekatku, redam dalam tenang.
Jakarta, 30012018
Poetoe
dan cinta tak sekedar lagi kata
melebur kita dalam tatap mata
dalam teramat dalam, di telaga kita
aku menamaimu cinta
karena tanpamu itu gulita
juga tabik tangan saat nestapa
adalah nada terindah dalam birama
jaga aku juga emosiku, sayang
aku liar tanpa nalar
kau yang mampu mengikatku tetap sadar
tetaplah di dekatku, redam dalam tenang.
Jakarta, 30012018
Poetoe
aparatur
komunal versus personal
jamaah versus infirodiyah
berpikir untuk bersama
berpikir untuk kepentingan pribadi
ada semangat untuk berbagi
ada dorongan untuk pelit
ada semangat untuk negeri
ada hasrat ambisi pribadi
biar pun mulanya adalah juang
eluan dan sanjungan melenakan
lahirkan benih jumawa
terlupa mula tujuan apa yang ia bawa
jika pertanyaannya adalah apa yang bisa kita lakukan,
maka cermin.
iya, butuh cermin untuk mematut diri
tak boleh ada sehelai saja
rasa ujub dan selintas ingin hebat sendiri
mau kita akhiri saja
atau biarkan kita menjadi aparatur syetan yang sah dan siap dilantik?
Bekasi, 29012018
Poetoe
jamaah versus infirodiyah
berpikir untuk bersama
berpikir untuk kepentingan pribadi
ada semangat untuk berbagi
ada dorongan untuk pelit
ada semangat untuk negeri
ada hasrat ambisi pribadi
biar pun mulanya adalah juang
eluan dan sanjungan melenakan
lahirkan benih jumawa
terlupa mula tujuan apa yang ia bawa
jika pertanyaannya adalah apa yang bisa kita lakukan,
maka cermin.
iya, butuh cermin untuk mematut diri
tak boleh ada sehelai saja
rasa ujub dan selintas ingin hebat sendiri
mau kita akhiri saja
atau biarkan kita menjadi aparatur syetan yang sah dan siap dilantik?
Bekasi, 29012018
Poetoe
pemulung saja
si penyair itu menyangkal dirinya pencipta
bukan; ini bukan karyaku
sekedar pemulung saja aku
mengumpulkan kata kata yang terserak saja
terserak dalam serpihan makna
terserak dalam serpihan rasa
yang menempel di dinding masa
yang membercak di setiap kejadian
serupa mozaik yang terpencar
tak ada yang baru, semua pernah terlahir dari rahim peradaban
ini hanya kliping
hanya tempelan dari bait bait lama
iya. pemulung kata
pengumpul makna.
saja.
Rest area 102 Cipali, 28012018
Poetoe
bukan; ini bukan karyaku
sekedar pemulung saja aku
mengumpulkan kata kata yang terserak saja
terserak dalam serpihan makna
terserak dalam serpihan rasa
yang menempel di dinding masa
yang membercak di setiap kejadian
serupa mozaik yang terpencar
tak ada yang baru, semua pernah terlahir dari rahim peradaban
ini hanya kliping
hanya tempelan dari bait bait lama
iya. pemulung kata
pengumpul makna.
saja.
Rest area 102 Cipali, 28012018
Poetoe
Rindu itu merdu
di kursi itu, kemarin ada kamu, sedang hari ini tidak.
ada yang hilang, padahal kemarin pun kita tak lalu banyak bincang
beberapa lama kau justru pulas tertidur saja
tapi benar memang, sekedar bernafas di sekitarmu saja itu sudah cukup
terkadang kehilanganlah yang menyadarkan peran.
aku butuh kamu.
ini mungkin rindu, terlahir dari lengkapnya pesona hari bersama kita.
ada tawa, ada kata kata bertautan, ada senyum, ceriamu menggulung kabut suramnya hari.
siang ini, aku rindu
dan itu merdu.
Tegal, 28012018
Poetoe
ada yang hilang, padahal kemarin pun kita tak lalu banyak bincang
beberapa lama kau justru pulas tertidur saja
tapi benar memang, sekedar bernafas di sekitarmu saja itu sudah cukup
terkadang kehilanganlah yang menyadarkan peran.
aku butuh kamu.
ini mungkin rindu, terlahir dari lengkapnya pesona hari bersama kita.
ada tawa, ada kata kata bertautan, ada senyum, ceriamu menggulung kabut suramnya hari.
siang ini, aku rindu
dan itu merdu.
Tegal, 28012018
Poetoe
kenang juga lupa.
pengetahuan dan ketidaktahuan ada di ruang benak
kenangan adalah bilik kecil ingatan yang mengalirkan seduh indahnya pengetahuan
ruang gelap ketidaktahuan adalah misteri dari genangan hitam yang sesekali melebar oleh lupa
belajar adalah semangat menambah ruang terang pengetahuan
dan kenang mengenang adalah siraman lembut air rasa pada kebun ingatan
namun terkadang kita justru menghiba memohon lupa atas luka lama
alpa, lalai, lupa memang dibutuhkan untuk sembuhkan perih sakit hati
pada Ia sang penguasa ingatan
kubersyukur atas pengetahuan, ketidaktahuan, kenangan juga lupa
semua adalah bentuk Cinta sang Maha Cinta.
Pekalongan, 28 Januari 2018
Poetoe
kenangan adalah bilik kecil ingatan yang mengalirkan seduh indahnya pengetahuan
ruang gelap ketidaktahuan adalah misteri dari genangan hitam yang sesekali melebar oleh lupa
belajar adalah semangat menambah ruang terang pengetahuan
dan kenang mengenang adalah siraman lembut air rasa pada kebun ingatan
namun terkadang kita justru menghiba memohon lupa atas luka lama
alpa, lalai, lupa memang dibutuhkan untuk sembuhkan perih sakit hati
pada Ia sang penguasa ingatan
kubersyukur atas pengetahuan, ketidaktahuan, kenangan juga lupa
semua adalah bentuk Cinta sang Maha Cinta.
Pekalongan, 28 Januari 2018
Poetoe
Eyang dan panti asuhan
senyum yang tak bosan hiasi wajah
senyum mengerti itu
indah karunia, saat pikun tak mendera di usia senja
dan tubuh renta itu tak lelahkan langkah
tetap himpun kebaikan yang terserak
adalah doa yang dirapalkannya untuk kita
dimudahkan pelaksanaan tugas kita
diringankan hati dalam keikhlasan
diakhiri dengan satu pinta
doakan agar ia khusnul khatimah
kami tentu aminkan, dengan bergetar dan air mata
menggigil.
Semarang, 28012018
Poetoe
Eyang ini adalah bu sudarmini, biasa dipanggil eyang. Seorang yang tak dikaruniai anak, lalu mendirikan panti asuhan di semarang dan demak. Saat ini sudah lebih dari 200 anak asuh, usia beliau pun sudah 87 tahun.
Bertemu, menatap wajahnya, mencium punggung tangannya sudah menjadi energi buat kami.
Kemarin kantor kami, KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan berkunjung ke sana. Menyesap doa dan inspirasi kebaikan mereka. Semoga menjadi pintu keberkahan bagi kita semua. Aamiin.
cinta itu kini
cinta ini tumbuh, hingga hari ini
terasa saat pagi ini duduk bersebelahan denganmu, kau yang terkantuk
pejaman mata lelah
telah panjang usia kita bersama
kau
demikian sabar redakan debar
demikian teliti menjaga hati
demikian lembut membaca sayup
duduk demikian dekat,
nafasmu memderu di sekitar
dulu mungkin aku lalu pegang tanganmu, mencuri hangatnya
tapi kini tidak, aku enggan mengganggumu
kau telah lelah untukku
kau butuh istirah
menatap mata terpejam itu
cukuplah.
Bekasi-Jakarta, 26012018
Poetoe
terasa saat pagi ini duduk bersebelahan denganmu, kau yang terkantuk
pejaman mata lelah
telah panjang usia kita bersama
kau
demikian sabar redakan debar
demikian teliti menjaga hati
demikian lembut membaca sayup
duduk demikian dekat,
nafasmu memderu di sekitar
dulu mungkin aku lalu pegang tanganmu, mencuri hangatnya
tapi kini tidak, aku enggan mengganggumu
kau telah lelah untukku
kau butuh istirah
menatap mata terpejam itu
cukuplah.
Bekasi-Jakarta, 26012018
Poetoe
cerita cerita malam
dan malam kita hitam
cerita cerita kelam
tentang sumur tua yang mengajak tenggelam
dan rekam tayang gerak kalian diam diam
dua dunia namun tetap terhubung
sekat kita kengerian yang cembung
tanda tanya terbiar tak tersambung
oleh sunyi yang mendengung
pada akhirnya kita butuh ruang
untuk simpan sekam diam
biarlah saling jaga jarak
sementara tak usah saling sapa
tak saling tatap
terlalu enggan takut tergagap
sudah dulu ya
sudah
jangan lagi....
sementara ini
Brebes, 27012018
Poetoe
cerita cerita kelam
tentang sumur tua yang mengajak tenggelam
dan rekam tayang gerak kalian diam diam
dua dunia namun tetap terhubung
sekat kita kengerian yang cembung
tanda tanya terbiar tak tersambung
oleh sunyi yang mendengung
pada akhirnya kita butuh ruang
untuk simpan sekam diam
biarlah saling jaga jarak
sementara tak usah saling sapa
tak saling tatap
terlalu enggan takut tergagap
sudah dulu ya
sudah
jangan lagi....
sementara ini
Brebes, 27012018
Poetoe
marka
marka jalan, polisi dan pelanggaran lalu lintas
marka kehidupan, nurani dan pelanggaran rasa
kita tak kuasa, menghalaunya
datang begitu saja
saat hujan, aku hanya butuh teduh payungmu
saat angin dingin datang, aku hanya butuh selinap hangat bahumu
saat lelah dan jatuh tersuruk, aku hanya butuh tabik tanganmu
jika lalu tumbuh rasa, tentu aku tak kuasa
kelirukah?
dan begitu roda menginjak marka jalan, sebelum lalu polisi datang mendekat, masih ada waktu perlahan mundur
dan begitu rasa di dada bergejolak pendam rasa, sebelum norma datang mendekap, masih ada waktu untuk katakan jujur, aku telah keliru.
Bekasi, 25012018
Poetoe
marka kehidupan, nurani dan pelanggaran rasa
kita tak kuasa, menghalaunya
datang begitu saja
saat hujan, aku hanya butuh teduh payungmu
saat angin dingin datang, aku hanya butuh selinap hangat bahumu
saat lelah dan jatuh tersuruk, aku hanya butuh tabik tanganmu
jika lalu tumbuh rasa, tentu aku tak kuasa
kelirukah?
dan begitu roda menginjak marka jalan, sebelum lalu polisi datang mendekat, masih ada waktu perlahan mundur
dan begitu rasa di dada bergejolak pendam rasa, sebelum norma datang mendekap, masih ada waktu untuk katakan jujur, aku telah keliru.
Bekasi, 25012018
Poetoe
waktu terlipat
bagaimana waktu seolah terlipat
oleh bincang yang melompat
aku, kau, mereka, sekarang, dulu tanpa sekat
memungut kenangan itu dari bilik ingatan
serpihannya ruam ruam gelisah
bagaimana ruang seolah mempadat
oleh hiruk pikuk kenang yang berjingkat
luka, marah, terserah juga terlarang, tanpa sebab yang terikat
manis dendang
manisnya kenang
manisnya awan di langit kemarin
sudahi saja
sudahi saja.
Karawang, 26 Januari 2018
Poetoe
oleh bincang yang melompat
aku, kau, mereka, sekarang, dulu tanpa sekat
memungut kenangan itu dari bilik ingatan
serpihannya ruam ruam gelisah
bagaimana ruang seolah mempadat
oleh hiruk pikuk kenang yang berjingkat
luka, marah, terserah juga terlarang, tanpa sebab yang terikat
manis dendang
manisnya kenang
manisnya awan di langit kemarin
sudahi saja
sudahi saja.
Karawang, 26 Januari 2018
Poetoe
terbeku rindu
cobalah kau nikmati rasanya, sakit nyeri di pangkal otak itu mengendap endap, bersama sesap kopi pahit di suatu siang. lezat.
cobalah kau teliti nadanya, nyanyian hati di relung dada itu berbisik bisik, bersama dingin AC meniupi tengkuk di suatu siang. nikmat.
mengapa ada kalimat lama yang masih kembali terdengar di bilik ingatan? apakah ini kutukan rindu?
ah, kenangan memang hanya kebodohan lupa yang dengan mudah dikalahkan ingatan.
dan di tanah lapang kenang, yang diapit gunung pikiran dan lembah rasa itu, kau masih saja mendirikan tenda di sana. dan seenaknya berdiri sambil bersenandung.
aku terbeku rindu. gigil menggigil.
Pancoran, 25012018
Poetoe
cobalah kau teliti nadanya, nyanyian hati di relung dada itu berbisik bisik, bersama dingin AC meniupi tengkuk di suatu siang. nikmat.
mengapa ada kalimat lama yang masih kembali terdengar di bilik ingatan? apakah ini kutukan rindu?
ah, kenangan memang hanya kebodohan lupa yang dengan mudah dikalahkan ingatan.
dan di tanah lapang kenang, yang diapit gunung pikiran dan lembah rasa itu, kau masih saja mendirikan tenda di sana. dan seenaknya berdiri sambil bersenandung.
aku terbeku rindu. gigil menggigil.
Pancoran, 25012018
Poetoe
rasa yang terpaksa
perseteruan lama antara rasa dan nalar
tak saling menyakiti memang, namun mereka sering tak saling mengerti
rasa bilang iya, nalar bilang tidak
rasa pilih ini, nalar pilih itu
demikian
pertemuan lagi pada satu hari
lalu duduk berhadapan, bercakap tentang kata kata sepakat
bahwa ikatan formal mesti ada
namun tak boleh lupakan peran rasa
lalu proses memaknai waktu itu
manjadi penuh berkas kasualitas
rangkaian sebab akibat,
seolah nalar memang demikian dominan mengebiri rasa
lalu melemparnya di pojok ruangan jiwa
tapi rasa tetap merdeka,
ia tak gentar
jangan paksa rasa, rasa tetap punya kuasa.
Bekasi, 25012018
Poetoe
tak saling menyakiti memang, namun mereka sering tak saling mengerti
rasa bilang iya, nalar bilang tidak
rasa pilih ini, nalar pilih itu
demikian
pertemuan lagi pada satu hari
lalu duduk berhadapan, bercakap tentang kata kata sepakat
bahwa ikatan formal mesti ada
namun tak boleh lupakan peran rasa
lalu proses memaknai waktu itu
manjadi penuh berkas kasualitas
rangkaian sebab akibat,
seolah nalar memang demikian dominan mengebiri rasa
lalu melemparnya di pojok ruangan jiwa
tapi rasa tetap merdeka,
ia tak gentar
jangan paksa rasa, rasa tetap punya kuasa.
