rindu jadi bara
jarak jadi tatap
janji jadi bukti
bayang terlahap dekap
napas empas terhempas
helaan udara yang terampas
hasrat yang terkupas
jengah meranggas
rindu dalam detak
jeda musnah dalam jarak
kata kata beranak pinak
bayang-bayang menggelegak
jelang kehangatan hilang
bersandar pada tiang nalar
tersadar kita sama-sama jalang
napas ikan di trotoar menggelepar
lalu aku beri tanda
bubuhkan jelaga di dada
semakin luka semakin banyak bekal untuk jeda
jika pun ini terakhir, kenang ini kan menggema, lama.
Jakarta, 2112208
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Minggu, 30 Desember 2018
cerita kita
kereta tertahan
derita kau tahan
suara pelan
khawatirku kan terpisahkan
tanpa mantra kuterbangkanku
menyelinap di kantong bajumu
dalam perjalanan rindumu
yang bukan rindu padaku
dalam penuh sesak penumpang
aku senandungkan dendang
sebagai teman bak pohon rindang
di tengah kerontangnya siang gersang
hingga senja bergelanyut manja
saat maghrib menebar langit merah
menanti di depan stasiun berdebaran saja
sampai hadirmu dan senyum indah rekah
genggam tatap dalam lekat dan pekat
debar siul desir darah
mata tanpa sekat
paut mata jelas mengarah
kita mengukir nama kita
di tebing masa
hanya tentang kita
berendam di telaga rasa.
Bekasi, 21122018
Poetoe
derita kau tahan
suara pelan
khawatirku kan terpisahkan
tanpa mantra kuterbangkanku
menyelinap di kantong bajumu
dalam perjalanan rindumu
yang bukan rindu padaku
dalam penuh sesak penumpang
aku senandungkan dendang
sebagai teman bak pohon rindang
di tengah kerontangnya siang gersang
hingga senja bergelanyut manja
saat maghrib menebar langit merah
menanti di depan stasiun berdebaran saja
sampai hadirmu dan senyum indah rekah
genggam tatap dalam lekat dan pekat
debar siul desir darah
mata tanpa sekat
paut mata jelas mengarah
kita mengukir nama kita
di tebing masa
hanya tentang kita
berendam di telaga rasa.
Bekasi, 21122018
Poetoe
jarak
rindu itu racun
temu yang tabu
sapa yang hampa
peluk yang terkutuk
cinta menggulita
sekat norma pekat
hasrat tersedak
waktu menggerutu
pada akhirnya berlabuh
tatap berhadapan utuh
namun saat sentuh
sekujur tubuh lumpuh
kau di dermaga
aku di seberang telaga
kau tak menunggu
aku terpaku dalam pukau
Bekasi, 20122018
Poetoe
temu yang tabu
sapa yang hampa
peluk yang terkutuk
cinta menggulita
sekat norma pekat
hasrat tersedak
waktu menggerutu
pada akhirnya berlabuh
tatap berhadapan utuh
namun saat sentuh
sekujur tubuh lumpuh
kau di dermaga
aku di seberang telaga
kau tak menunggu
aku terpaku dalam pukau
Bekasi, 20122018
Poetoe
pencarian
ruang ruang gelap,
aroma arak,
asap yang mengerak,
rasa mencari cari yang memperjalankan kaki.
mata sembab,
lantai lembab,
aroma air tertahan lama,
bercak bercak sisa usia terinjak sol sepatu.
di mana ah di mana
pencarian adalah rangkaian penasaran yang terikat duga dan hipotesis
setiap teguk hanya tambahan dahaga
aku mencinta namun mana
aku mendamba namun untuk apa
aku menunggu namun reguk rindu tertawan di cawan masa
aku tertawa kubiar hasrat terlempar di rawa rawa
Pancoran, 03 Desember 2018
Poetoe
aroma arak,
asap yang mengerak,
rasa mencari cari yang memperjalankan kaki.
mata sembab,
lantai lembab,
aroma air tertahan lama,
bercak bercak sisa usia terinjak sol sepatu.
di mana ah di mana
pencarian adalah rangkaian penasaran yang terikat duga dan hipotesis
setiap teguk hanya tambahan dahaga
aku mencinta namun mana
aku mendamba namun untuk apa
aku menunggu namun reguk rindu tertawan di cawan masa
aku tertawa kubiar hasrat terlempar di rawa rawa
Pancoran, 03 Desember 2018
Poetoe
Bagaimana rindu bekerja
aku tak mengerti bagaimana rindu bekerja
seolah selalu menunggu di depan pintu saja
tiba tiba sudah melompat ke ruang ingatan
seenaknya berlompatan bermain-main dengan kenangan dan harapan
mungkin memang tak harus mengerti bagaimana rindu beraksi
biarkan saja ia menginterupsi
atas lintasan-lintasan bisik hati
lalu kuasai ruang sidang nurani
dan aku tetap saja tak mengerti
bagaimana kau bisa ada di sini
berkemah di tanah lapang jiwa
di samping telaga kenangan
katanya rindu yang menerbangkanmu
hingga jarak tak berdaya
hingga waktu tak mampu menghalangimu
Bekasi, 02122018
Poetoe
seolah selalu menunggu di depan pintu saja
tiba tiba sudah melompat ke ruang ingatan
seenaknya berlompatan bermain-main dengan kenangan dan harapan
mungkin memang tak harus mengerti bagaimana rindu beraksi
biarkan saja ia menginterupsi
atas lintasan-lintasan bisik hati
lalu kuasai ruang sidang nurani
dan aku tetap saja tak mengerti
bagaimana kau bisa ada di sini
berkemah di tanah lapang jiwa
di samping telaga kenangan
katanya rindu yang menerbangkanmu
hingga jarak tak berdaya
hingga waktu tak mampu menghalangimu
Bekasi, 02122018
Poetoe
pawai kawula
langkah terhenti lilin hampir padam
degub jantung berdentuman
antara pembuktian keimanan
atau kejelian memaknai keberanian
seperti barisan yang betapa rapinya
terikat erat oleh cinta
ketaatan yang sempurna
melampaui batas batas pemahaman yang sederhana
sesaat terhenti pastikan tetap ada cahaya
langkah perlahan hati hati membaca bahaya
namun tetap waspada dari jeratan syak wasangka
sesekali pejamkan mata biarkan nurani berkata