Bekasi, 25012018
Poetoe
Zoom
melihat dekat dan detail itu terasa hangat, lekuk benda
jelas, teksturnya tampak tegas. seperti menatap wajah penuh cinta di
satu senja yang terang. terbayang detail.
namun dekat tak mampu baca utuh. butuh jarak pisahkan antara subjek dan objek. distansi.
kamera terbang, pantau kondisi. melihat luas.
tak sekedar dekat kita butuh ruang sesaat, membaca semua.
membaca semua.
Bekasi, 24012018
Poetoe
namun dekat tak mampu baca utuh. butuh jarak pisahkan antara subjek dan objek. distansi.
kamera terbang, pantau kondisi. melihat luas.
tak sekedar dekat kita butuh ruang sesaat, membaca semua.
membaca semua.
Bekasi, 24012018
Poetoe
Tentang aku
tentang aku itu memang tak menarik untuk dibahas,
karena setelah aku membicarakanku selalu ada penyesalan. selalu ada
pertanyaan untuk apa?
terkadang syetan hembuskan kebanggaan kecil dalam dada saat mendapat pujian, pula saat direndahkan ada sakit hati.
sudah pantaskah bangga juga sakit hati ini ada?
tak ada pujian yang pantas dibanggakan.
tak ada anggapan rendah yang pantas disakithatikan.
tentang aku itu memang tak menarik untuk dibahas. hanya menyianyiakan kata. Toh ujung ujungnya penyesalan.
buat apa?
Cirkle K, Pancoran. 25012018
Poetoe
terkadang syetan hembuskan kebanggaan kecil dalam dada saat mendapat pujian, pula saat direndahkan ada sakit hati.
sudah pantaskah bangga juga sakit hati ini ada?
tak ada pujian yang pantas dibanggakan.
tak ada anggapan rendah yang pantas disakithatikan.
tentang aku itu memang tak menarik untuk dibahas. hanya menyianyiakan kata. Toh ujung ujungnya penyesalan.
buat apa?
Cirkle K, Pancoran. 25012018
Poetoe
sakit kita
dikunyah oleh ingatan sendiri
fakta sederhana yang menjadi tak sederhana
ternyata ingatan tak sekedar menyimpan
melainkan pula mengkaithubungkan
hingga mozaik itu terpapar di layar
isinya luka
juga anyir darah
kebengisan yang sopan
sadis yang manis
betapa sakit kita
sakit.
Bekasi, 24012018
Poetoe
fakta sederhana yang menjadi tak sederhana
ternyata ingatan tak sekedar menyimpan
melainkan pula mengkaithubungkan
hingga mozaik itu terpapar di layar
isinya luka
juga anyir darah
kebengisan yang sopan
sadis yang manis
betapa sakit kita
sakit.
Bekasi, 24012018
Poetoe
Penggeseran arah
kendali kereta terlepas, perlahan jalannya menyimpang. demikian kecil selisih di pangkal, adalah jauh di ujung nanti.
awalnya siasati keterbatasan, lakukan terobosan, lalu kebablasan. penari lakukan gerakan baru harapan isi jeda sahaja, jadi keterusan ciptakan kekeliruan, kreasi namun terlempar dari pakem.
terkadang tak sadar, berniat perbaiki namun justru mulai kerusakan sistemik.
mesin ini bergesekan secara berlebihan, ciptakan percikan. menunggu pemicu, meledaklah semua.
Bekasi, 24012018
Poetoe
awalnya siasati keterbatasan, lakukan terobosan, lalu kebablasan. penari lakukan gerakan baru harapan isi jeda sahaja, jadi keterusan ciptakan kekeliruan, kreasi namun terlempar dari pakem.
terkadang tak sadar, berniat perbaiki namun justru mulai kerusakan sistemik.
mesin ini bergesekan secara berlebihan, ciptakan percikan. menunggu pemicu, meledaklah semua.
Bekasi, 24012018
Poetoe
Canggung
canggung itu seperti cermin cembung, pantulkan wajah
yang berbeda. racikannya ketidakdugaan, ketakbiasaan, genitnya rasa yang
menguliti nalar.
canggung itu seperti dengung, saat kita gagal menerjemahkan hati dengan kondisi.
canggung itu sepertiku mula bertemu denganmu, dan mata terpesonaku tertangkap basah olehmu.
Cawang, 24012018
Poetoe
canggung itu seperti dengung, saat kita gagal menerjemahkan hati dengan kondisi.
canggung itu sepertiku mula bertemu denganmu, dan mata terpesonaku tertangkap basah olehmu.
Cawang, 24012018
Poetoe
menyimpan api
kalap ingin melahap semua pesona, tak boleh satu pun remehkan ia. semua cara digunakan.
menunjukkan juga menjulurkan.
mempersembahkan juga melemahkan.
menginjak juga memusnahkan.
basi jika hanya terlihat, yang dibutuhkan adalah dielukan.
kalap ingin menangkap semua pujian, tak boleh satu pun terlewatkan. semua jalan ditempuh.
melumat juga menjilat.
menyerahkan juga memerahkan.
menendang juga menerbangkan.
basi jika hanya terlihat, yang dibutuhkan adalah dielukan.
Bekasi, 24012018
Poetoe
menunjukkan juga menjulurkan.
mempersembahkan juga melemahkan.
menginjak juga memusnahkan.
basi jika hanya terlihat, yang dibutuhkan adalah dielukan.
kalap ingin menangkap semua pujian, tak boleh satu pun terlewatkan. semua jalan ditempuh.
melumat juga menjilat.
menyerahkan juga memerahkan.
menendang juga menerbangkan.
basi jika hanya terlihat, yang dibutuhkan adalah dielukan.
Bekasi, 24012018
Poetoe
tak ada cerita siang itu
ada cinta di siang itu, lelaki itu
menunggu di bawah pohon sedang yang ditunggu masih di ruang kerjanya,
duduk diam berdebar. ia tak menyangka kencan ini benar benar terjadi.
dan makan siang itu hanya di restoran biasa, menunya juga biasa, hingga tak teringat detailnya, bahkan percakapannya pun biasa.
kau mungkin kecewa, ini seperti akan tak ada cerita, kecuali hanya sebuah kencan, janji bertemu seorang laki laki dan perempuan untuk makan siang, dan konon ada cinta di sana. tak ada istimewanya.
dan memang hanya seperti itu, cinta itu ada namun tak terucap, hanya hasrat yang tertahan dalam, berkibaran dalam dada.
Jakarta, 23012018
Poetoe
dan makan siang itu hanya di restoran biasa, menunya juga biasa, hingga tak teringat detailnya, bahkan percakapannya pun biasa.
kau mungkin kecewa, ini seperti akan tak ada cerita, kecuali hanya sebuah kencan, janji bertemu seorang laki laki dan perempuan untuk makan siang, dan konon ada cinta di sana. tak ada istimewanya.
dan memang hanya seperti itu, cinta itu ada namun tak terucap, hanya hasrat yang tertahan dalam, berkibaran dalam dada.
Jakarta, 23012018
Poetoe
Jumat, 26 Januari 2018
cerita di kopi gelas kelima hari ini
kopi di gelas kelima hari ini, mengalir dalam tubuh, mengundang gelisah gundah dan sakit kepala yang aneh.
jalanan basah, kedengkian yang bernanah.
trotoar terbongkar, dusta mengular akar.
tapi benci pada syetan sekali pun menjadi pematik api, membakar hati.
luka berserakan, sepenuh ruang. jelaga dandani diri dengan kepura puraan. butuh kaca mata itu, yang sederhana terjemahkan apa saja, hitam putih saja.
khayalan memang terkadang melemahkan. konotasi juga persepsi menghisap energi. bodoh atas segala duga menyelamatkan. akan jernih jendela jiwa.
demikian.
Cawang ciliwung, 24012018
Poetoe
jalanan basah, kedengkian yang bernanah.
trotoar terbongkar, dusta mengular akar.
tapi benci pada syetan sekali pun menjadi pematik api, membakar hati.
luka berserakan, sepenuh ruang. jelaga dandani diri dengan kepura puraan. butuh kaca mata itu, yang sederhana terjemahkan apa saja, hitam putih saja.
khayalan memang terkadang melemahkan. konotasi juga persepsi menghisap energi. bodoh atas segala duga menyelamatkan. akan jernih jendela jiwa.
demikian.
Cawang ciliwung, 24012018
Poetoe
Rabu, 24 Januari 2018
Fragmen senja dalam hujan
hujan menghajar bumi
aku suka
berjalan saja tanpa berteduh
hajar saja aku
airmu basahiku
sembunyikan air mataku
bukankah air adalah obat segala luka
kuharap juga mujarap untuk luka ini
perih biarlah
saat kilat menyambar kutahu sebentar lagi guntur menggelegar
saat tepat untuk berteriak lantang
buang jauh jauh kesal, lepaskan gelisah terbang
terang sesaat
kembali gelap
derasnya seperti lenyap
gemuruhnya senyap
terduduk aku
nir nalar
jika masih luka biarkan aku tetap tak sadar
- tubuh lelaki itu rubuh, seperti seonggok kayu besar saja. hujan terus menderas-
Bekasi, 23012018
Poetoe
aku suka
berjalan saja tanpa berteduh
hajar saja aku
airmu basahiku
sembunyikan air mataku
bukankah air adalah obat segala luka
kuharap juga mujarap untuk luka ini
perih biarlah
saat kilat menyambar kutahu sebentar lagi guntur menggelegar
saat tepat untuk berteriak lantang
buang jauh jauh kesal, lepaskan gelisah terbang
terang sesaat
kembali gelap
derasnya seperti lenyap
gemuruhnya senyap
terduduk aku
nir nalar
jika masih luka biarkan aku tetap tak sadar
- tubuh lelaki itu rubuh, seperti seonggok kayu besar saja. hujan terus menderas-
Bekasi, 23012018
Poetoe
Rindu tak berbalas
senja hujan berkejaran mengetuk ketuk jalanan.
seperti kerinduan yang memukul mukul hati, menunduk malu, apakah ia
yang kurindu tahu?
tapi rindu haruskah berbalas?
jika rindu serupa luka, obatnya adalah pertemuan. jika tak berbalas maka pertemuan hanya mengobati yang merindu tapi mungkin bukan untuk yang dirindu.
apakah sepadan?
mungkin kita tak harus peduli. pengabaian adalah kunci. katakan saja padanya, jika pun kau tak rindu aku tak peduli, ini hanya untuk obati lukaku. jadi duduklah di sini. kau tak perlu bahagia, aku hanya butuh nafasmu terasa di sini.
cukup. itu saja.
Bekasi, 23012018
Poetoe
tapi rindu haruskah berbalas?
jika rindu serupa luka, obatnya adalah pertemuan. jika tak berbalas maka pertemuan hanya mengobati yang merindu tapi mungkin bukan untuk yang dirindu.
apakah sepadan?
mungkin kita tak harus peduli. pengabaian adalah kunci. katakan saja padanya, jika pun kau tak rindu aku tak peduli, ini hanya untuk obati lukaku. jadi duduklah di sini. kau tak perlu bahagia, aku hanya butuh nafasmu terasa di sini.
cukup. itu saja.
Bekasi, 23012018
Poetoe
Alien itu aku.
di pojok ruangan itu aku berkelindan dengan sunyi.
sementara seisi ruang gempita dalam senja. aku menatap saja dengan
sesekali tersenyum namun terhenti, tersadar untuk apa, tak ada juga yang
melihatku tersenyum.
aku makhluk asing. terasingkan entah karena apa. ada tak adanya pun tak ada beda. terabaikan itu awalnya luka. namun perlahan ternikmatkan.
terlepaslah aku dari ukuran kewajaran mereka. saat lakukan yang tak mungkin mereka lakukan pun tak ada yang anggap itu aneh. mungkin keanehan untuk orang aneh itu menjadi kewajaran.
aku putuskan, tetap menjadi alien, asing di pojok ruangan. berkelidan asyik saja dengan sunyi, dan lakukan keanehan yang tak lagi aneh karena diriku pun aneh.
Tugu pancoran, 23012018
Poetoe
aku makhluk asing. terasingkan entah karena apa. ada tak adanya pun tak ada beda. terabaikan itu awalnya luka. namun perlahan ternikmatkan.
terlepaslah aku dari ukuran kewajaran mereka. saat lakukan yang tak mungkin mereka lakukan pun tak ada yang anggap itu aneh. mungkin keanehan untuk orang aneh itu menjadi kewajaran.
aku putuskan, tetap menjadi alien, asing di pojok ruangan. berkelidan asyik saja dengan sunyi, dan lakukan keanehan yang tak lagi aneh karena diriku pun aneh.
Tugu pancoran, 23012018
Poetoe
senja luka
senja ini tertuliskan luka
kisah tentang kesepian yang dibangun sendiri
karena keriuhan hanya lahirkan nyeri
kepedihannya serupa kapak besar ditarik saja di lantai hati
derit panjang, membekaskan luka
hingga puncak perih itu lahirkan kebas
matanya menatap saja, tak lagi ada marah tak lagi ada air mata
sedih itu basi
desisnya perlahan, namun seisi ruang mendengarnya
karena jiwa terluka itu punya tenaga tersendiri
mata itu perlahan memerah
walau tetap tanpa air mata
seperti hendak berkata
aku tidak apa apa
padahal sangat telak rasa tertimpa masa beban banyak kejadian
malam kapan malam
senja terlalu menyiksa
berharap segera kelam tenggelamkan saja
dalam kematian mungkin tak lagi ada siksa.
mungkin.
jakarta, 23012018
Poetoe
kisah tentang kesepian yang dibangun sendiri
karena keriuhan hanya lahirkan nyeri
kepedihannya serupa kapak besar ditarik saja di lantai hati
derit panjang, membekaskan luka
hingga puncak perih itu lahirkan kebas
matanya menatap saja, tak lagi ada marah tak lagi ada air mata
sedih itu basi
desisnya perlahan, namun seisi ruang mendengarnya
karena jiwa terluka itu punya tenaga tersendiri
mata itu perlahan memerah
walau tetap tanpa air mata
seperti hendak berkata
aku tidak apa apa
padahal sangat telak rasa tertimpa masa beban banyak kejadian
malam kapan malam
senja terlalu menyiksa
berharap segera kelam tenggelamkan saja
dalam kematian mungkin tak lagi ada siksa.
mungkin.
jakarta, 23012018
Poetoe
Heroin
Lihat langit. Biru. Awan putih indah, seperti serbuk heroin tertebar.
Pemadat rindu. Serupa embun sejuk tersusun, menikmati harum pagi dengan hati yang sabar
Menenggak kecemasan. Ketidakjumpaan ini mengulitiku, denyut jiwa berdebar getar.
Di jalanan. Menjadi yang tercepat, mendorong menggumpalkan penat. Bayang senyummu menguraikan deru skuadron kuda besi yang menjalar.
Berharap mampu jarak kulipat, agar tubuhmu bisa kudekap cepat, erat. Namun belukar kedengkian halang jalar menjalar.
Adalah doa menjadi tuah. Berharap kebaikkan penuh rahmah, untuk mu. Di sisi kedengkian dunia yang tegak mengakar.
23012018
Noe and Nug.
Pemadat rindu. Serupa embun sejuk tersusun, menikmati harum pagi dengan hati yang sabar
Menenggak kecemasan. Ketidakjumpaan ini mengulitiku, denyut jiwa berdebar getar.
Di jalanan. Menjadi yang tercepat, mendorong menggumpalkan penat. Bayang senyummu menguraikan deru skuadron kuda besi yang menjalar.
Berharap mampu jarak kulipat, agar tubuhmu bisa kudekap cepat, erat. Namun belukar kedengkian halang jalar menjalar.
Adalah doa menjadi tuah. Berharap kebaikkan penuh rahmah, untuk mu. Di sisi kedengkian dunia yang tegak mengakar.
23012018
Noe and Nug.
Selasa, 23 Januari 2018
api, duri dan bara
terasalah bahwa marah itu api, setelah marah, gemuruh dada serupa air mendidih.
terasalah kedengkian itu duri, saat dengki hati ini tertusuk perih juga pedih.
terasalah ambisi ini bara yang panasnya mampu lupakan mana benar mana salah mana dholim mana adil.
masih mau kau turuti hati yang seperti itu?
tak takut musnah kau sebelum lebur dalam neraka nanti?
Bekasi, 22012018
Poetoe
terasalah kedengkian itu duri, saat dengki hati ini tertusuk perih juga pedih.
terasalah ambisi ini bara yang panasnya mampu lupakan mana benar mana salah mana dholim mana adil.
masih mau kau turuti hati yang seperti itu?
tak takut musnah kau sebelum lebur dalam neraka nanti?
Bekasi, 22012018
Poetoe
sajak sore
duduklah sini, aku butuh kamu
terlalu banyak kejadian hari ini yang menghisap energi
bagaimana ketidakjujuran itu direncanakan demikian rapi
bagaimana keculasan itu dikemas demikian santun
duduklah di sini, aku butuh kamu
aku hanya butuh berdekatan
tanpa bincang pun tak mengapa
mendengar nafasmu itu sudah cukup
menatap mata jernihmu itu sudah redakan hati
terkadang lelah ingin istirah
tapi dunia bukan untuk itu bukan?
terkadang kantuk ingin duduk menunduk
tapi hidup bukan untuk itu bukan?
duduklah, mungkin kau nanti yang temani aku hingga di nafas akhirku.
mungkin saja.
Arah bekasi, 22012018
Poetoe
terlalu banyak kejadian hari ini yang menghisap energi
bagaimana ketidakjujuran itu direncanakan demikian rapi
bagaimana keculasan itu dikemas demikian santun
duduklah di sini, aku butuh kamu
aku hanya butuh berdekatan
tanpa bincang pun tak mengapa
mendengar nafasmu itu sudah cukup
menatap mata jernihmu itu sudah redakan hati
terkadang lelah ingin istirah
tapi dunia bukan untuk itu bukan?
terkadang kantuk ingin duduk menunduk
tapi hidup bukan untuk itu bukan?
duduklah, mungkin kau nanti yang temani aku hingga di nafas akhirku.
mungkin saja.
Arah bekasi, 22012018
Poetoe
monika kita
pagi itu segar karena ia memang baru beranjak dari rehat malam. adalah irama embun yang menetes jatuh menguarkan aroma hujan.
senyum itu segar karena ia memang datang dari hati bahagia, ceria itu tak bisa dibuat-buat.
segar itu energimu, menghadapi apapun hari ini, senyum menggulung semua beban. dengan riang, rintang apalagi yang tak bisa kau lalui?
tiba tiba saja, kita tak lagi satu ruang, terasa ada yang hilang, tentu. tapi jejak yang kau tinggal cukuplah menjadi bekal kita, tetap dalam satu atap, ningrat tetap dalam ingat.
Fant4astic 4, 22 Januari 2018
senyum itu segar karena ia memang datang dari hati bahagia, ceria itu tak bisa dibuat-buat.
segar itu energimu, menghadapi apapun hari ini, senyum menggulung semua beban. dengan riang, rintang apalagi yang tak bisa kau lalui?
tiba tiba saja, kita tak lagi satu ruang, terasa ada yang hilang, tentu. tapi jejak yang kau tinggal cukuplah menjadi bekal kita, tetap dalam satu atap, ningrat tetap dalam ingat.
Fant4astic 4, 22 Januari 2018
menunggu
ini tentang kesepian dan kebisingan saat menunggu sang imam itu datang melamar.
serupa garis atas waktu dalam rentang umur yang menunggu garis yang lain berpapasan namun tak sekedar menciptakan irisan, harapannya tentu bergerak menyejajar lalu bertemu dalam garis satu, melangkah bersama.
dalam menunggu ada riuh yang mengganggu, ada kurva absurd yang saling tubruk, mengejawantah dalam bentuk monster kebisingan dengan cakar cakar keliaran.
namun ada juga sunyi yang nirbunyi menggigit hati dengan dengung panjang yang teramat panjang.
keduanya sama ciptakan siksa.
ujung malam lah sang penyelamat, ia sediakan ruang diam yang tepat,
untuk memohon mohon dengan kerjap mata menghiba, air mata dan geletar harap yang dahsyat.
air mata hingga fajar tiba, adalah energi suci saat mata tersetubuhi matahari di pagi nanti.
kilaunya indah.
Bekasi, 21012018
Poetoe.
serupa garis atas waktu dalam rentang umur yang menunggu garis yang lain berpapasan namun tak sekedar menciptakan irisan, harapannya tentu bergerak menyejajar lalu bertemu dalam garis satu, melangkah bersama.
dalam menunggu ada riuh yang mengganggu, ada kurva absurd yang saling tubruk, mengejawantah dalam bentuk monster kebisingan dengan cakar cakar keliaran.
namun ada juga sunyi yang nirbunyi menggigit hati dengan dengung panjang yang teramat panjang.
keduanya sama ciptakan siksa.
ujung malam lah sang penyelamat, ia sediakan ruang diam yang tepat,
untuk memohon mohon dengan kerjap mata menghiba, air mata dan geletar harap yang dahsyat.
air mata hingga fajar tiba, adalah energi suci saat mata tersetubuhi matahari di pagi nanti.
kilaunya indah.
Bekasi, 21012018
Poetoe.
Selamat pagi
jiwa telah diilhamkan padanya dua kecenderungan taat juga jahat
seperti gelas diri ini, hendak teraduk mengeruh atau menahan diri agar terendap menjernih
di antara kedua tarikan nalar yang berpera
memimpin perlawanan atas kemelekatan dunia
perjalanan panjang tentu melelahkan
nalar gemetaran terkuras energi
butuh rehat dan isi ulang tenaga
adalah berdiam diri di pangkal hari sebagai solusi
tapi jangan sekedar diam membayang bayang saja
kemayaan itu berbahaya
harus tetap tersadar
juga selalu libatkan Dia yang maha akbar
setelah fajar kembalilah keluar
sibak belukar dengan kelakar segar
sambut matahari
dan katakan selamat pagi.
Cawang, 22012018
Poetoe
seperti gelas diri ini, hendak teraduk mengeruh atau menahan diri agar terendap menjernih
di antara kedua tarikan nalar yang berpera
memimpin perlawanan atas kemelekatan dunia
perjalanan panjang tentu melelahkan
nalar gemetaran terkuras energi
butuh rehat dan isi ulang tenaga
adalah berdiam diri di pangkal hari sebagai solusi
tapi jangan sekedar diam membayang bayang saja
kemayaan itu berbahaya
harus tetap tersadar
juga selalu libatkan Dia yang maha akbar
setelah fajar kembalilah keluar
sibak belukar dengan kelakar segar
sambut matahari
dan katakan selamat pagi.
Cawang, 22012018
Poetoe
lama
ini tentang kau dan senyuman itu. bagaimana ada senyum yang
dahsyat menyelinap dan menginap lama dalam benak, padahal hanya sekali
bertemu?
aku menebak nebak mengapa bisa. ini tak biasa.
baiklah aku ulang kembali kejadiannya. di depan kelas kita berhadapan kau bertanya tentang pelajaran tapi aku kehilangan nalar. selain senyum itu ada juga telaga dalam matamu yang menyeretku, menenggelamkanku.
aku terpana beberapa detik, sampai kau memanggilku di akhir kalimat. kembali ke bumi dan aku malu.
ini sudah sangat lama, namun membercak dalam.
dalam sekejap itu ada banyak data yang menerobos ke dalam memori hati. ada semesta yang mendirimu di lipatan benakku.
aku sakit kepala, bergiga giga bita memaksa tersimpan di otakku.
Jakarta, 21012018
Poetoe.
aku menebak nebak mengapa bisa. ini tak biasa.
baiklah aku ulang kembali kejadiannya. di depan kelas kita berhadapan kau bertanya tentang pelajaran tapi aku kehilangan nalar. selain senyum itu ada juga telaga dalam matamu yang menyeretku, menenggelamkanku.
aku terpana beberapa detik, sampai kau memanggilku di akhir kalimat. kembali ke bumi dan aku malu.
ini sudah sangat lama, namun membercak dalam.
dalam sekejap itu ada banyak data yang menerobos ke dalam memori hati. ada semesta yang mendirimu di lipatan benakku.
aku sakit kepala, bergiga giga bita memaksa tersimpan di otakku.
Jakarta, 21012018
Poetoe.
ketidaktemuan kita
waktu itu jeda antara kita. memisahkan kita
dengan jarak yang mungkin sama dengan usiamu. dan jika pun lalu
beririsan, tak sesuai dengan yang kita rencanakan.
menyelisih. mungkin kita memang dipertemukan untuk saling terselisihkan.
tapi ketidaktemuan kita mungkin itulah indahnya. serupa jeda antara dua bait. aku jadi kata terakhir di bait pertama dan kau jadi kata pertama di bait kedua.
dibilang saling berkejaran pun bisa jadi tak pantas, karena arah gerak tak berkesesuaian.
tapi cinta, mungkin tetap ada. serupa energi magnet yang menarik, namun tak pernah saling timpa, hingga akhir hari. demikianlah.
Jakarta, 21012018
Poetoe
menyelisih. mungkin kita memang dipertemukan untuk saling terselisihkan.
tapi ketidaktemuan kita mungkin itulah indahnya. serupa jeda antara dua bait. aku jadi kata terakhir di bait pertama dan kau jadi kata pertama di bait kedua.
dibilang saling berkejaran pun bisa jadi tak pantas, karena arah gerak tak berkesesuaian.
tapi cinta, mungkin tetap ada. serupa energi magnet yang menarik, namun tak pernah saling timpa, hingga akhir hari. demikianlah.
Jakarta, 21012018
Poetoe
sendiri di sunyi, kau datang berulang ulang
kesendirian ini
menghadirkanmu di cawan ingatanku, bagaimana mula kukenal, hanya
cambukan ujung mata di satu senja, aku terhenyak terbakar binar mataku
oleh percikan kejap kelopak matamu.
dan kita tak lalu berkenalan.
hanya menyapa lewat nafas yang terhembus, juga nada. iya, kita bersalaman dalam nada.
kesunyian ini yang menayangulangkan fragmen itu, saat mula mula kau membuka lebih banyak lembaran buku hidupmu. dan aku tergugu, takjub oleh hikayat dramatismu.
dan kita tak lalu berpegangan.
hanya berbagi sajak tentang luka, berbagi bait cerita, bahkan mimpi yang pertemukan kita di bawah hujan dan lari lari kecil saat kugendong anakmu.
apakah demikian saja lalu usai?
Jakarta, 21012018
Poetoe
dan kita tak lalu berkenalan.
hanya menyapa lewat nafas yang terhembus, juga nada. iya, kita bersalaman dalam nada.
kesunyian ini yang menayangulangkan fragmen itu, saat mula mula kau membuka lebih banyak lembaran buku hidupmu. dan aku tergugu, takjub oleh hikayat dramatismu.
dan kita tak lalu berpegangan.
hanya berbagi sajak tentang luka, berbagi bait cerita, bahkan mimpi yang pertemukan kita di bawah hujan dan lari lari kecil saat kugendong anakmu.
apakah demikian saja lalu usai?
Jakarta, 21012018
Poetoe
rindu lancang
rindu ini lancang, selalu datang padahal tak
kuundang, seperti kantuk yang menyusup padahal jaga sedang benar benar
aku butuhkan.
dan rindu ini pula yang menjadikan waktu seolah labirin, menggiring kita ke entah sampai mana, seperti gumpal rasa yang kehilangan selera.
dan pada tanah basah yang mulai mengering itu, aku bacakan satu sajak, tentang sepiku yang menyelinap di lipatan benak.
sajakku sebenar benar gelisah hari ini. seperti getar getar samar yang ku biar saja isi penuh sang benak.
Bekasi, 20012018
Poetoe
dan rindu ini pula yang menjadikan waktu seolah labirin, menggiring kita ke entah sampai mana, seperti gumpal rasa yang kehilangan selera.
dan pada tanah basah yang mulai mengering itu, aku bacakan satu sajak, tentang sepiku yang menyelinap di lipatan benak.
sajakku sebenar benar gelisah hari ini. seperti getar getar samar yang ku biar saja isi penuh sang benak.
Bekasi, 20012018
Poetoe
ingin tak tersadar
terkadang dosa kolektif di dalam "kita" itu
dapat dirasakan, walau tak selalu terlihat, seperti angin pagi yang
kandungan hujannya demikian terasa dalam aromanya. seolah ada mantra
yang terdengar perlahan, memanggil awan untuk berkumpul menjadi hujan.
karena memang tak perlu banyak duga dan sangka, cukuplah rasa untuk dapat membaca bahwa masih ada dosa bersama itu.
kita belum sepenuhnya sembuh dari sakit menahun ini. masih demikian girang kita berlaku curang dalam mencapai apa yang kita ingini.
sementara citra terlanjur jadi berhala, seperti demikian mudahnya kita mati hanya karena persepsi orang lain. mudah sekali kita mati.
dan saat dari kita ada yang tersadar, dan ia ingin kita bersama beranjak dari dosa ini, entah mendapat kekuatan dari mana, kita bersegera sepakat untuk menampar dan menendangnya keluar.
geliatnya seperti bocah yang enggan terbangunkan, tak ingin tersadar, justru ingin tetap terkapar.
ya sudah.
Bekasi, 20012018
Poetoe
karena memang tak perlu banyak duga dan sangka, cukuplah rasa untuk dapat membaca bahwa masih ada dosa bersama itu.
kita belum sepenuhnya sembuh dari sakit menahun ini. masih demikian girang kita berlaku curang dalam mencapai apa yang kita ingini.
sementara citra terlanjur jadi berhala, seperti demikian mudahnya kita mati hanya karena persepsi orang lain. mudah sekali kita mati.
dan saat dari kita ada yang tersadar, dan ia ingin kita bersama beranjak dari dosa ini, entah mendapat kekuatan dari mana, kita bersegera sepakat untuk menampar dan menendangnya keluar.
geliatnya seperti bocah yang enggan terbangunkan, tak ingin tersadar, justru ingin tetap terkapar.
ya sudah.