Bekasi, 02 Desember 2018
Poetoe
degub jantung berdentuman
antara pembuktian keimanan
atau kejelian memaknai keberanian
seperti barisan yang betapa rapinya
terikat erat oleh cinta
ketaatan yang sempurna
melampaui batas batas pemahaman yang sederhana
sesaat terhenti pastikan tetap ada cahaya
langkah perlahan hati hati membaca bahaya
namun tetap waspada dari jeratan syak wasangka
sesekali pejamkan mata biarkan nurani berkata
Bekasi, 02 Desember 2018
Poetoe
bebal dan sengak
malas tanpa semangat
kata kata menyengat
benak menggeliat
mimpi penat
rindu ini bebal
diinjak malah menebal
diaduk justru menggumpal
diabaikan pun tetap mengental
cinta yang sengak
berdiri congkak
rasa memiliki yang koyak
rasa cemburu yang terinjak injak
hadapi badai rasa
porak poranda tak bersisa
tunduk dalam putus asa
harga diri pun moksa
Bekasi, 1 Desember 2018
Poetoe
kata kata menyengat
benak menggeliat
mimpi penat
rindu ini bebal
diinjak malah menebal
diaduk justru menggumpal
diabaikan pun tetap mengental
cinta yang sengak
berdiri congkak
rasa memiliki yang koyak
rasa cemburu yang terinjak injak
hadapi badai rasa
porak poranda tak bersisa
tunduk dalam putus asa
harga diri pun moksa
Bekasi, 1 Desember 2018
Poetoe
Kisah sekarat
seperti anjing lapar
waktu menguntit kita
tak kenal mundur ataupun gentar
hingga tiba saat sukma kita
dicabiknya
membaca sejarah kita berbenah
pelan-pelan mitos diri tertatah
pada dinding masa
pada kerjap rasa
akankah saat maut datang
aku justru meringkuk takut
bergetaran gelisah resah taut bertaut
menjadi pengembara tanpa bekal,
kumal dan kusut
perlahan wajah dikunyah waktu mengisut penuh kerut
jika tiba maka
berkelojotanlah raga
susah payah berkelindan dengan dunia
meregang raih sekenanya
nikmatnya raib
bibir mencercau rapalkan kata
entah doa entah nestapa
mata terbelalak
napas tercekat
nyawa mengepak
tubuh meregang cepat
titik.
Bekasi, 30 November 2018
Poetoe
waktu menguntit kita
tak kenal mundur ataupun gentar
hingga tiba saat sukma kita
dicabiknya
membaca sejarah kita berbenah
pelan-pelan mitos diri tertatah
pada dinding masa
pada kerjap rasa
akankah saat maut datang
aku justru meringkuk takut
bergetaran gelisah resah taut bertaut
menjadi pengembara tanpa bekal,
kumal dan kusut
perlahan wajah dikunyah waktu mengisut penuh kerut
jika tiba maka
berkelojotanlah raga
susah payah berkelindan dengan dunia
meregang raih sekenanya
nikmatnya raib
bibir mencercau rapalkan kata
entah doa entah nestapa
mata terbelalak
napas tercekat
nyawa mengepak
tubuh meregang cepat
titik.
Bekasi, 30 November 2018
Poetoe
Perjalanan rasa
jatuh rindu lalu malu
semua tak lagi seperti dulu
tak lagi tentang yang kita mau
bahkan waktu seperti selalu menggerutu
jatuh cinta lalu luka
semua seperti telah tertata
saat rasa berjingkat mendekat, pekat
bahkan hasrat merayap pelan di pelupuk mata
dan semesta mentertawakan kita
juga kenyataan yang serupa sayatan
memerih pedihkan mimpi
harap pun sekarat di tepi sepi
Bekasi, 29 November 2018
Poetoe
semua tak lagi seperti dulu
tak lagi tentang yang kita mau
bahkan waktu seperti selalu menggerutu
jatuh cinta lalu luka
semua seperti telah tertata
saat rasa berjingkat mendekat, pekat
bahkan hasrat merayap pelan di pelupuk mata
dan semesta mentertawakan kita
juga kenyataan yang serupa sayatan
memerih pedihkan mimpi
harap pun sekarat di tepi sepi
Bekasi, 29 November 2018
Poetoe
Sakit kepala
meraba nadi dengan berlayar bersama denyut darah
pejaman mata untuk pertajam mata yang lain
terasa ada nyeri di satu sisi
seperti gumpalan kecil darah tersangkut
dengan pikiran kuperintahkan serat di benak menegang di titik gumpal
terasa nyeri meningkat
mungkin gumpal darah itu terpompa paksa
ah
aku hela nafas kulepas ketegangan
perih nyeri terhempas
selokan darah di kepala kembali lancar
serpih kenangan terbawa arusnya
terbelah pecah
menjadi serbuk serbuk kegetiran
dalam diam
mencoba lebih dekat dengan sakit kepalaku
dalam kopi kuberendam
mencoba lepas sekat silam dan harapku
Pondok kelapa, 25 November 2018
Poetoe
pejaman mata untuk pertajam mata yang lain
terasa ada nyeri di satu sisi
seperti gumpalan kecil darah tersangkut
dengan pikiran kuperintahkan serat di benak menegang di titik gumpal
terasa nyeri meningkat
mungkin gumpal darah itu terpompa paksa
ah
aku hela nafas kulepas ketegangan
perih nyeri terhempas
selokan darah di kepala kembali lancar
serpih kenangan terbawa arusnya
terbelah pecah
menjadi serbuk serbuk kegetiran
dalam diam
mencoba lebih dekat dengan sakit kepalaku
dalam kopi kuberendam
mencoba lepas sekat silam dan harapku
Pondok kelapa, 25 November 2018
Poetoe
Penat
siang terik menggunting kesadaran
percakapan dalam diri yang merahasia
semacam dusta yang santun
tersimpan saja di kantong waktu
secangkir kopi dengan kegelisahan yang basah
serupa jalanan yang tersiram hujan
di balik pepohonan malaikat maut mengintip
tak peduli kesiapan kita, kapan saja ia bisa jalankan tugasnya
udara terhempas dari pori pori bumi
terdorong air hujan
menguarlah aroma sisa hujan
tanah basah yang memeluk hangat kenangan
lalu kita enggan bercakapan
membiarkan saja sepi terseduh di sisa kopi kita
menarik nafas panjang
berharap kelegaan berharap kerelaan.