Bekasi, 20012018
Poetoe
dingin
seperti apa bekasi saat rasa puncak? dingin, menggigil.
apakah sedingin cakap yang usang tertahan norma dan timbang timbang
panjang itu?
bagi perindu, sediam apapun itu tetap riuh dalam dada. bagi pecinta, sejarak depa membatas tetap dekat dan hangat dalam dada.
apakah kau rasa ataukah aku saja?
19012018
Poetoe
bagi perindu, sediam apapun itu tetap riuh dalam dada. bagi pecinta, sejarak depa membatas tetap dekat dan hangat dalam dada.
apakah kau rasa ataukah aku saja?
19012018
Poetoe
Senin, 22 Januari 2018
malam kita sama
malam kita sama, dengan langit hitam yang sama, juga suara malamnya serupa.
seperti sunyi yang berdetak, teramat sepi hingga detak itu sebenarnya jantung kita sendiri, dan kau pasti rasakan hal yang sama, bahwa pikiranmu tak mau berhenti. persis.
berharap pada angin yang mau membantu, agar meniupi dinding kening, agar hening semakin bening, agar kerak dalam benak bergerak lebih lambat, agar kantuk mau datang berkunjung.
rehat, kita sama butuh rehat.
Bekasi, 20012018, lewat tengah malam
Poetoe
seperti sunyi yang berdetak, teramat sepi hingga detak itu sebenarnya jantung kita sendiri, dan kau pasti rasakan hal yang sama, bahwa pikiranmu tak mau berhenti. persis.
berharap pada angin yang mau membantu, agar meniupi dinding kening, agar hening semakin bening, agar kerak dalam benak bergerak lebih lambat, agar kantuk mau datang berkunjung.
rehat, kita sama butuh rehat.
Bekasi, 20012018, lewat tengah malam
Poetoe
kamu
aku dan malam serupa aku dan kamu, bersama saja sudah
bahagia. malam itu gelap, lampu lampu lalu menyala, anginnya juga khas,
demikian mudah aku ingat, mungkin serupa pula dengan nafasmu. rasa
menyentuhnya ke pipi juga aromanya seperti cerita malam tentang peri
peri di atas awan.
aku dan jalanan malam ini, serupa aku dan ceritamu tentang anak anak kita. kata katamu mengalir saja, seperti lampu kendaraan di jalanan yang beterbangan silau menyilau. anak anak kita demikian kamu kagumi, pula kamu bahagiai, begitu pun aku syukuri.
canda mereka yang harus kamu imbangi, keingintahuan mereka yang harus kamu puaskan, iseng mereka yang sering kamu cukupkan dengan kedipan matamu. ah, kamu mempesonaku utuh, entah dari mana lagi aku bisa kesal dan sebal padamu?
demikian pula saat rebah malam, aku malu saat harus keluhkan lelah, bukankah kamu pasti lebih pantas lelah dibandingkanku? kerjamu itu sama lelahnya denganku, urus anak dan rumah apalah yang telah aku lakukan dibandingkanmu? malu.
malam ini aku akui lelahku, demikian pula aku akui hebatmu. terima kasih telah menjadi bagian dariku.
Transjakarta, 19012018
Poetoe
aku dan jalanan malam ini, serupa aku dan ceritamu tentang anak anak kita. kata katamu mengalir saja, seperti lampu kendaraan di jalanan yang beterbangan silau menyilau. anak anak kita demikian kamu kagumi, pula kamu bahagiai, begitu pun aku syukuri.
canda mereka yang harus kamu imbangi, keingintahuan mereka yang harus kamu puaskan, iseng mereka yang sering kamu cukupkan dengan kedipan matamu. ah, kamu mempesonaku utuh, entah dari mana lagi aku bisa kesal dan sebal padamu?
demikian pula saat rebah malam, aku malu saat harus keluhkan lelah, bukankah kamu pasti lebih pantas lelah dibandingkanku? kerjamu itu sama lelahnya denganku, urus anak dan rumah apalah yang telah aku lakukan dibandingkanmu? malu.
malam ini aku akui lelahku, demikian pula aku akui hebatmu. terima kasih telah menjadi bagian dariku.
Transjakarta, 19012018
Poetoe
untuk dua insan yang termabukasamarakan
waktu itu misteri, seperti kesempatan yang lahir dari kemacetan dan tetes hujan. siapa sangka?
apakah hangat itu lalu dirindukan dalam senja yang dingin? kecupan dan pelukan menjadi jawaban. dan tentu saja pada akhirnya kata sayang yang melambunglayangkan.
19012018
waktu itu misteri, seperti kesempatan yang lahir dari kemacetan dan tetes hujan. siapa sangka?
apakah hangat itu lalu dirindukan dalam senja yang dingin? kecupan dan pelukan menjadi jawaban. dan tentu saja pada akhirnya kata sayang yang melambunglayangkan.
19012018
Kopi belajar
semangat belajar itu menyelamatkan. karena nalar sehat melindungi kita dari remah remah dosa.
dan pijakan mula nalar adalah kesadaran, bahwa pilah pilah mana benar dan mana salah itu penting, tentu juga dengan keberanian mengakui kesalahan, dan lalu mencari tahu bagaimana cara beranjak.
seperti pengakuanmu tentang gilamu atas belajar itu menggembirakanku, karena ilmu itu penerang, artinya kau bisa jadi matahari yang terangi langkah, dan tak perlu terlalu terang, nanti malah jadi bara panas untukku.
jika belajar adalah pilar, maka bincang kita bersama bergelas gelas kopi setiap senja itu adalah sekolah kita.
menjadi pijar cahaya yang jika meredup pun nanti tersambar cahaya lain.
kita barisan suluh yang berangkaian.
aku, kau, kita.
Halte pancoran tugu, 19012018
Poetoe.
dan pijakan mula nalar adalah kesadaran, bahwa pilah pilah mana benar dan mana salah itu penting, tentu juga dengan keberanian mengakui kesalahan, dan lalu mencari tahu bagaimana cara beranjak.
seperti pengakuanmu tentang gilamu atas belajar itu menggembirakanku, karena ilmu itu penerang, artinya kau bisa jadi matahari yang terangi langkah, dan tak perlu terlalu terang, nanti malah jadi bara panas untukku.
jika belajar adalah pilar, maka bincang kita bersama bergelas gelas kopi setiap senja itu adalah sekolah kita.
menjadi pijar cahaya yang jika meredup pun nanti tersambar cahaya lain.
kita barisan suluh yang berangkaian.
aku, kau, kita.
Halte pancoran tugu, 19012018
Poetoe.
tercebur
seperti tercebur saja, lalu arus air itu membawaku.
bertemu kumpulan orang orang yang berusaha menyatukan hati, berbaris
dalam irama yang sama.
padahal isi kepala mereka berbeda, ide bertaburan, namun saat terbahas bersama dalam lingkaran yang erat itu, sepakat mengikat. tak lagi ada ambisi diri yang berjingkat jingkat menyusup ke tengah notula rapat.
kesepakatan menjadi panduan arah gerak, beda hanya di ruang bicara saat kerja mereka melebur utuh.
tenaga, pikiran, bahkan perasaan berkelindan dalam irama yang padu. satu.
menjaganya dengan partitur yang jelas, norma dan fatsun, tentu juga dengan lantunan doa di setiap akhir pertemuan, doa ikatan hati. melibatkan Dia, dalam terjaganya ikatan hati bahkan jiwa.
tercebur namun ku bersyukur, ini kenikmatan yang tak semua beruntung merasakannya.
Jakarta, 19012018
Poetoe
padahal isi kepala mereka berbeda, ide bertaburan, namun saat terbahas bersama dalam lingkaran yang erat itu, sepakat mengikat. tak lagi ada ambisi diri yang berjingkat jingkat menyusup ke tengah notula rapat.
kesepakatan menjadi panduan arah gerak, beda hanya di ruang bicara saat kerja mereka melebur utuh.
tenaga, pikiran, bahkan perasaan berkelindan dalam irama yang padu. satu.
menjaganya dengan partitur yang jelas, norma dan fatsun, tentu juga dengan lantunan doa di setiap akhir pertemuan, doa ikatan hati. melibatkan Dia, dalam terjaganya ikatan hati bahkan jiwa.
tercebur namun ku bersyukur, ini kenikmatan yang tak semua beruntung merasakannya.
Jakarta, 19012018
Poetoe
Jumat, 19 Januari 2018
perempuan gimbal
perempuan itu berambut gimbal, kantung kain
bergelantungan, aroma tubuhnya busuk. anaknya 3 tahunan berjalan di
sebelahnya, sesekali berlarian mengitari ibunya
perempuan itu mencercau di sepanjang jalan, celotehnya tentang lelaki lelaki dalam hidupnya. nada gerutunya marah, namun kadang tertawa, bahkan terbahak bahak
bencana memang saat luka di jiwa menganga terlalu lama akan terisi oleh perih, penuh oleh sedih yang pekat.
endapannya hanya anyir yang nestapa
terlebih saat malam, dalam kegilaannya, ketidakmengertian yang kronis, perempuan itu dijemput dengan mobil, dimandikan, diberi wewangian untuk lalu dipakai. bahkan digilir ramai ramai.
kegilaan itu bertemu dengan kegilaan lain yang lebih sadis.
entah lalu siapa yang mau bertanggung jawab, saat hamil dan melahirkan. seorang bocah yang dalam fitrahnya terisi oleh kegilaan sejak sangat mula. menjadi liar dan nir sopan dan santun
pada bekas hujan di tanah basah suatu senja, aku berdendang lagu pilu.
tentang hari yang muram, sangat muram.
Bekasi, 18012018
Poetoe
perempuan itu mencercau di sepanjang jalan, celotehnya tentang lelaki lelaki dalam hidupnya. nada gerutunya marah, namun kadang tertawa, bahkan terbahak bahak
bencana memang saat luka di jiwa menganga terlalu lama akan terisi oleh perih, penuh oleh sedih yang pekat.
endapannya hanya anyir yang nestapa
terlebih saat malam, dalam kegilaannya, ketidakmengertian yang kronis, perempuan itu dijemput dengan mobil, dimandikan, diberi wewangian untuk lalu dipakai. bahkan digilir ramai ramai.
kegilaan itu bertemu dengan kegilaan lain yang lebih sadis.
entah lalu siapa yang mau bertanggung jawab, saat hamil dan melahirkan. seorang bocah yang dalam fitrahnya terisi oleh kegilaan sejak sangat mula. menjadi liar dan nir sopan dan santun
pada bekas hujan di tanah basah suatu senja, aku berdendang lagu pilu.
tentang hari yang muram, sangat muram.
Bekasi, 18012018
Poetoe
Rabu, 17 Januari 2018
kota kecil
kota kecil yang menyimpan beban atas peradaban, berat.
langkah kakinya terseret, luka memanjang, perihnya hingga ke benak,
menggumpal
adalah gadis kecil sesenggukan di perempatan saat malam telah teramat malam, kesedihan atas ketidakjelasan
norma telah lama digudangkan, sebagai buku tua tebal dan tak terbaca, mereka sepakat menggantinya dengan lembaran rupiah dan sekalimat: sekedar buat makan
uang dan hasrat memiliki logika yang nyaris sama, mengalir saja.
sesekali terbendung menjadi gelombang yang tersimpan, lalu butuh liang liang kecil dan sekalimat: sekedar buang hasrat
dan tangis gadis kecil itu belum berhenti, tangannya mendekap di bawah punggung, tutupi bercak darah.
luka lama, lalu air mata.
Cawang, 18012018
Poetoe
adalah gadis kecil sesenggukan di perempatan saat malam telah teramat malam, kesedihan atas ketidakjelasan
norma telah lama digudangkan, sebagai buku tua tebal dan tak terbaca, mereka sepakat menggantinya dengan lembaran rupiah dan sekalimat: sekedar buat makan
uang dan hasrat memiliki logika yang nyaris sama, mengalir saja.
sesekali terbendung menjadi gelombang yang tersimpan, lalu butuh liang liang kecil dan sekalimat: sekedar buang hasrat
dan tangis gadis kecil itu belum berhenti, tangannya mendekap di bawah punggung, tutupi bercak darah.
luka lama, lalu air mata.
Cawang, 18012018
Poetoe
bersama
mencintaimu itu seperti perjalanan, pada satu masa yang tak terdefinisi, seperti tak berkesudahan
membacaimu sepanjang waktu, dan setiap langkah adalah penghubung antara keingintahuan dan kekaguman oleh pesonamu
garis wajahmu itu adalah deretan huruf, berbaris membangun makna, menggumpalkan sebait arti, sayang
bagaimana tidak jika setiap pagi senyum itu yang mula penuhi retina mataku?
bagaimana tidak jika sesap rasa lezat yang kukecap setiap pagi itu adalah buah karyamu?
dan genggam tanganmu adalah teman kita untuk menghadapi matahari saat ia malu malu mengintip di balik awan di langit pagi
dan saat hari beranjak terang, aku bergumam pinta doa dengan nafas tenang, perkenankan aku nikmati hari bersama ini, lama
aamiin.
Bekasi, 18012018
Poetoe
membacaimu sepanjang waktu, dan setiap langkah adalah penghubung antara keingintahuan dan kekaguman oleh pesonamu
garis wajahmu itu adalah deretan huruf, berbaris membangun makna, menggumpalkan sebait arti, sayang
bagaimana tidak jika setiap pagi senyum itu yang mula penuhi retina mataku?
bagaimana tidak jika sesap rasa lezat yang kukecap setiap pagi itu adalah buah karyamu?
dan genggam tanganmu adalah teman kita untuk menghadapi matahari saat ia malu malu mengintip di balik awan di langit pagi
dan saat hari beranjak terang, aku bergumam pinta doa dengan nafas tenang, perkenankan aku nikmati hari bersama ini, lama
aamiin.
Bekasi, 18012018
Poetoe
rela
maghrib
saat langit wingit
merah di cakrawala
candik-ala
beterbangan makhluk gaib
raib
senja
keinginan menari manja
tidak kumengerti
mengapa seenaknya
mengumbar kata
tak peduli kubikel norma
tanpa birama nalar
terputus sudah
ketetapan yang tak kita inginkan
alasan rasional kehilangan kesempatan
terduduk saja di bangku cadangan
caraku tetap bahagia sih
dengan menatap langit
bertanya tentang maksud dan pesan Dia
untuk apa semua ini
dan jika tak terjawab
maka terima saja
kecerdasan untuk menerima adalah kunci.
Bekasi, 17012018
Poetoe
saat langit wingit
merah di cakrawala
candik-ala
beterbangan makhluk gaib
raib
senja
keinginan menari manja
tidak kumengerti
mengapa seenaknya
mengumbar kata
tak peduli kubikel norma
tanpa birama nalar
terputus sudah
ketetapan yang tak kita inginkan
alasan rasional kehilangan kesempatan
terduduk saja di bangku cadangan
caraku tetap bahagia sih
dengan menatap langit
bertanya tentang maksud dan pesan Dia
untuk apa semua ini
dan jika tak terjawab
maka terima saja
kecerdasan untuk menerima adalah kunci.