Bekasi, 23 November 2018
Poetoe
percakapan dalam diri yang merahasia
semacam dusta yang santun
tersimpan saja di kantong waktu
secangkir kopi dengan kegelisahan yang basah
serupa jalanan yang tersiram hujan
di balik pepohonan malaikat maut mengintip
tak peduli kesiapan kita, kapan saja ia bisa jalankan tugasnya
udara terhempas dari pori pori bumi
terdorong air hujan
menguarlah aroma sisa hujan
tanah basah yang memeluk hangat kenangan
lalu kita enggan bercakapan
membiarkan saja sepi terseduh di sisa kopi kita
menarik nafas panjang
berharap kelegaan berharap kerelaan.
Bekasi, 23 November 2018
Poetoe
3 kota 3 kata
berkunjung di 3 kota
bertemu dengan ke 3 anak
tersadar tua
anak anak sudah menyebar
menebarkan benih mimpi mereka
berbekal 3 kata
meramu temu bertukar benak
tersadar tua
kini harus lebih sabar mendengar
menyegarkan perjalanan dengan tawa terbuka
3 kata untuk mereka
aku sayang kalian.
Subang, 20112018
Poetoe
bertemu dengan ke 3 anak
tersadar tua
anak anak sudah menyebar
menebarkan benih mimpi mereka
berbekal 3 kata
meramu temu bertukar benak
tersadar tua
kini harus lebih sabar mendengar
menyegarkan perjalanan dengan tawa terbuka
3 kata untuk mereka
aku sayang kalian.
Subang, 20112018
Poetoe
serigalamu
aku ketuk pintu dan masih saja tertutup
malam seperti hantu
kelam dan aku satu
kau di balik pintu
nafasmu menyelinap dari lubang kunci
bebisik bisik lupakan lupakan
betapa sulit hingga waktu terjejali kerja penat
kenangan tetap serupa jelaga yang melogam padat
aku di bukit
menjadi srigala untukmu
meraung raung memanggil rembulan
jika terbang pun tak mampu bagaimana kan memelukmu
keinginan yang melukai
kepura-puraan yang bisa membunuhmu
topeng yang melengket erat di seluruh wajah
dan waktu
menyatu kita dalam waktu
saling seteru
berebut hak untuk sekedar kata rindu.
15112018
Poetoe
malam seperti hantu
kelam dan aku satu
kau di balik pintu
nafasmu menyelinap dari lubang kunci
bebisik bisik lupakan lupakan
betapa sulit hingga waktu terjejali kerja penat
kenangan tetap serupa jelaga yang melogam padat
aku di bukit
menjadi srigala untukmu
meraung raung memanggil rembulan
jika terbang pun tak mampu bagaimana kan memelukmu
keinginan yang melukai
kepura-puraan yang bisa membunuhmu
topeng yang melengket erat di seluruh wajah
dan waktu
menyatu kita dalam waktu
saling seteru
berebut hak untuk sekedar kata rindu.
15112018
Poetoe
dalih cinta
betapa luka ini terbiar terbuka
bernanah
merintih perih
meronta tanpa daya
waktu menggantung
nafas berkejaran
sakit teramat sakit
betapa cinta kehilangan makna
menjadi alasan untuk menampar
menjadi pemicu marah yang berkobar
menjadi dalih kerelaan atas siksa
pedih yang dijejalpaksakan setiap hari
setiap detik di sepanjang masa hidupnya
betapa cinta kehilangan makna
tanda sayang nyaris membawa nyawa melayang
tarikan rambut dan cekikan leher
hantaman berulang
menjadi irama
bernyanyilah jerit dan tawa
bercandalah cinta dan nestapa
yang tersisa isak tangis
hangat air mata
anyir darah di sudut bibir
getir harap meringkuk di pinggir.
2018
Poetoe
Kompetisi
ruang hampa ketidakmengertian
raung tanpa kemustahilan
bertarung takdir dan harapan
gaung dan gema pilihan pilihan
mungkin ini cinta yang terpilihkan
atau hanya gulita yang membinasakan
gelap yang teramat gelap
meniadalah kita dalam dunia tanpa cahaya
dua lentera kecil datang
berlomba menimba pesona
dua pelita bersaing benderang
berharap menang dapatkan hatinya
waktu adalah juri
menunggu yang sejati
tersisa di garis akhir
tercecer yang lainnya menepi pinggir
16112018
Poetoe
raung tanpa kemustahilan
bertarung takdir dan harapan
gaung dan gema pilihan pilihan
mungkin ini cinta yang terpilihkan
atau hanya gulita yang membinasakan
gelap yang teramat gelap
meniadalah kita dalam dunia tanpa cahaya
dua lentera kecil datang
berlomba menimba pesona
dua pelita bersaing benderang
berharap menang dapatkan hatinya
waktu adalah juri
menunggu yang sejati
tersisa di garis akhir
tercecer yang lainnya menepi pinggir
16112018
Poetoe
memeluk bulan
seperti malam itu kau terlelap saat bincang
dan tersisa aku yang menatap ruam ruam lelahmu
setiap senti aku kunyah dalam retina mata, perlahan lahan
aku baca sebagai tanda
aku baca sebagai nada
memeluk sepiku sendiri
membiarkan rinduku melepuh
terbakar panasnya gelisah
tersulut letupnya resah
masih dalam lelapmu
aku eja perkata
terbata bata
dan yakin ini tentang cinta
angin malam bergumam
purnama memberiku nama
pejuang kerinduan
yang berharap memeluk bulan.
14112018
Poetoe
Cinta tanpa peta
angin senja menjambak kesadaran
berputaran di bunderan tempat biasa rindu menunggu
lupa hitungan
telah berapa lama berulang ulang
gaun berkibaran
gaung berkejaran
raung maghrib menelan senja perlahan
rindu masih menunggu
waktu gagu mengajak berseteru
aku rebus saja ketakutan
hingga tanggal segala resah
hingga berguguran semua gelisah
tapi terlambat
rindu tetap menunggu
sedang cinta tanpa peta kehilangan arah
tersesat entah berlipat lipat jarak
waktu utuh
menyembelih kita pelan dan pasti
harapan pun mati.
Bekasi, 13 November 2018
Poetoe
berputaran di bunderan tempat biasa rindu menunggu
lupa hitungan
telah berapa lama berulang ulang
gaun berkibaran
gaung berkejaran
raung maghrib menelan senja perlahan
rindu masih menunggu
waktu gagu mengajak berseteru
aku rebus saja ketakutan
hingga tanggal segala resah
hingga berguguran semua gelisah
tapi terlambat
rindu tetap menunggu
sedang cinta tanpa peta kehilangan arah
tersesat entah berlipat lipat jarak
waktu utuh
menyembelih kita pelan dan pasti
harapan pun mati.
Bekasi, 13 November 2018
Poetoe
bacaan pagi: surat tentang negeri
terulang lantunan kata dan nada
tanda tanda kebesaran
tanda tanda keagungan
tentang kemerdekaan yang melekat pada mula penciptaan
terikat kita pada darah pendahulu
mengeja kerinduan sebagai bangsa atas tanah airnya
dua bola mata
membelalak atas data dan kata
satu lidah dan dua bibir
merapalkan kesan dan pesan yang mengalir alir
tersediakan dua jalan
pilih yang sukar dan terjal
jalan perjuangan kemerdekaan atas perbudakan
jalan kepedulian saat lapar menggelepar
bergandenganlah dalam sabar
bergenggamanlah dalam kasih
bersamalah mereka di sisi kanan yang aman nyaman
bukan mereka di sisi kiri yang iri dengki.
Bekasi, 13112018
Poetoe
tanda tanda kebesaran
tanda tanda keagungan
tentang kemerdekaan yang melekat pada mula penciptaan
terikat kita pada darah pendahulu
mengeja kerinduan sebagai bangsa atas tanah airnya
dua bola mata
membelalak atas data dan kata
satu lidah dan dua bibir
merapalkan kesan dan pesan yang mengalir alir
tersediakan dua jalan
pilih yang sukar dan terjal
jalan perjuangan kemerdekaan atas perbudakan
jalan kepedulian saat lapar menggelepar
bergandenganlah dalam sabar
bergenggamanlah dalam kasih
bersamalah mereka di sisi kanan yang aman nyaman
bukan mereka di sisi kiri yang iri dengki.
Bekasi, 13112018
Poetoe
Polwanku
mungkin kau penjaga marka jalan
meniupkan peluit saat kakiku lewati batas
pengatur yang tegas
pengelantur yang cerdas
satu nodaku sekilas tampak
maka kau tarik tirai hingga bugil tandas
satu jelaga membercak
maka kau buka semua luka
tapi aku suka
aku suka caramu mencari tahu
aku suka caramu memaksaku cerita
aku suka ketika aku tak tahu lagi
di mana aku bisa sembunyikan guratan
luka dan borokku
dari tajamnya kerlingan matamu
12112018
PoetoeEdmalia
meniupkan peluit saat kakiku lewati batas
pengatur yang tegas
pengelantur yang cerdas
satu nodaku sekilas tampak
maka kau tarik tirai hingga bugil tandas
satu jelaga membercak
maka kau buka semua luka
tapi aku suka
aku suka caramu mencari tahu
aku suka caramu memaksaku cerita
aku suka ketika aku tak tahu lagi
di mana aku bisa sembunyikan guratan
luka dan borokku
dari tajamnya kerlingan matamu
12112018
PoetoeEdmalia
sosial media
menjadi berbeda,
berbantahan dengan mudahnya
caci maki serupa basa basi
literasi diabaikan tak lagi jadi nutrisi
kata kata banyak diperanakan
namun tak berbaris jadi narasi
beranak pinak saja berdesakan
bilik bilik pribadi runtuh
yang tersisa hanya halaman yang gaduh
yang tersedia hanya laman tempat beradu
melawan menjadi kalimat sapa
berbeda menjadi keseragaman
jika bisa berbantah mengapa harus mengalah
jika bisa lebih ramai mengapa harus berdamai
manusia makhluk sosial
tinggal di media sosial
tak perlu langsung saling kenal
cukup ketikkan kata kata binal
kita jalang
dalam dunia petualang
lalu lalang
terbit lalu hilang.
Bekasi, 12 November 2018
Poetoe
berbantahan dengan mudahnya
caci maki serupa basa basi
literasi diabaikan tak lagi jadi nutrisi
kata kata banyak diperanakan
namun tak berbaris jadi narasi
beranak pinak saja berdesakan
bilik bilik pribadi runtuh
yang tersisa hanya halaman yang gaduh
yang tersedia hanya laman tempat beradu
melawan menjadi kalimat sapa
berbeda menjadi keseragaman
jika bisa berbantah mengapa harus mengalah
jika bisa lebih ramai mengapa harus berdamai
manusia makhluk sosial
tinggal di media sosial
tak perlu langsung saling kenal
cukup ketikkan kata kata binal
kita jalang
dalam dunia petualang
lalu lalang
terbit lalu hilang.
Bekasi, 12 November 2018
Poetoe
lini masa yang mana
ada cinta terbenam di lumpur ingatanku
berdenyutan bergetar hingga rasa
ada kita terkubur dalam pekarangan khayalku
kelojotan berharap berdekapan asa
lalu perbincangan tentang masa lalu
bergema tanpa rima
cemburu yang tak terakui
terburu buru aku terhantui
pegang saja kata kata
masa menyimpan segenap warta
aku ukir pelan satu frasa
tentang kita di akhir cerita
ini harap yang megap megap
ini pinta yang serupa pelita alit dipeluk gulita
kau
aku akui
walau entah
di masa mana.