Bekasi, 17012018
Poetoe
lakon
rembulan dan kita bercakap di teras rumah, seperti di
setiap pekan itu. percakapan tentang pesan langit, yang harus kita ulang
ulang baca dan endapkan. lalu hidup kita bahas bersama dengan kaca mata
langit itu.
dan bersama sama kita terbahak. betapa dunia mencandai kita. lewat kebodohan kita sendiri. dengan kesedihan yang sangat saat kehilangan atas apa yang tak kita miliki. juga betapa semangatnya kita berupaya dengan sungguh sungguh hingga lupa upaya kita ini untuk apa. tujuan itu lenyap tersesat di sudut senyap.
dan konyolnya, dilanjutkan dengan belanjakan banyak barang yang tak kita butuhkan.
dunia itu canda dan sandiwara yang sederhana. kita terkadang naif terlalu bersemangat jalani lakon.
sementara itu, atas lakon ini tak lalu pasti mendapat tepuk tangan penonton.
bermainlah untuk dirimu.
dirimu.
Bekasi, 17012018 pukul 23.23
Poetoe.
dan bersama sama kita terbahak. betapa dunia mencandai kita. lewat kebodohan kita sendiri. dengan kesedihan yang sangat saat kehilangan atas apa yang tak kita miliki. juga betapa semangatnya kita berupaya dengan sungguh sungguh hingga lupa upaya kita ini untuk apa. tujuan itu lenyap tersesat di sudut senyap.
dan konyolnya, dilanjutkan dengan belanjakan banyak barang yang tak kita butuhkan.
dunia itu canda dan sandiwara yang sederhana. kita terkadang naif terlalu bersemangat jalani lakon.
sementara itu, atas lakon ini tak lalu pasti mendapat tepuk tangan penonton.
bermainlah untuk dirimu.
dirimu.
Bekasi, 17012018 pukul 23.23
Poetoe.
Senin, 15 Januari 2018
matahari pagi
matahari pagi dan senyummu
mata indah itu dan awan putih di langit biru
padahal melotot marah
entah mungkin pura pura
tetap saja binarnya indah
pendar cahaya yang aku tangkap dengan kelopak mataku
kukunyah lewat retina
tersesap di pangkal otak
terus senyumlah
entah saat matahari pagi
ataupun siang
sama
bagiku akan sama menariknya.
Bekasi, 16012018
Poetoe
mata indah itu dan awan putih di langit biru
padahal melotot marah
entah mungkin pura pura
tetap saja binarnya indah
pendar cahaya yang aku tangkap dengan kelopak mataku
kukunyah lewat retina
tersesap di pangkal otak
terus senyumlah
entah saat matahari pagi
ataupun siang
sama
bagiku akan sama menariknya.
Bekasi, 16012018
Poetoe
Pak Afwan
aku jawab mantab: bapak
pak Afwan namanya
seniman, pematung juga pelukis
rambut gondrong dan berkumis
dia yang ajarkan aku menjadi pembelajar
belajar tanpa henti
bahkan saat diusir dari kelas karena tak kerjakan tugas, aku harus tetap berdiri di tepi jendela
tetap harus dengarkan pelajaran
juga saat dihukum karena rambut gondrong,
aku memilih hukuman berdiri di depan kelas
agar tetap bisa nikmati pelajaran
sebagai pembelajar tak boleh takut kritik
sekejam apa pun, kritik harus diterima sebagai ilmu
teringat betapa egaliternya bapak
saat berdebat denganku, ia membiarkan aku keras menyangkal pendapatnya, hingga membanting gelas... Duh...
pak Afwan, lelaki hebat itu
sesuai namanya selalu siap memaafkan
siapapun
setelah ia meninggalkan kami,
aku tak menemukan orang lain yang tak menyukainya
Bekasi, 15012018
Poetoe
siap
jakarta basah
senja lembab
hujan lembut peluk bumi
secangkir kopi, dingin
mi rebus hangat
senyummu lekat
gelisahmu dekat
mata bertanya penuh binar
keraguanmu kuusir, enyah
bukan jawab atas penasaran
melainkan kesiapan
atas takdir itu kuncinya
akal hanya penjaga
agar ruang dan waktu tetap bantu
bersiap atas segala vonis
berdoalah
akan aku aminkan
Jakarta, 15012018
Poetoe
senja lembab
hujan lembut peluk bumi
secangkir kopi, dingin
mi rebus hangat
senyummu lekat
gelisahmu dekat
mata bertanya penuh binar
keraguanmu kuusir, enyah
bukan jawab atas penasaran
melainkan kesiapan
atas takdir itu kuncinya
akal hanya penjaga
agar ruang dan waktu tetap bantu
bersiap atas segala vonis
berdoalah
akan aku aminkan
Jakarta, 15012018
Poetoe
Sadar bersandar nalar
dalam rimba kita butuh peta
dalam nada kita butuh birama
dalam cerita kita butuh tata kata
sampan kecil terlempar lempar ombak,
butuh kendali pada dayung
atau segera ikatkan di tonggak tepi dermaga
dalam karya terkadang meliar
karena merdeka adalah bekal kita
namun gelombang ide ini
harus segera tertaklukkan
tersadar butuh peran teman
untuk kendalikan layar
agar tak koyak oleh badai
berpegangan
bersandaran pada nalar
Pancoran, 15012018
Poetoe
dalam nada kita butuh birama
dalam cerita kita butuh tata kata
sampan kecil terlempar lempar ombak,
butuh kendali pada dayung
atau segera ikatkan di tonggak tepi dermaga
dalam karya terkadang meliar
karena merdeka adalah bekal kita
namun gelombang ide ini
harus segera tertaklukkan
tersadar butuh peran teman
untuk kendalikan layar
agar tak koyak oleh badai
berpegangan
bersandaran pada nalar
Pancoran, 15012018
Poetoe
api syak wasangka
bermula pada duga dan sangka
serupa kecipak pada dasar telaga yang dangkal
lumpur itu lalu menggelegak
ciptakan keruh
pekat
kebenaran itu bisa saja lalu lenyap
dalam rimbunnya ketidaktahuan
mendadak senyap
kehilangan titik terang itu
api syak wasangka membakar habis
kata percaya hilang terselip bebatuan ragu
duh
harus lebih serius lagi kumeminta
hiba penuh harap
hinakan diri
ampuni hamba
bersihkan dari segala jelaga hati
saat nampak begitu banyak keburukan orang
saat itu pula terbukti betapa kotor kaca mata hati ini
tersimpuh saja
rubuh dan luruh
aku malu
Pancoran, 15012018
Poetoe
serupa kecipak pada dasar telaga yang dangkal
lumpur itu lalu menggelegak
ciptakan keruh
pekat
kebenaran itu bisa saja lalu lenyap
dalam rimbunnya ketidaktahuan
mendadak senyap
kehilangan titik terang itu
api syak wasangka membakar habis
kata percaya hilang terselip bebatuan ragu
duh
harus lebih serius lagi kumeminta
hiba penuh harap
hinakan diri
ampuni hamba
bersihkan dari segala jelaga hati
saat nampak begitu banyak keburukan orang
saat itu pula terbukti betapa kotor kaca mata hati ini
tersimpuh saja
rubuh dan luruh
aku malu
Pancoran, 15012018
Poetoe
rindu yang malu malu
bisa jadi saat ini, kau berpikir tentangku, bisa juga tidak
mungkin seperti rindu yang ragu
hanya serupa pertanyaan kecil kenapa aku belum berkirim kabar?
tak seperti biasa ya,
yang sehari tiga kali menyapa, atau sekedar "hai"
aku sendiri juga bertanya sebenarnya
kenapa tak menyapamu hari ini
padahal rindu
mungkin ini hanya seperti harga diri yang terlampau tinggi
atau sekedar permainan agar kau lalu rindu
kau tahu betapa indahnya dirindukan seseorang
apalagi yang secantik kau
dan lalu hari berlalu begitu saja
seperti biasa
dan aku tergugu, ada rasa ragu
mungkin menahan rindu ini keliru
seperti melonggarkan ikatan dan lalu burung itu terbebas lepas
tiba tiba jadi debar yang getarkan dada
haruskah aku segera menghubungimu?
jadilah fragmen ini siksa yang anggun
rindu yang malu malu
perlahan yang mengiris bak sembilu
perih dan nyeri
menggelepar aku dalam galau
yang kacau
bermenit menit bahkan lalu berubah menjadi berjam jam
aku hanya lelaki bodoh itu
memandangi monitor telepon genggam itu
tanpa lakukan apa apa.
Jakarta, 15012018
Poetoe
mungkin seperti rindu yang ragu
hanya serupa pertanyaan kecil kenapa aku belum berkirim kabar?
tak seperti biasa ya,
yang sehari tiga kali menyapa, atau sekedar "hai"
aku sendiri juga bertanya sebenarnya
kenapa tak menyapamu hari ini
padahal rindu
mungkin ini hanya seperti harga diri yang terlampau tinggi
atau sekedar permainan agar kau lalu rindu
kau tahu betapa indahnya dirindukan seseorang
apalagi yang secantik kau
dan lalu hari berlalu begitu saja
seperti biasa
dan aku tergugu, ada rasa ragu
mungkin menahan rindu ini keliru
seperti melonggarkan ikatan dan lalu burung itu terbebas lepas
tiba tiba jadi debar yang getarkan dada
haruskah aku segera menghubungimu?
jadilah fragmen ini siksa yang anggun
rindu yang malu malu
perlahan yang mengiris bak sembilu
perih dan nyeri
menggelepar aku dalam galau
yang kacau
bermenit menit bahkan lalu berubah menjadi berjam jam
aku hanya lelaki bodoh itu
memandangi monitor telepon genggam itu
tanpa lakukan apa apa.
Jakarta, 15012018
Poetoe
menantang
aku pergi ke bukit
menatap matahari
silau kutahan hingga perih mendidih
cahaya berlebih tumpah ruah
kelopak mata tak lagi sanggup menahan
meleleh dalam air mata
aku hanya ingin mengisi diri
dengan keberanian
menantang terang
walau akhirnya menjelma gelap
gulita, kesadaran terengut
lalu sepi, suara suara lenyap
sunyi menelan seluruh bunyi
nguuuung.....
Pancoran, 15012018
Poetoe
menatap matahari
silau kutahan hingga perih mendidih
cahaya berlebih tumpah ruah
kelopak mata tak lagi sanggup menahan
meleleh dalam air mata
aku hanya ingin mengisi diri
dengan keberanian
menantang terang
walau akhirnya menjelma gelap
gulita, kesadaran terengut
lalu sepi, suara suara lenyap
sunyi menelan seluruh bunyi
nguuuung.....
Pancoran, 15012018
Poetoe
Minggu, 14 Januari 2018
pagi kita
dan pagi dengan aroma tanah basah
sajian rindu yang terbayar sudah
tarikan nafas utuh dan penuh
juga harum kopi yang telah kamu seduh
sini mendekatlah sejenak
biar kutatap lagi genang mata itu
terlalu banyak cerita
telah kita catatkan
goresan lembut pada sejarah kita
sini dekaplah aku sebentar
biar kukecup murungmu
hari masih panjang
pastikan pagi jadi energi
kuatkan hati di sepanjang waktu kita
aku kamu
padu.
bekasi, 15012018
Poetoe
sajian rindu yang terbayar sudah
tarikan nafas utuh dan penuh
juga harum kopi yang telah kamu seduh
sini mendekatlah sejenak
biar kutatap lagi genang mata itu
terlalu banyak cerita
telah kita catatkan
goresan lembut pada sejarah kita
sini dekaplah aku sebentar
biar kukecup murungmu
hari masih panjang
pastikan pagi jadi energi
kuatkan hati di sepanjang waktu kita
aku kamu
padu.
bekasi, 15012018
Poetoe
Rindu hebat
ahai
malam mengindah
saat nada bercumbu dengan bait bait rindu
terlebih lalu angin menderu menggoreskan warna sendu
seraut wajah itu
demikian detail jelas nampak
warna pipi
juga birama garis hidungmu
pesona tak tertandingi
ahai
malam merona malu
rindu teramat kuat menggeliat
kuasai mimpi pada tidur sesaat itu
menggelegak jika tak kusenandungkan
mungkin akan meledakkan benak
aih
mesti bagaimana kukelola rindu ini
bantu aku
musnahkan ia dengan sejenak bertemu
........
jatibening, 12012018
Poetoe
malam mengindah
saat nada bercumbu dengan bait bait rindu
terlebih lalu angin menderu menggoreskan warna sendu
seraut wajah itu
demikian detail jelas nampak
warna pipi
juga birama garis hidungmu
pesona tak tertandingi
ahai
malam merona malu
rindu teramat kuat menggeliat
kuasai mimpi pada tidur sesaat itu
menggelegak jika tak kusenandungkan
mungkin akan meledakkan benak
aih
mesti bagaimana kukelola rindu ini
bantu aku
musnahkan ia dengan sejenak bertemu
........
jatibening, 12012018
Poetoe
Rindu merindu
pernahkah kau rasakan
saat kau sengaja tahan diri untuk tidak berkomunikasi dengannya
lalu ada pesan masuk
"sibuk mas?"
perbincangan kemudian biasa saja
tapi kau yakin
sapa tanya ia tentu bermula dari rindu
dan kau bahagia
keindahan sebuah rindu yang malu ia akui bahwa ia rindu
dan kau pun enggan membahasnya
tak ingin mengusik harga dirinya
biarlah
toh kalian sama tahu
sama sama rindu merindu.
Transjakarta, 12012018
Poetoe
saat kau sengaja tahan diri untuk tidak berkomunikasi dengannya
lalu ada pesan masuk
"sibuk mas?"
perbincangan kemudian biasa saja
tapi kau yakin
sapa tanya ia tentu bermula dari rindu
dan kau bahagia
keindahan sebuah rindu yang malu ia akui bahwa ia rindu
dan kau pun enggan membahasnya
tak ingin mengusik harga dirinya
biarlah
toh kalian sama tahu
sama sama rindu merindu.
Transjakarta, 12012018
Poetoe
Puisi setiap hari
aku terlahir bersama kata
walau kata ibu aku telat bisa berbicara
lama aku menjadi anak dengan kata kata aneh saja saat berkomunikasi
mungkin serupa mantra
suatu hari saat belajar solat
aku rukuk dan tatapan mataku justru mengintip di antara dua kaki
melihat meja di belakangku
dan aku bergumam tentang benda benda di sana
gelas
toples
piring
selepas solat orang tuaku bahagia
anaknya bisa berkata kata
kata bapakku, setelah itu aku berubah
menjadi sangat suka berkata
menonton wayang kulit semalaman
sambil terus bertanya tentang tokoh tokohnya
terus berlanjut
saat jelang masuk sekolah dasar
aku bisa baca
kata mulai ada dalam tulisan di kepalaku
aku mulai suka membaca
bahkan novel kubaca di kelas satu
ahai... Laila Majnun, ku ingat novel itu
bocah ingusan yang mulai terbuai puisi Qais yang ia cipta untuk Laila
begitulah
wajar jika kini
aku dan puisi seperti satu sisi
tak terpisah
membuatku malas menulis dalam satu buku
bukankah aku berpuisi di sepanjang hidupku?
jika kau mau bukuku,
silakan berjalanlah di sisiku. Selalu.