12112018
Poetoe
berdenyutan bergetar hingga rasa
ada kita terkubur dalam pekarangan khayalku
kelojotan berharap berdekapan asa
lalu perbincangan tentang masa lalu
bergema tanpa rima
cemburu yang tak terakui
terburu buru aku terhantui
pegang saja kata kata
masa menyimpan segenap warta
aku ukir pelan satu frasa
tentang kita di akhir cerita
ini harap yang megap megap
ini pinta yang serupa pelita alit dipeluk gulita
kau
aku akui
walau entah
di masa mana.
12112018
Poetoe
butir butir takdir
catatan dan rencana tak akan sia sia
selalu ada intuisi yang akan mengisi sela sela
yang kita duga dengan cermat akan menjadi birama
menjaga agar tak luka oleh kenyataan
cinta pun siapa yang akan menyangka
terkadang ia jatuh saja
tak terukur tak terpastikan
bahkan senyum itu
hiasi senja ini, kupikir tak kan terjadi
bagaimana nanti
bagaimana pasti
angin senja mati
cuaca terbaca tanpa narasi
sepi
udara diam terikat dalam
tatap mata
tanpa kata
hanya doa
perlahan
sangat perlahan
12 November 2018
Poetoe
selalu ada intuisi yang akan mengisi sela sela
yang kita duga dengan cermat akan menjadi birama
menjaga agar tak luka oleh kenyataan
cinta pun siapa yang akan menyangka
terkadang ia jatuh saja
tak terukur tak terpastikan
bahkan senyum itu
hiasi senja ini, kupikir tak kan terjadi
bagaimana nanti
bagaimana pasti
angin senja mati
cuaca terbaca tanpa narasi
sepi
udara diam terikat dalam
tatap mata
tanpa kata
hanya doa
perlahan
sangat perlahan
12 November 2018
Poetoe
hari baru
ah, biasa
galau saat mulai perantauan
kacau saat tinggalkan kehangatan
beranjak dari kenyamanan
terjebak dalam rasa kehilangan
tapi tak boleh lama
ada banyak wajah baru harus kau sapa
banyak udara segar harus kau rasa
banyak tempat baru harus kau pijak
di balik sepi ini kita merdeka
kumpulkan mimpi lalu jalani
yang dulu tak sempat kini lakukan cepat cepat
batu menghimpit telah terangkat
saatnya kita berangkat
ada yang mengajak kembali bernostalgia
membawa seikat luka berbungkus kenangan
menyanyikan senandung kidung rindu
tapi buat apa?
usia kita tak lama
sebelum usai nanti lalu sesal berjejalan
bersegeralah sambut hari baru
bersegeralah mulai perjalanan.
Bekasi, 12112018
Poetoe
galau saat mulai perantauan
kacau saat tinggalkan kehangatan
beranjak dari kenyamanan
terjebak dalam rasa kehilangan
tapi tak boleh lama
ada banyak wajah baru harus kau sapa
banyak udara segar harus kau rasa
banyak tempat baru harus kau pijak
di balik sepi ini kita merdeka
kumpulkan mimpi lalu jalani
yang dulu tak sempat kini lakukan cepat cepat
batu menghimpit telah terangkat
saatnya kita berangkat
ada yang mengajak kembali bernostalgia
membawa seikat luka berbungkus kenangan
menyanyikan senandung kidung rindu
tapi buat apa?
usia kita tak lama
sebelum usai nanti lalu sesal berjejalan
bersegeralah sambut hari baru
bersegeralah mulai perjalanan.
Bekasi, 12112018
Poetoe
mengunyah siang (catatan di Hari Pahlawan 2018)
hari pahlawan dan langit pun berawan
dan di surabaya pun jatuh korban walau tanpa lawan
gempita rayakan
berjatuhan tak terelakkan
dan di siang menatap awan
teramat benderang merangkul angan
dan mencoba janjian
namun waktu masih tak relakan
merayakan terkadang hanya menambah kegaduhan
makna justru tercecer di pelabuhan
dan kapal pemahaman berlayar tinggalkan kita
mana arti mana kah kita berarti
mana cinta lengkapkah kita bergulita
dan kita di tengah terik kota
bersama mengunyah siang dengan kata
menyusun arti kata korban dan pengorbanan
menuntun arti kata lawan dan kepahlawanan.
Bekasi, 10112018
Poetoe
dan di surabaya pun jatuh korban walau tanpa lawan
gempita rayakan
berjatuhan tak terelakkan
dan di siang menatap awan
teramat benderang merangkul angan
dan mencoba janjian
namun waktu masih tak relakan
merayakan terkadang hanya menambah kegaduhan
makna justru tercecer di pelabuhan
dan kapal pemahaman berlayar tinggalkan kita
mana arti mana kah kita berarti
mana cinta lengkapkah kita bergulita
dan kita di tengah terik kota
bersama mengunyah siang dengan kata
menyusun arti kata korban dan pengorbanan
menuntun arti kata lawan dan kepahlawanan.
Bekasi, 10112018
Poetoe
petualang
aku petualang
dari noda ke noda
aku lalu lalang
dari nada ke jeda
aku memang jalang
menulis cerita dari gulita
aku rindu pulang
namun penuh luka dan getar renta
aku ingin hilang
dari hidupmu agar lega
namun ulang mengulang
kembali berkelindan jelaga
Bekasi, 10112018
Poetoe
dari noda ke noda
aku lalu lalang
dari nada ke jeda
aku memang jalang
menulis cerita dari gulita
aku rindu pulang
namun penuh luka dan getar renta
aku ingin hilang
dari hidupmu agar lega
namun ulang mengulang
kembali berkelindan jelaga
Bekasi, 10112018
Poetoe
kopi malam di Bantargebang
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit
agar luas bumi tersekap utuh di retina mata
dan tak lagi ada masalah sulit
hanya tersisa remah remah kata
dunia itu remeh temeh saja
ada tak adanya bisa saja dengan mudah ditiadakan
hanya hasrat diri yang manja
yang meronta ronta mengharap dipuaskan
maka duduklah kami malam ini
bergelas gelas kopi tanpa gula
kemerdekaan rasa ini
bebas dari harap dan citra di sela sela
kita tak ingin terjebak dari goda personal
karena ada mimpi negara kita
melampaui batas batas jengah kita
sesal terlepasnya jumpa, bergumpal-gumpal
Ciketing Udik, 09112018
Poetoe
agar luas bumi tersekap utuh di retina mata
dan tak lagi ada masalah sulit
hanya tersisa remah remah kata
dunia itu remeh temeh saja
ada tak adanya bisa saja dengan mudah ditiadakan
hanya hasrat diri yang manja
yang meronta ronta mengharap dipuaskan
maka duduklah kami malam ini
bergelas gelas kopi tanpa gula
kemerdekaan rasa ini
bebas dari harap dan citra di sela sela
kita tak ingin terjebak dari goda personal
karena ada mimpi negara kita
melampaui batas batas jengah kita
sesal terlepasnya jumpa, bergumpal-gumpal
Ciketing Udik, 09112018
Poetoe
asmara merana
senja menjamu malam,
lalu lalang kisah jalang datang hinggap di atap jiwaku.