Tol arah bekasi, 12012018
Poetoe
walau kata ibu aku telat bisa berbicara
lama aku menjadi anak dengan kata kata aneh saja saat berkomunikasi
mungkin serupa mantra
suatu hari saat belajar solat
aku rukuk dan tatapan mataku justru mengintip di antara dua kaki
melihat meja di belakangku
dan aku bergumam tentang benda benda di sana
gelas
toples
piring
selepas solat orang tuaku bahagia
anaknya bisa berkata kata
kata bapakku, setelah itu aku berubah
menjadi sangat suka berkata
menonton wayang kulit semalaman
sambil terus bertanya tentang tokoh tokohnya
terus berlanjut
saat jelang masuk sekolah dasar
aku bisa baca
kata mulai ada dalam tulisan di kepalaku
aku mulai suka membaca
bahkan novel kubaca di kelas satu
ahai... Laila Majnun, ku ingat novel itu
bocah ingusan yang mulai terbuai puisi Qais yang ia cipta untuk Laila
begitulah
wajar jika kini
aku dan puisi seperti satu sisi
tak terpisah
membuatku malas menulis dalam satu buku
bukankah aku berpuisi di sepanjang hidupku?
jika kau mau bukuku,
silakan berjalanlah di sisiku. Selalu.
Tol arah bekasi, 12012018
Poetoe
Barisan
langkah kaki bersama dalam barisan
tegap dengan hitungan yang pasti
setiap detiknya pas dengan irama langkah
indah
langkah kaki bersama dalam barisan
tegap namun terkadang tergagap
saat cidera itu melahirkan ngilu
irama menjadi goyah
tak lagi padu
sesekali bahkan terinjak dari belakang
pemimpin barisan sejati
tak sekedar berintruksi
namun juga berempati
saat satu kaki terciderai
maka segera tiup peluit untuk berhenti
satu saja langkah goyah
bisa jadi rubuh seluruh tubuh pasukan
siap grak
majuuuuu jalan.
Cawang, 12012018
Poetoe
tegap dengan hitungan yang pasti
setiap detiknya pas dengan irama langkah
indah
langkah kaki bersama dalam barisan
tegap namun terkadang tergagap
saat cidera itu melahirkan ngilu
irama menjadi goyah
tak lagi padu
sesekali bahkan terinjak dari belakang
pemimpin barisan sejati
tak sekedar berintruksi
namun juga berempati
saat satu kaki terciderai
maka segera tiup peluit untuk berhenti
satu saja langkah goyah
bisa jadi rubuh seluruh tubuh pasukan
siap grak
majuuuuu jalan.
Cawang, 12012018
Poetoe
Calon ibu
aku hanya ingin cepat menikah
cinta nanti saja lah
aku yakin waktu akan memberi ruang untuknya tumbuh
bersegeraku ini karena sadarku
aku ingin menjadi bagian penting dari peradaban dunia
tanpa peran rahimku, khawatir dunia tak seindah nanti setelah anakku lahir
aku hanya perempuan
yang siap menjadi ibu
menjadi gerbang dunia pula pintu ilmu
buat mereka
para penerus negeri
jadi jangan sekali kali kau ajak aku pacaran
sudah basi
cinta cintaan model itu terlalu naif untukku
karena aku calon ibu
bukan sekedar perempuan cantik
yang pantas kau kencani
aku hanya ingin cepat menikah
cinta nanti saja lah
aku yakin waktu akan memberi ruang untuknya tumbuh
Halte UKI, 12012018
Poetoe
cinta nanti saja lah
aku yakin waktu akan memberi ruang untuknya tumbuh
bersegeraku ini karena sadarku
aku ingin menjadi bagian penting dari peradaban dunia
tanpa peran rahimku, khawatir dunia tak seindah nanti setelah anakku lahir
aku hanya perempuan
yang siap menjadi ibu
menjadi gerbang dunia pula pintu ilmu
buat mereka
para penerus negeri
jadi jangan sekali kali kau ajak aku pacaran
sudah basi
cinta cintaan model itu terlalu naif untukku
karena aku calon ibu
bukan sekedar perempuan cantik
yang pantas kau kencani
aku hanya ingin cepat menikah
cinta nanti saja lah
aku yakin waktu akan memberi ruang untuknya tumbuh
Halte UKI, 12012018
Poetoe
Penumpang itu
ia gadis cantik
dandan kekanakan namun terlihat ceria
berdiri beberapa jengkal saja
suaranya saat angkat telepon saja
sudah ubah suasana
sesak penumpang tak lagi terasa
Ahai...
sesaat kemudian ia diam,
telepon ia tutup
tiba tiba sepi
hanya deru mesin
juga nafas berat penumpang ekspresi lelah
aku kehilangan ceria itu
memaksaku mencari
terlihat ia di antara penumpang
tersenyum renyah sambil membaca pesan di gadgetnya
Aih....
energi itu
benarlah jika nabi berpesan
bahwa wajah ceria juga senyuman itu bernilai sedekah
bisa jadi keceriaan itu menyelamatkan banyak orang
selamat dari lelah yang mengunyah benak
letih yang menggerogoti emosi
tanpa kata
hanya doa
kuucapkan terima kasih untuknya
Transjakarta, 12012018
Poetoe
dandan kekanakan namun terlihat ceria
berdiri beberapa jengkal saja
suaranya saat angkat telepon saja
sudah ubah suasana
sesak penumpang tak lagi terasa
Ahai...
sesaat kemudian ia diam,
telepon ia tutup
tiba tiba sepi
hanya deru mesin
juga nafas berat penumpang ekspresi lelah
aku kehilangan ceria itu
memaksaku mencari
terlihat ia di antara penumpang
tersenyum renyah sambil membaca pesan di gadgetnya
Aih....
energi itu
benarlah jika nabi berpesan
bahwa wajah ceria juga senyuman itu bernilai sedekah
bisa jadi keceriaan itu menyelamatkan banyak orang
selamat dari lelah yang mengunyah benak
letih yang menggerogoti emosi
tanpa kata
hanya doa
kuucapkan terima kasih untuknya
Transjakarta, 12012018
Poetoe
merdeka
aku mendekap beda
di setiap cerita
terkulai saja pada senja
mengeja namaMu
seperti mula dulu
saat mereka ajarkan hidup
terkulai menunduk saja
menanti panggilanMu
dan sepi mengunci pintu hati
terbiar diri sendiri
dengan hidangan dosa terserak
malu
bergetar bibir merapal permohonan ampunan
pengajuan penghapusan
aku ingin kembali merdeka, Tuhan
lelah terikat pada keakuan
letih emosi terperdaya ambisi
senja perlahan menggelap
hanya air mata.
Pancoran, 12012018
Poetoe
di setiap cerita
terkulai saja pada senja
mengeja namaMu
seperti mula dulu
saat mereka ajarkan hidup
terkulai menunduk saja
menanti panggilanMu
dan sepi mengunci pintu hati
terbiar diri sendiri
dengan hidangan dosa terserak
malu
bergetar bibir merapal permohonan ampunan
pengajuan penghapusan
aku ingin kembali merdeka, Tuhan
lelah terikat pada keakuan
letih emosi terperdaya ambisi
senja perlahan menggelap
hanya air mata.
Pancoran, 12012018
Poetoe
Kamis, 11 Januari 2018
Penumpang
berkendara umum di ibu kota
indahnya karena menangkap banyak rasa
wajah cantik lelah
wajah bocah yang tiba tiba bercilukba denganku
ahai...
sampai akhirnya ibunya yang melotot sewot
dan pemandangan penuh puing
bumi diaduk aduk mesin
monster pemakan tanah dan batu
tak kau dengarkah gerutu bumi?
ia terluka
namun bisa apa
duh...
kini derit mesin bis juga minta perhatian
besi besi itu berdencitan
menghiba
keluhkan terlambatnya ia diganti oli mesinnya
kasian
lelah dan terluka
tapi bisa apa
atau aku harus sampaikan ke sopirnya?
Pintu tol Bekasi timur, 11012018
Poetoe
indahnya karena menangkap banyak rasa
wajah cantik lelah
wajah bocah yang tiba tiba bercilukba denganku
ahai...
sampai akhirnya ibunya yang melotot sewot
dan pemandangan penuh puing
bumi diaduk aduk mesin
monster pemakan tanah dan batu
tak kau dengarkah gerutu bumi?
ia terluka
namun bisa apa
duh...
kini derit mesin bis juga minta perhatian
besi besi itu berdencitan
menghiba
keluhkan terlambatnya ia diganti oli mesinnya
kasian
lelah dan terluka
tapi bisa apa
atau aku harus sampaikan ke sopirnya?
Pintu tol Bekasi timur, 11012018
Poetoe
Waktu Dhuha
benderangnya matahari di puncak benderangnya
terlahir tentu dari gelap malam di puncak gelapnya
dan kesendirianmu tidaklah lalu Tuhan meninggalkanmu
sungguh kelak akhirat itu jauh lebih utama dari pada kini di sini
dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu hati kamu menjadi puas.
bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?
dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk
dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan
sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang
dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya
dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan
Mengaji di bis. 11012018
terlahir tentu dari gelap malam di puncak gelapnya
dan kesendirianmu tidaklah lalu Tuhan meninggalkanmu
sungguh kelak akhirat itu jauh lebih utama dari pada kini di sini
dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu hati kamu menjadi puas.
bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?
dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk
dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan
sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang
dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya
dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan
Mengaji di bis. 11012018
surga
di depan sana musuh menghadang pasti
walau di balik gunung pasir itu
tapi gemuruhnya demikian keras terdengar
denting pedang dan tombak bergesekan
mereka sudah menunggu
kematian di depan mata
apakah nyali lalu menghiba agar kembali?
tidak
bahkan ia tersenyum
seorang penyair pecinta dan pencipta kalam itu
yang berangkat bertempur karena cintanya pada Tuhan dan nabinya
tersenyum saja
mata berbinar
ia bergumam bibirnya bergetar
jika kau dekati
maka yang terdengar adalah
satu kata yang terulang ulang
surga
surga
surga
dan saat bendera perang dikibarkan
ia menghambur gembira
menjemput cintanya
dengan berbinar.
Cawang, 11012018
Poetoe
walau di balik gunung pasir itu
tapi gemuruhnya demikian keras terdengar
denting pedang dan tombak bergesekan
mereka sudah menunggu
kematian di depan mata
apakah nyali lalu menghiba agar kembali?
tidak
bahkan ia tersenyum
seorang penyair pecinta dan pencipta kalam itu
yang berangkat bertempur karena cintanya pada Tuhan dan nabinya
tersenyum saja
mata berbinar
ia bergumam bibirnya bergetar
jika kau dekati
maka yang terdengar adalah
satu kata yang terulang ulang
surga
surga
surga
dan saat bendera perang dikibarkan
ia menghambur gembira
menjemput cintanya
dengan berbinar.
Cawang, 11012018
Poetoe
Sihir cinta
bagaimana cinta menyihir kita
adalah serupa bagaimana lelah itu tiba tiba musnah
saat senyum kita bertemu pada senja itu
hanya selintas saja
tapi apa daya waktu saat sihir cinta bekerja
karena serta merta kini, nanti dan tadi lebur kehilangan makna
menjadi satu dalam kata "kita"
bagaimana cinta mengubah kita
adalah seperti saat kegelisahan itu moksa
hanya oleh dengus nafasmu pelan
yang tertangkap oleh dengarku
padahal demikian kejap
hanya detik satuan waktunya
tapi apa daya waktu saat sihir cinta bekerja
karena serta merta kini, nanti dan tadi lebur kehilangan makna
menjadi satu dalam kata "kita"
lalu kau masih ragu
bagaimana dahsyatnya cinta bekerja?
Transjakarta, 11012018
Poetoe
adalah serupa bagaimana lelah itu tiba tiba musnah
saat senyum kita bertemu pada senja itu
hanya selintas saja
tapi apa daya waktu saat sihir cinta bekerja
karena serta merta kini, nanti dan tadi lebur kehilangan makna
menjadi satu dalam kata "kita"
bagaimana cinta mengubah kita
adalah seperti saat kegelisahan itu moksa
hanya oleh dengus nafasmu pelan
yang tertangkap oleh dengarku
padahal demikian kejap
hanya detik satuan waktunya
tapi apa daya waktu saat sihir cinta bekerja
karena serta merta kini, nanti dan tadi lebur kehilangan makna
menjadi satu dalam kata "kita"
lalu kau masih ragu
bagaimana dahsyatnya cinta bekerja?
Transjakarta, 11012018
Poetoe
senggal sesal
sesak nafas
tersenggal
di dada ada satu anak panah tertancap
darah mengucur
dalam luka yang parah ternyata memang jadi hargai masa
setiap detik ternikmati
menghirup nafasnya sudah satu satu
dan perih mulanya itu
kini kebas, bebas
kematian seperti titian
hantarkan kasunyatan menyublim
sajikan mimpi yang hancur musnah
tak bersisa
sesal tak punya ruang
terbuang saja di sudut percuma.
indahkan jalan kematianku kelak, Tuhan...
Halte pancoran tugu, 11012018
Poetoe
tersenggal
di dada ada satu anak panah tertancap
darah mengucur
dalam luka yang parah ternyata memang jadi hargai masa
setiap detik ternikmati
menghirup nafasnya sudah satu satu
dan perih mulanya itu
kini kebas, bebas
kematian seperti titian
hantarkan kasunyatan menyublim
sajikan mimpi yang hancur musnah
tak bersisa
sesal tak punya ruang
terbuang saja di sudut percuma.
indahkan jalan kematianku kelak, Tuhan...
Halte pancoran tugu, 11012018
Poetoe
Senja muram
selalu saja
yang tersisa adalah lelah
berbincang yang terlihat sederhana itu
ternyata menghisap banyak energi
seperti banyak kata yang terucap
lalu terbang menempel di dinding
kelak di hari itu
mereka akan menuntutku
menghakimiku, menuntut bukti
juga bertanya:
berapa yang terluka karena
kata itu
berapa yang pula terkapar mati
Agh
rehatku
ialah mendangak ke atas
menatap awan yang menggelap
dan kesedihan itu seperti listrik
melewati tubuh
hingga ke rongga hati
lahirlah kesedihan yang teramat dalam
menyalakan api sekam jiwa
seperti air terdidih
perlahan air mata tumpah
Halte Pancoran Tugu, 11012018
Poetoe
yang tersisa adalah lelah
berbincang yang terlihat sederhana itu
ternyata menghisap banyak energi
seperti banyak kata yang terucap
lalu terbang menempel di dinding
kelak di hari itu
mereka akan menuntutku
menghakimiku, menuntut bukti
juga bertanya:
berapa yang terluka karena
kata itu
berapa yang pula terkapar mati
Agh
rehatku
ialah mendangak ke atas
menatap awan yang menggelap
dan kesedihan itu seperti listrik
melewati tubuh
hingga ke rongga hati
lahirlah kesedihan yang teramat dalam
menyalakan api sekam jiwa
seperti air terdidih
perlahan air mata tumpah
Halte Pancoran Tugu, 11012018
Poetoe
Selasa, 09 Januari 2018
Tonil
senja beranjak, sambil membanting pintu
ia marah, mungkin
karena jengah dengan bimbang yang menggemaskan
tergugu persis di gerbang
demikian lama, sibuk dengan bincang diri
tentang hati yang ingin terobati
namun berulang lagi lukai diri dengan belati
lagi
lagi
perih namun dinyanyikan
pedih namun ditonilkan
manusia
asyik dengan dramanya sendiri
menjemput konflik dengan ruas cerita
agar menarik
agar cantik
agar tetap dilirik pemirsa
manusia
tersesat oleh polesan bedak sendiri
silau oleh lampu panggung
dan.....
setelah tepuk tangan itu
ada kelegaan
namun juga gelisah
lakon ini terlalu dalam kuhidupi
bahkan cinta terlalu gulita
gelapkan akal sehatku
menunduk saja
berjalan perlahan di tengah penonton berjejalan.