ada cinta yang tak bertemu cinta
seperti sesat sasar ia mencari cari saja
pada langit senja mereka bertanya tanya
dan angin yang menjawabnya dengan gelengan kepala
tak semua berjawab
tak semua layak terjawab
bahkan dengan air mata pun tidak
hanya kengerian yang tak terbayang itu datang mendadak
apakah itu cinta jika hanya panggil gulita
apakah itu rindu jika hanya sisakan sendu
apakah itu asmara jika hanya memicu amarah
apakah itu rela jika hanya bibit atas kecewa
senja menjamu malam,
lalu lalang kisah jalang datang hinggap di atap jiwaku.
Bekasi, 07112018
Poetoe
lalu lalang kisah jalang datang hinggap di atap jiwaku.
ada cinta yang tak bertemu cinta
seperti sesat sasar ia mencari cari saja
pada langit senja mereka bertanya tanya
dan angin yang menjawabnya dengan gelengan kepala
tak semua berjawab
tak semua layak terjawab
bahkan dengan air mata pun tidak
hanya kengerian yang tak terbayang itu datang mendadak
apakah itu cinta jika hanya panggil gulita
apakah itu rindu jika hanya sisakan sendu
apakah itu asmara jika hanya memicu amarah
apakah itu rela jika hanya bibit atas kecewa
senja menjamu malam,
lalu lalang kisah jalang datang hinggap di atap jiwaku.
Bekasi, 07112018
Poetoe
dia dan segelas teh
dia duduk di seberang meja, menikmati sendiri segelas teh tawar tanpa
gula, sedang kami duduk mengerumuni, melaporkan hal ihwal hari yang
sedari pagi kami jalani.
dia berbicara banyak, tentang usaha yang tak boleh berjeda walau halangan menampar nampar, jika jatuh maka segera bangun, jika jatuh maka segera bangun.
dia sadar ada ilmu yang harus dibaca berulang ulang, detail dan jelas bahkan atas rencana kebaikan yang akan kita jalani.
dia mendongengkan pada kami tentang orang orang yang rendah semangat, yang mudah menghiba padahal tak layak meminta, dan mereka bisa saja lupakan luka kita yang telah kita pikul 10 bulan lalu.
terlupa seperti mudah saja.
dia bercerita banyak hal, dan ceritanya seperti memberi energi untuk lalu lebih yakin, dan angka angka merencana pada papan tulis, terukir dalam dinding senja.
sebelum senja melumat kami, gelas teh itu dihabiskannya sendiri.
Jakarta, 07112018
Poetoe
dia berbicara banyak, tentang usaha yang tak boleh berjeda walau halangan menampar nampar, jika jatuh maka segera bangun, jika jatuh maka segera bangun.
dia sadar ada ilmu yang harus dibaca berulang ulang, detail dan jelas bahkan atas rencana kebaikan yang akan kita jalani.
dia mendongengkan pada kami tentang orang orang yang rendah semangat, yang mudah menghiba padahal tak layak meminta, dan mereka bisa saja lupakan luka kita yang telah kita pikul 10 bulan lalu.
terlupa seperti mudah saja.
dia bercerita banyak hal, dan ceritanya seperti memberi energi untuk lalu lebih yakin, dan angka angka merencana pada papan tulis, terukir dalam dinding senja.
sebelum senja melumat kami, gelas teh itu dihabiskannya sendiri.
Jakarta, 07112018
Poetoe
Kopi Pettarani
empat gelas kopi hitam tandas di suatu siang, dan percakapan bernas padat larut pekat di udara terik itu.
bahwa harus ada keadilan setelah kebebasan itu dimerdekakan, nilai nilai bercinta di atas kepala kita, bersamanya waktu terteguknya kopi bergelas gelas.
dan pajak berkeadilan itu pada narasi kemerdekaan fiskal, nah mana kau dahulukan? cinta pun mengangkasa menjemput kerelaan di langit semesta perbincangan kita.
lalu hujan deras hantam bumi, mungkin langit pun tak sanggup menahan obrolan yang terlanjur diukirkan pada dinding waktu kita.
dan kesadaran atas kesempatan yang tak akan lama, jadi hendak apa kau isikan dalam bejana waktu yang kita miliki? hanya tawa, marah, beban, canda, tangis, atau jejak jenak saja.
kopi ternikmati
singkong goreng menemani
hujan iri menunggu di teras tepi
jalanan basah rebah sendiri.
BSD, 07112018
Poetoe
bahwa harus ada keadilan setelah kebebasan itu dimerdekakan, nilai nilai bercinta di atas kepala kita, bersamanya waktu terteguknya kopi bergelas gelas.
dan pajak berkeadilan itu pada narasi kemerdekaan fiskal, nah mana kau dahulukan? cinta pun mengangkasa menjemput kerelaan di langit semesta perbincangan kita.
lalu hujan deras hantam bumi, mungkin langit pun tak sanggup menahan obrolan yang terlanjur diukirkan pada dinding waktu kita.
dan kesadaran atas kesempatan yang tak akan lama, jadi hendak apa kau isikan dalam bejana waktu yang kita miliki? hanya tawa, marah, beban, canda, tangis, atau jejak jenak saja.
kopi ternikmati
singkong goreng menemani
hujan iri menunggu di teras tepi
jalanan basah rebah sendiri.
BSD, 07112018
Poetoe
catatan siang di Pesantren Tuna Netra
dunia tanpa cahaya namun tetap bersinar
ada lentera di dalam benak
tergerai pemahaman yang benar
memadu dalam gerak
dalam remang itu bersama tinggalkan gamang
berpegangan dalam nalar benderang
untaian cinta yang erat saling pegang
jalani segala kurang ini dengan dada tetap lapang
narasi ilahi adalah cahaya teramat cahaya
mengulang ulang dalam bilik ingatan menjadi tenaga
menyimpannya dalam benak yang terjaga
kami bahagia kami bahagia
hari hari serupa temali
teruntai erat sekali
detik detik serupa senandung
terkepung dalam gelap yang menggantung
mata ini kuisi cinta
penglihatan yang hilang ini terganti oleh netra kamajaya
menjamah semesta tanpa dusta
usir enyah kelam nan gulita.
Serpong, 07112018
Poetoe
ada lentera di dalam benak
tergerai pemahaman yang benar
memadu dalam gerak
dalam remang itu bersama tinggalkan gamang
berpegangan dalam nalar benderang
untaian cinta yang erat saling pegang
jalani segala kurang ini dengan dada tetap lapang
narasi ilahi adalah cahaya teramat cahaya
mengulang ulang dalam bilik ingatan menjadi tenaga
menyimpannya dalam benak yang terjaga
kami bahagia kami bahagia
hari hari serupa temali
teruntai erat sekali
detik detik serupa senandung
terkepung dalam gelap yang menggantung
mata ini kuisi cinta
penglihatan yang hilang ini terganti oleh netra kamajaya
menjamah semesta tanpa dusta
usir enyah kelam nan gulita.
Serpong, 07112018
Poetoe
Pagi di Kampung Makasar
berlarian di gelinjang pagi
niat baik menjadi kata kunci
kata orang tak perlu kita peduli
hanya ingin berbagi hanya ingin berbagi
ini jejak dulu saat ayah tancapkan nama
jejak sejarah harus terjaga
mungkin ini pintu keberkahan; pintu surga
masih mengalir hingga ke seluruh keluarga
terbasuhlah kerendahan hati
lumuran air mata
mengasah pedang empati
bulir nurani yang terjaga
Kampung Makasar, 07112018
Poetoe
niat baik menjadi kata kunci
kata orang tak perlu kita peduli
hanya ingin berbagi hanya ingin berbagi
ini jejak dulu saat ayah tancapkan nama
jejak sejarah harus terjaga
mungkin ini pintu keberkahan; pintu surga
masih mengalir hingga ke seluruh keluarga
terbasuhlah kerendahan hati
lumuran air mata
mengasah pedang empati
bulir nurani yang terjaga
Kampung Makasar, 07112018
Poetoe
Nyanyi Sunyi
seberapa sanggup kau menahan badai kesunyian
tiba-tiba ketiadaan mengurungmu
nihil yang sempurna
seberapa mampu kau menangkis serangan tangis
tiba-tiba kedukaan menyerbumu
tragis yang sempurna
seberapa kau akan memaknai bisu dan bungkam
tiba-tiba kebenaran enggan lagi disuarakan
kepengecutan yang paripurna
satu-satu jadi bukti
yang berani lalu mati
yang gigih lalu tertindih
yang kokoh pun lalu rontok
seberapa indah kematian yang kau pilih
akhir nafas tanpa gamang dan ragu
atau sekarat lama dan perlahan karena kepura-puraan yang mengekal?
Bekasi, 06112018
Poetoe
tiba-tiba ketiadaan mengurungmu
nihil yang sempurna
seberapa mampu kau menangkis serangan tangis
tiba-tiba kedukaan menyerbumu
tragis yang sempurna
seberapa kau akan memaknai bisu dan bungkam
tiba-tiba kebenaran enggan lagi disuarakan
kepengecutan yang paripurna
satu-satu jadi bukti
yang berani lalu mati
yang gigih lalu tertindih
yang kokoh pun lalu rontok
seberapa indah kematian yang kau pilih
akhir nafas tanpa gamang dan ragu
atau sekarat lama dan perlahan karena kepura-puraan yang mengekal?
Bekasi, 06112018
Poetoe
kajian dhuha
membaca naskah naskah lama
dan warna pudar itu menyemesta
semua menjadi kecoklat-coklatan
dan begitu pun kau menyatu dalam kata kerinduan
menghisap energi dari para pujangga dan para peletak pilar negara
menikmati narasi narasi yang kini terbukti
mimpi itu energi
serupa api membakar diri menyiasati sejarah masa depan kita sendiri
dan begitu pun kau melarut dalam kata kemerdekaan
membicarakan langkah-langkah sepi pamrih
di setiap tanda tanda masa
membisikkan arti diri walau lirih
di setiap bukti-bukti bangkitnya bangsa
dan begitupun kau melebur dalam kata kejayaan
aku dan kau bertatapan lama
persis sebelum matahari benar-benar terik dan terang
lalu air mata kita berkilat benderang
merayap di pipi
kita relakan saja berdua dikunyah sepi.
Bekasi, 06112018
Poetoe
dan warna pudar itu menyemesta
semua menjadi kecoklat-coklatan
dan begitu pun kau menyatu dalam kata kerinduan
menghisap energi dari para pujangga dan para peletak pilar negara
menikmati narasi narasi yang kini terbukti
mimpi itu energi
serupa api membakar diri menyiasati sejarah masa depan kita sendiri
dan begitu pun kau melarut dalam kata kemerdekaan
membicarakan langkah-langkah sepi pamrih
di setiap tanda tanda masa
membisikkan arti diri walau lirih
di setiap bukti-bukti bangkitnya bangsa
dan begitupun kau melebur dalam kata kejayaan
aku dan kau bertatapan lama
persis sebelum matahari benar-benar terik dan terang
lalu air mata kita berkilat benderang
merayap di pipi
kita relakan saja berdua dikunyah sepi.
Bekasi, 06112018
Poetoe
memaknai pagi
menunduk dalam pagi
pejam
berpetualang dalam sepi
makna mengiris mimpi tajam
pilah pilah mana kenangan yang layak dengan harapan
mana persepsi orang atas diri kita yang relevan dengan tujuan
tak semua pantas kita korbankan
usia terlampau pendek untuk sekedar risaukan kemungkinan
menunduk semakin dalam
hingga menyentuh dasar terdalam
mata air terpancar
pencerahan segar menampar
kita
manusia manusia kuat
penuh semangat
hari hari adalah pembuktian atas kata kata
narasi ini adalah batu bata dalam bangunan peradaban nyata.