Jakarta-Bekasi, 09012018
Poetoe
ia marah, mungkin
karena jengah dengan bimbang yang menggemaskan
tergugu persis di gerbang
demikian lama, sibuk dengan bincang diri
tentang hati yang ingin terobati
namun berulang lagi lukai diri dengan belati
lagi
lagi
perih namun dinyanyikan
pedih namun ditonilkan
manusia
asyik dengan dramanya sendiri
menjemput konflik dengan ruas cerita
agar menarik
agar cantik
agar tetap dilirik pemirsa
manusia
tersesat oleh polesan bedak sendiri
silau oleh lampu panggung
dan.....
setelah tepuk tangan itu
ada kelegaan
namun juga gelisah
lakon ini terlalu dalam kuhidupi
bahkan cinta terlalu gulita
gelapkan akal sehatku
menunduk saja
berjalan perlahan di tengah penonton berjejalan.
Jakarta-Bekasi, 09012018
Poetoe
Dua berhadapan
di bawah senja
mereka berhadapan
masing masing menyimak detak jantung
juga denyut nadi
sesekali saling tatap
tak lama
perempuan muda itu menghembuskan nafas. berat
masih tanpa kata
lelaki itu justru lalu menunduk
udara di sekitar seperti berkidung
dalam sepi mereka
tentang cinta yang jangan lagi kau tanya
tentang batas yang jangan lagi kau sangsikan
tentang sepi yang ternikmati pasti
kata juga aksara pun usang saja
kita sama tenang jika tak bersama
walau mungkin akan sama tersiksa
mereka berdua masih berhadapan
tanpa kata
kini bertatapan
perlahan terlahir tetesan air mata
sesegukan
menjadi nada berirama
di tengah telaga senja, yang tetap berusaha untuk tenang
padahal gelora dalam dada
berdenyutan, meletup letup
sampai kini
sampai hari ini.
Jakarta Bekasi, 09012018
Poetoe.
mereka berhadapan
masing masing menyimak detak jantung
juga denyut nadi
sesekali saling tatap
tak lama
perempuan muda itu menghembuskan nafas. berat
masih tanpa kata
lelaki itu justru lalu menunduk
udara di sekitar seperti berkidung
dalam sepi mereka
tentang cinta yang jangan lagi kau tanya
tentang batas yang jangan lagi kau sangsikan
tentang sepi yang ternikmati pasti
kata juga aksara pun usang saja
kita sama tenang jika tak bersama
walau mungkin akan sama tersiksa
mereka berdua masih berhadapan
tanpa kata
kini bertatapan
perlahan terlahir tetesan air mata
sesegukan
menjadi nada berirama
di tengah telaga senja, yang tetap berusaha untuk tenang
padahal gelora dalam dada
berdenyutan, meletup letup
sampai kini
sampai hari ini.
Jakarta Bekasi, 09012018
Poetoe.
Senin, 08 Januari 2018
Terbunuhnya marah
di bukit, aku memegang parang
bersitegang dengan diri
ijinku hendak aku bantai marah dalam diri
dan jelang gelap
yang tersisa hanya aku
bersama remah marah yang terkapar
di langit senja yang merah dikunyah malam
mengapa sekejam ini?
karena aku temui bahaya marah dalam denyut nadi
di sepanjang hari
serupa bakteri menguyah tubuh
membakar jiwa
menyebarkan kebencian
sebelum semua terlambat
aku tantang ia bertarung
di sini, di atas bukit
kutebas ia, hingga marah bersimbah darah
teronggok tanpa nyawa.
hari jadi benderang
terang namun tak panas lagi.
Jatibening, 09012018
Poetoe
bersitegang dengan diri
ijinku hendak aku bantai marah dalam diri
dan jelang gelap
yang tersisa hanya aku
bersama remah marah yang terkapar
di langit senja yang merah dikunyah malam
mengapa sekejam ini?
karena aku temui bahaya marah dalam denyut nadi
di sepanjang hari
serupa bakteri menguyah tubuh
membakar jiwa
menyebarkan kebencian
sebelum semua terlambat
aku tantang ia bertarung
di sini, di atas bukit
kutebas ia, hingga marah bersimbah darah
teronggok tanpa nyawa.
hari jadi benderang
terang namun tak panas lagi.
Jatibening, 09012018
Poetoe
rembulan bersiulan
malam ucapkan selamat malam
pada langit kelam
dan rembulan tampak berantakan
seperti baru terjaga dari rebah lama
angin menyanyi sunyi
lagu sepi tentang sendiri tanpa tepi
hidup terlalu riuh
menghirup pikuk pada kemarahan kolektif
pada canda tanpa birama
bersiulan ke sana kemari
serius mau berhenti?
sedu sedan di tepi perigi
sesal atau sekedar bingung
hati hendak di mana kau tambatkan
bersandarlah
menatap rembulan
semalaman.
Bekasi, 08012018
Poetoe
pada langit kelam
dan rembulan tampak berantakan
seperti baru terjaga dari rebah lama
angin menyanyi sunyi
lagu sepi tentang sendiri tanpa tepi
hidup terlalu riuh
menghirup pikuk pada kemarahan kolektif
pada canda tanpa birama
bersiulan ke sana kemari
serius mau berhenti?
sedu sedan di tepi perigi
sesal atau sekedar bingung
hati hendak di mana kau tambatkan
bersandarlah
menatap rembulan
semalaman.
Bekasi, 08012018
Poetoe
cinta tak biasa
cinta itu biasa
saat mulanya terpesona
lalu nikmati hari bersama
lalu enggan berpisah
lalu ingin saling miliki
cinta ini tak biasa
karena pesonanya justru pada
rasa yang ada di antara kita
lalu menikmati sepi dan sunyi sendiri sendiri
lalu berharap terpisah
lalu berharap tak saling miliki
cinta tak biasa
tanpa basa basi
tanpa permisi.
Jakarta, 08012018
Poetoe
saat mulanya terpesona
lalu nikmati hari bersama
lalu enggan berpisah
lalu ingin saling miliki
cinta ini tak biasa
karena pesonanya justru pada
rasa yang ada di antara kita
lalu menikmati sepi dan sunyi sendiri sendiri
lalu berharap terpisah
lalu berharap tak saling miliki
cinta tak biasa
tanpa basa basi
tanpa permisi.
Jakarta, 08012018
Poetoe
cahaya itu
seperti dalam pertarungan
mendekat lalu menjauh
mencermati masalah
mengukurnya
mencari penawarnya
jangan sampai terluka
berharap bahagia
usir duka
seperti kamera
zoom in lalu zoom out
mengeja masalah
detail lalu mundur meluas
hingga temukan kenyamanan
pada gerak benak
enggan untuk membentur bentur
memang sudah jalannya
setelah iman itu cobaan
sayatan itu keniscayaan
jika tak ingin kalah
kuncinya pada cara pandang
kaca mata bahagia yang dikenakan
hingga luka jadi tawa
hingga pedih jadi benih senyuman
hingga nestapa menjadi dendang nada
ajari aku
bimbing aku
aku bisa sesat jika tanpa peta.
Jakarta-Bekasi, 08012018
Poetoe
mendekat lalu menjauh
mencermati masalah
mengukurnya
mencari penawarnya
jangan sampai terluka
berharap bahagia
usir duka
seperti kamera
zoom in lalu zoom out
mengeja masalah
detail lalu mundur meluas
hingga temukan kenyamanan
pada gerak benak
enggan untuk membentur bentur
memang sudah jalannya
setelah iman itu cobaan
sayatan itu keniscayaan
jika tak ingin kalah
kuncinya pada cara pandang
kaca mata bahagia yang dikenakan
hingga luka jadi tawa
hingga pedih jadi benih senyuman
hingga nestapa menjadi dendang nada
ajari aku
bimbing aku
aku bisa sesat jika tanpa peta.
Jakarta-Bekasi, 08012018
Poetoe
Kelakar kopi
kesetiaanku pada pahitnya kopi ternoda
sehari sudah dua gelas kopi manis kusesap
yang terakhir sengaja tak ku aduk
namun rasa kopi adalah pencemburu
tentu ia tahu, ada kecap manis berselingkuh
walau samar ia tahu
dalam gelas kopi kita berkelakar
canda yang padat makna
tentang kebaikan yang butuh ruang pembiasaan
kondisi yang memungkinkan kebenaran terulang ulang
dan perlahan kekhilaf-salahan tergeser keluar dari ruang hari
ah...
bagaimana kita paham perlahan
bahwa dosa tak nyaman kita lakukan
bahwa perlawanan hak Tuhan atas hidup adalah kekeliruan
saat terhempas terasa lepas
tiada pegangan
berharap kematian saja yang datang
dan cahaya itu yang menderang
mencerahkan betapa bodohnya
hendak lari dari kesalahan yang memang pernah kita lakukan
kenapa pula masih berharap pada manusia?
air mata kesadaran
terjaga oleh kelakar senja
hanya terus belajar kuncinya
jangan ada kesombongan
walau setitik saja kan tutupi gerbang surga untuk kita
jangan isi penuh gelas kita
hingga selalu ada ruang
saat petunjuk itu datang
demikianlah kelakar senja
menabik makna
tertampar hati
malu, terlalu lama bersembunyi
dalam topeng diri
baiklah, ini saatnya aku buka
silakan baca aku
kehangatan canda ini membuatku percaya
bahwa keindahan kita adalah pada bincang hati
tanpa sekat
tanpa basa basi
itu.
Jakarta, 08012018
Poetoe
sehari sudah dua gelas kopi manis kusesap
yang terakhir sengaja tak ku aduk
namun rasa kopi adalah pencemburu
tentu ia tahu, ada kecap manis berselingkuh
walau samar ia tahu
dalam gelas kopi kita berkelakar
canda yang padat makna
tentang kebaikan yang butuh ruang pembiasaan
kondisi yang memungkinkan kebenaran terulang ulang
dan perlahan kekhilaf-salahan tergeser keluar dari ruang hari
ah...
bagaimana kita paham perlahan
bahwa dosa tak nyaman kita lakukan
bahwa perlawanan hak Tuhan atas hidup adalah kekeliruan
saat terhempas terasa lepas
tiada pegangan
berharap kematian saja yang datang
dan cahaya itu yang menderang
mencerahkan betapa bodohnya
hendak lari dari kesalahan yang memang pernah kita lakukan
kenapa pula masih berharap pada manusia?
air mata kesadaran
terjaga oleh kelakar senja
hanya terus belajar kuncinya
jangan ada kesombongan
walau setitik saja kan tutupi gerbang surga untuk kita
jangan isi penuh gelas kita
hingga selalu ada ruang
saat petunjuk itu datang
demikianlah kelakar senja
menabik makna
tertampar hati
malu, terlalu lama bersembunyi
dalam topeng diri
baiklah, ini saatnya aku buka
silakan baca aku
kehangatan canda ini membuatku percaya
bahwa keindahan kita adalah pada bincang hati
tanpa sekat
tanpa basa basi
itu.
Jakarta, 08012018
Poetoe
LDR (puisi cinta untuk yang terperangkap rasa terpisah jarak)
malam menatap langit, carilah bulan
kirimkan pesan lewat kerjap
menjadi peri peri kecil bersayap
terbang berpendar melalui cahaya
menujumu, di belahan bumi entah mana
bila angin lalu datang menjamu
lembut menerpa hati
kecup rindu
benak menggelepar nir nalar
nanar menatap bulan
cahyanya tertambat pada retina
bersama kenang tentang mu
jarak menanak rindu
menjadi kerak nan sendu
bisu
perlukah ku lawan
atau ku biarkan saja hati ini tertawan
pada interludemu
pada spasi
pada tanda waqof
pada jeda
karena ada harap akan jumpa.
Bekasi, Januari 2018
Poetoe
kirimkan pesan lewat kerjap
menjadi peri peri kecil bersayap
terbang berpendar melalui cahaya
menujumu, di belahan bumi entah mana
bila angin lalu datang menjamu
lembut menerpa hati
kecup rindu
benak menggelepar nir nalar
nanar menatap bulan
cahyanya tertambat pada retina
bersama kenang tentang mu
jarak menanak rindu
menjadi kerak nan sendu
bisu
perlukah ku lawan
atau ku biarkan saja hati ini tertawan
pada interludemu
pada spasi
pada tanda waqof
pada jeda
karena ada harap akan jumpa.
Bekasi, Januari 2018
Poetoe
Menunduk pagi
duduk istirah jelang terbit matahari
mencengkeramai diri
tunduk dalam saja
sampai matahari menyapa manja
terawali tentu dari dosa dan salah
lalu wajah wajah
terlebih mereka yang sedang berseteru namun berusaha tanpa marah
berbeda namun terus berharap lalu saling setuju
pejaman mata, dalam
hadirkan Dia dalam diam
bergetar
ternyata diri masih simpan ambisi
juga harga diri yang teramat tinggi
hingga mudah tersulut sakit hati
duh
saat pendapat kita benar dan ada rasa bangga
atau ada cibiran saat merasa orang lain salah
adalah kegelisahan hasilnya
ah...
tersadar ternyata aku belum selesai
membaca cermat diri secara benar dan utuh
masih ada api yang sesekali menyala
bukan cahaya yang mencerahkan.
malu aku
Bekasi, 06012018
Poetoe
mencengkeramai diri
tunduk dalam saja
sampai matahari menyapa manja
terawali tentu dari dosa dan salah
lalu wajah wajah
terlebih mereka yang sedang berseteru namun berusaha tanpa marah
berbeda namun terus berharap lalu saling setuju
pejaman mata, dalam
hadirkan Dia dalam diam
bergetar
ternyata diri masih simpan ambisi
juga harga diri yang teramat tinggi
hingga mudah tersulut sakit hati
duh
saat pendapat kita benar dan ada rasa bangga
atau ada cibiran saat merasa orang lain salah
adalah kegelisahan hasilnya
ah...
tersadar ternyata aku belum selesai
membaca cermat diri secara benar dan utuh
masih ada api yang sesekali menyala
bukan cahaya yang mencerahkan.
malu aku
Bekasi, 06012018
Poetoe
penjajahanmu atasku
bagaimana aku tak benci
jika sejak mula mencinta
kau sudah seenaknya menggumpal di kelopak mataku
hingga tak lagi ada matahari terang
semua samar, penuh bayanganmu
bagaimana aku tak benci
jika sejak mula aku merindu
kau sudah serupa pemahat batu
bergelantungan di dinding benak
pahatan tentangmu, guratan dalam
hingga penuh olehmu di ingatanku
bagaimana aku tak benci
jika secara tiba tiba kau jajah ruang kenangku
merebut kata lupa tentangmu
lalu
membuangnya
hingga genangan kenang itu hanya kamu
duh
aku penuh olehmu di sekujur ku.
Jakarta 05012018
Poetoe
jika sejak mula mencinta
kau sudah seenaknya menggumpal di kelopak mataku
hingga tak lagi ada matahari terang
semua samar, penuh bayanganmu
bagaimana aku tak benci
jika sejak mula aku merindu
kau sudah serupa pemahat batu
bergelantungan di dinding benak
pahatan tentangmu, guratan dalam
hingga penuh olehmu di ingatanku
bagaimana aku tak benci
jika secara tiba tiba kau jajah ruang kenangku
merebut kata lupa tentangmu
lalu
membuangnya
hingga genangan kenang itu hanya kamu
duh
aku penuh olehmu di sekujur ku.
Jakarta 05012018
Poetoe
(masih) Rabithah
saat terjebak sasar
kedengkian mengular
kebencian menyebar
kesedihan tak terbayar
duga membuar tebar luka dengan garam
api marah meliat geliat geram
butuh airmu
butuh senyummu itu
atau melompatlah
meninggi hingga tepi awan
agar paham betapa dunia mewah dan luas
kerdili diri betapa naif kita ini
masih pantaskah kau piara dugamu itu
sedang demikian jelas dengki itu takkan lahirkan arti
mengapa tak kau peluk saja ia
hamburkan sayang dan percaya
lalu senandungkan bersama
kidung tentang cinta yang mengikat
dalam pemahaman yang utuh
dan ketaatan yang sempurna
Tuhan,
kuatkan ikatan kami.
Jakarta, 05012018
Poetoe
kedengkian mengular
kebencian menyebar
kesedihan tak terbayar
duga membuar tebar luka dengan garam
api marah meliat geliat geram
butuh airmu
butuh senyummu itu
atau melompatlah
meninggi hingga tepi awan
agar paham betapa dunia mewah dan luas
kerdili diri betapa naif kita ini
masih pantaskah kau piara dugamu itu
sedang demikian jelas dengki itu takkan lahirkan arti
mengapa tak kau peluk saja ia
hamburkan sayang dan percaya
lalu senandungkan bersama
kidung tentang cinta yang mengikat
dalam pemahaman yang utuh
dan ketaatan yang sempurna
Tuhan,
kuatkan ikatan kami.
Jakarta, 05012018
Poetoe
siluet pagi
menyeruput kopi pahit pagi ini
menyesap gelisah yang wingit
menungguimu tersenyum
hingga waktu menggigit
bagaimana percaya tersusun
sedang mozaik itu terserak
satu satu
walau terseret seret
darah tercecer di sepanjang jalan
menatap matahari menancapkan
sembilu rindu
membran tembus
nyaris robek
mengakui ada irisan kenangan yang terselip
tak terlihat namun sulit terlupa
karena luka teramat dalam
di titik terakhir itu
tersimpuh terduduk
tertumpu pada lutut
maafkan aku
Jakarta, Januari 2018
Poetoe.
menyesap gelisah yang wingit
menungguimu tersenyum
hingga waktu menggigit
bagaimana percaya tersusun
sedang mozaik itu terserak
satu satu
walau terseret seret
darah tercecer di sepanjang jalan
menatap matahari menancapkan
sembilu rindu
membran tembus
nyaris robek
mengakui ada irisan kenangan yang terselip
tak terlihat namun sulit terlupa
karena luka teramat dalam
di titik terakhir itu
tersimpuh terduduk
tertumpu pada lutut
maafkan aku
Jakarta, Januari 2018
Poetoe.
samar
waktu pandai benar berkelakar
memisahtemukan kita tanpa kabar
walau saat pisah pun
tak benar sebenar pisah
karena kau selalu di hati. pasti.
dan kopi adalah bahasa kita
dan jari jariku serupa tulisan untukmu
membacai mereka satu satu
bagiku adalah debar yang tak sebentar
lalu tawa
terbahak bahagia
bahkan mereka yang pernah bahagia olehmu pun mengerumuniku
bangga
seolah pemenang, karena mereka percaya, juga kau
pada mimpi yang bahkan sekedar mimpi pun aku malu
bibir gelisah bergetar
keinginan ranum menawar debar
bekasi, 04012018
Poetoe
memisahtemukan kita tanpa kabar
walau saat pisah pun
tak benar sebenar pisah
karena kau selalu di hati. pasti.
dan kopi adalah bahasa kita
dan jari jariku serupa tulisan untukmu
membacai mereka satu satu
bagiku adalah debar yang tak sebentar
lalu tawa
terbahak bahagia
bahkan mereka yang pernah bahagia olehmu pun mengerumuniku
bangga
seolah pemenang, karena mereka percaya, juga kau
pada mimpi yang bahkan sekedar mimpi pun aku malu
bibir gelisah bergetar
keinginan ranum menawar debar
bekasi, 04012018
Poetoe
dan ang-kita
kopi, tikus, kucing, anjing dan laut
lalu siang itu kami kecup
cinta, lawan, pasangan, diri dan lingkungan
menebak nebakjiwa
harum matahari kami sesap
mau bahagia atau berarti?
pelepas dahaga atau sebilah belati?
kebergantungan menjadi tuak
sandaran entah mungkin pelarian
aku, kau atau mereka...
KopiMana, 3 Januari 2018
Poetoe
lalu siang itu kami kecup
cinta, lawan, pasangan, diri dan lingkungan
menebak nebakjiwa
harum matahari kami sesap
mau bahagia atau berarti?
pelepas dahaga atau sebilah belati?
kebergantungan menjadi tuak
sandaran entah mungkin pelarian
aku, kau atau mereka...
KopiMana, 3 Januari 2018
Poetoe
Selasa, 02 Januari 2018
Rabithah
rapatkan barisan,
pastikan jangan ada sela
kita bersama dalam cinta, jangan ada syetan di antara kita
bangunan ini kokoh oleh taat
ikatannya saling percaya
ruang pribadi dan kreasi ada
namun tak boleh melewati batas ketundukan
terkadang ada jebakan di tengahnya
berupa gairah membela teman
solidaritas
namun lingkupnya sempit sebatas kelompok kecil
terpeleset bisa jadi jatuh
jatuh pada konflik yang tak perlu
dan bersama tentu lebih utama
jika beda, kita tetap bisa saling berdoa
kuatkan ikatan hati ini,
sampai nanti
sampai mati.
Bekasi, 03 Januari 2018
Poetoe
pastikan jangan ada sela
kita bersama dalam cinta, jangan ada syetan di antara kita
bangunan ini kokoh oleh taat
ikatannya saling percaya
ruang pribadi dan kreasi ada
namun tak boleh melewati batas ketundukan
terkadang ada jebakan di tengahnya
berupa gairah membela teman
solidaritas
namun lingkupnya sempit sebatas kelompok kecil
terpeleset bisa jadi jatuh
jatuh pada konflik yang tak perlu
dan bersama tentu lebih utama
jika beda, kita tetap bisa saling berdoa
kuatkan ikatan hati ini,
sampai nanti
sampai mati.
Bekasi, 03 Januari 2018
Poetoe
Senjakala kamajaya
mana sayap mengapa begitu senyap
beterbangan aku dan lukaku
berkelidan dengan awan
bercumbu dengan mendung
tak terkejar kau
justru terkecup rinduku
buyarlah, berkibaran rahsa ajaib itu
kerinduan yang tabu
cinta yang menggebu namun tak layak tayang
untuk apa
nalar memang bengis
pisau tajam logika siap mengiris
mencongkel bersih serpihan kamajaya
tandas habis
mana sisa
kita poranda
dua tubuh tanpa rasa
hanya raga
hanya raga.
Pajakafe, 02 Januari 2018
Poetoe
beterbangan aku dan lukaku
berkelidan dengan awan
bercumbu dengan mendung
tak terkejar kau
justru terkecup rinduku
buyarlah, berkibaran rahsa ajaib itu
kerinduan yang tabu
cinta yang menggebu namun tak layak tayang
untuk apa
nalar memang bengis
pisau tajam logika siap mengiris
mencongkel bersih serpihan kamajaya
tandas habis
mana sisa
kita poranda
dua tubuh tanpa rasa
hanya raga
hanya raga.
Pajakafe, 02 Januari 2018
Poetoe
di dalam.
Pintu: adalah penghubung antara dalam dan luar
dan luar terlalu liar
riuh gempita dengan marah
saling menyalahkan
mau menang sendiri
Fitnah
membuat enggan beranjak
meringkuk saja di sini
sesekali pintu kubuka, agar bisa
melihat luar
melihat saja
tanpa keberanian melangkah ke sana
meringkuk saja di sudut dalam
ternyata tak lalu sepi
dalam hening terkadang justru lebih bening melihat semua
duduk di tepi belik kecil
air yang tergenang benar benar dari mata air
dingin dan sejuk
berlama lama tak kan bosan.
lalu pintu aku tutup
di dalam saja; cukuplah.
Bekasi, 1 Januari 2018
Poetoe
dan luar terlalu liar
riuh gempita dengan marah
saling menyalahkan
mau menang sendiri
Fitnah
membuat enggan beranjak
meringkuk saja di sini
sesekali pintu kubuka, agar bisa
melihat luar
melihat saja
tanpa keberanian melangkah ke sana
meringkuk saja di sudut dalam
ternyata tak lalu sepi
dalam hening terkadang justru lebih bening melihat semua
duduk di tepi belik kecil
air yang tergenang benar benar dari mata air
dingin dan sejuk
berlama lama tak kan bosan.
lalu pintu aku tutup
di dalam saja; cukuplah.
Bekasi, 1 Januari 2018
Poetoe
Semut itu
semut kecil hitam berkepala besar
sendirian saja
gerakan kepalanya mengangguk angguk
entah anggukan setuju atau tanda bahwa ia mengerti
tapi setuju atas apa
atau mengerti tentang apa
atau
jangan jangan ia meledekku
lelaki bodoh yang duduk di bawah pohon,
memandang semut di bebatuan
mungkin bukan sekedar memandang
melainkan saling berpandangan
dan ia yang lebih mengerti aku
dibanding aku mengerti dia
dan sepertinya memang iya
karena lalu ia mendekat
memanjat sandalku, hingga meraih jempol kakiku
berhenti di sana, mungkin ia mencermati tekstur kulit kakiku
menghitung berapa luka di jemari
bisa jadi ia juga menganalisa sebab luka itu
membaca masa laluku dari kulit kakiku
aku jadi takut
hendak kusentil pergi tapi....
terpikir jika ternyata bukan itu yang ia pikirkan? alangkah kejamnya
akhirnya aku biarkan saja
jika pun ia baca, lalu apa rugiku
ia toh tak punya sosial media untuk menyebarkan rahasiaku
paling ia hanya akan sampaikan ke teman teman sesama semut,
itu pun kalau ia bisa kembali pulang
melihat kesendiriannya, bisa jadi ia semut yang tak punya banyak teman
belum lagi cuaca yang mungkin sebentar lagi hujan
bisa jadi ia terbawa arus, lalu tersesat tak temukan jalan pulang
semut itu mendongak ke atas
seperti mencari wajahku
lalu mengangguk angguk lagi
entah anggukan apa
mungkin anggukan mengerti
tentang apa yang aku pikirkan
atau anggukan permisi, ia mau pamit
karena tak lama setelah itu
ia beranjak
begitu saja
tanpa gigitan
begitu saja.
Subang, 01 Januari 2018
Poetoe
sendirian saja
gerakan kepalanya mengangguk angguk
entah anggukan setuju atau tanda bahwa ia mengerti
tapi setuju atas apa
atau mengerti tentang apa
atau
jangan jangan ia meledekku
lelaki bodoh yang duduk di bawah pohon,
memandang semut di bebatuan
mungkin bukan sekedar memandang
melainkan saling berpandangan
dan ia yang lebih mengerti aku
dibanding aku mengerti dia
dan sepertinya memang iya
karena lalu ia mendekat
memanjat sandalku, hingga meraih jempol kakiku
berhenti di sana, mungkin ia mencermati tekstur kulit kakiku
menghitung berapa luka di jemari
bisa jadi ia juga menganalisa sebab luka itu
membaca masa laluku dari kulit kakiku
aku jadi takut
hendak kusentil pergi tapi....
terpikir jika ternyata bukan itu yang ia pikirkan? alangkah kejamnya
akhirnya aku biarkan saja
jika pun ia baca, lalu apa rugiku
ia toh tak punya sosial media untuk menyebarkan rahasiaku
paling ia hanya akan sampaikan ke teman teman sesama semut,
itu pun kalau ia bisa kembali pulang
melihat kesendiriannya, bisa jadi ia semut yang tak punya banyak teman
belum lagi cuaca yang mungkin sebentar lagi hujan
bisa jadi ia terbawa arus, lalu tersesat tak temukan jalan pulang
semut itu mendongak ke atas
seperti mencari wajahku
lalu mengangguk angguk lagi
entah anggukan apa
mungkin anggukan mengerti
tentang apa yang aku pikirkan
atau anggukan permisi, ia mau pamit
karena tak lama setelah itu
ia beranjak
begitu saja
tanpa gigitan
begitu saja.
Subang, 01 Januari 2018
Poetoe
tunduk
lipatan lengan baju sendiri yang terlihat
kepala bersandar pada tepi meja
aku lelah mendongakkan wajah
butuh istirah, tunduk saja
biarkan ruang pandang menyempit
hanya aku dan diriku saja
hingga helaan nafas yang tarik hembus pelan itu terasa setiap detailnya
hingga laju darah dalam nadi itu terasa denyutnya
hingga ingus yang tertahan di pangkal hidung itu terasa posisi persisnya
juga kopi yang mengalir hingga ke lambung itu terasa sensasinya
dan aku tak temukan orang lain
hanya aku dan diriku
benak aku rehatkan sesaat dari aktifitas kenang mengenang
hati aku hentikan sejenak dari kegiatan harap mengharap
nguuuuung.
hanya dua menit saja
terasa lama dan menyegarkan
01 Januari 2018
Poetoe.
kepala bersandar pada tepi meja
aku lelah mendongakkan wajah
butuh istirah, tunduk saja
biarkan ruang pandang menyempit
hanya aku dan diriku saja
hingga helaan nafas yang tarik hembus pelan itu terasa setiap detailnya
hingga laju darah dalam nadi itu terasa denyutnya
hingga ingus yang tertahan di pangkal hidung itu terasa posisi persisnya
juga kopi yang mengalir hingga ke lambung itu terasa sensasinya
dan aku tak temukan orang lain
hanya aku dan diriku
benak aku rehatkan sesaat dari aktifitas kenang mengenang
hati aku hentikan sejenak dari kegiatan harap mengharap
nguuuuung.
hanya dua menit saja
terasa lama dan menyegarkan
01 Januari 2018
Poetoe.
Langganan:
Postingan (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...