Bekasi, 06112018
Poetoe
pejam
berpetualang dalam sepi
makna mengiris mimpi tajam
pilah pilah mana kenangan yang layak dengan harapan
mana persepsi orang atas diri kita yang relevan dengan tujuan
tak semua pantas kita korbankan
usia terlampau pendek untuk sekedar risaukan kemungkinan
menunduk semakin dalam
hingga menyentuh dasar terdalam
mata air terpancar
pencerahan segar menampar
kita
manusia manusia kuat
penuh semangat
hari hari adalah pembuktian atas kata kata
narasi ini adalah batu bata dalam bangunan peradaban nyata.
Bekasi, 06112018
Poetoe
Juang Rintang
dari yang lama terlahirlah yang baru
lebih segar
lebih bugar
penuh pikiran pikiran merdeka
karena kebuntuan butuh terobosan
karena kejumudan perlu ijtihadiy
bukankah mula penciptaan kita dulu memang merdeka
lalu menyeimbang antara qodariyah dan jabbariyah
hidup adalah juang juga rintang
menggeliat meronta namun tetap erat berpegang teguh norma
meronta keras hingga lepas dari jabat tangan,
mungkin karena gerak hati ini tak terbaca jelas
sementara syak wasangka justru disematkan sebagai dalil
maka runyamlah sudah.
di jaman benturan ini ijinkan aku bacakan syair,
lantunkan lagu,
biar sumbang dan pasti sumbang tak mengapa, karena aku hanya ingin menjadi pelumas. himpit saja aku, aku tak kan biarkan mesin ini terlalu panas dan akhirnya mati.
Subang, 04112018
Poetoe
lebih segar
lebih bugar
penuh pikiran pikiran merdeka
karena kebuntuan butuh terobosan
karena kejumudan perlu ijtihadiy
bukankah mula penciptaan kita dulu memang merdeka
lalu menyeimbang antara qodariyah dan jabbariyah
hidup adalah juang juga rintang
menggeliat meronta namun tetap erat berpegang teguh norma
meronta keras hingga lepas dari jabat tangan,
mungkin karena gerak hati ini tak terbaca jelas
sementara syak wasangka justru disematkan sebagai dalil
maka runyamlah sudah.
di jaman benturan ini ijinkan aku bacakan syair,
lantunkan lagu,
biar sumbang dan pasti sumbang tak mengapa, karena aku hanya ingin menjadi pelumas. himpit saja aku, aku tak kan biarkan mesin ini terlalu panas dan akhirnya mati.
Subang, 04112018
Poetoe
Rabu, 26 Desember 2018
drama
masalah serupa anyaman,
berhimpitan berkelindan,
tapi tak harus ada keluhan.
karena selalu ada irama di sela sela luka.
seperti kita pada siang yang terang,
berdua mencari cari makna,
di parkiran samping taman,
dan banyak wartawan lalu lalang.
kita petualang jalang namun siapa sangka?
dosa yang kutawarkan tak kauterima,
namun mata kita hubungkan sinyal dusta yang sama.
ini rasa purba.
sejak qabil dan habil dulu.
dan siang kurelakan saja menarik keras kerah bajuku, terhentak hempaskan aku di trotoar.
tatap mata sapa orang lalu lalang tak kubaikan.
dan kita lalu lebur dalam kata.
bahwa ada senja yang akan kita libatkan dalam cerita.
dan meleburlah kita,
serupa riak air di pantai,
bermain main saja basahi telapak kaki.
hingga habislah kita.
menyublim dalam nada yang sama.
iramanya luka,
nadanya hangat,
darah dalam benak mengalir berdenyutan.
04112018
Poetoe.
berhimpitan berkelindan,
tapi tak harus ada keluhan.
karena selalu ada irama di sela sela luka.
seperti kita pada siang yang terang,
berdua mencari cari makna,
di parkiran samping taman,
dan banyak wartawan lalu lalang.
kita petualang jalang namun siapa sangka?
dosa yang kutawarkan tak kauterima,
namun mata kita hubungkan sinyal dusta yang sama.
ini rasa purba.
sejak qabil dan habil dulu.
dan siang kurelakan saja menarik keras kerah bajuku, terhentak hempaskan aku di trotoar.
tatap mata sapa orang lalu lalang tak kubaikan.
dan kita lalu lebur dalam kata.
bahwa ada senja yang akan kita libatkan dalam cerita.
dan meleburlah kita,
serupa riak air di pantai,
bermain main saja basahi telapak kaki.
hingga habislah kita.
menyublim dalam nada yang sama.
iramanya luka,
nadanya hangat,
darah dalam benak mengalir berdenyutan.
04112018
Poetoe.
Sinta memberi tanda malam
dan senja mengikat kita dalam janji
detak detik berlarian bertaruh imaji
pintu dari bilik nurani yang berjeruji
nafas pelan hempas terhempas teruji
dan lembut rebah tersandar
aroma debar menguar
hasrat berlipat jarak
kulum dalam pejam nan liar
bukankah senja lalu malam
bukankah gempita lalu gulita
dalam sisa sisa cahaya
kuraba raba jejak jejak lama
bahkan atas rasa pun bisa sesat arah
tak temukan indahnya
hanya terjal dan sepi
hanya jejal dan perih
waktu tergulung
masa penuh rahasia
kesan berpesan
ini malam telah kuberi tanda.
Bekasi, 4 November 2018
Poetoe
detak detik berlarian bertaruh imaji
pintu dari bilik nurani yang berjeruji
nafas pelan hempas terhempas teruji
dan lembut rebah tersandar
aroma debar menguar
hasrat berlipat jarak
kulum dalam pejam nan liar
bukankah senja lalu malam
bukankah gempita lalu gulita
dalam sisa sisa cahaya
kuraba raba jejak jejak lama
bahkan atas rasa pun bisa sesat arah
tak temukan indahnya
hanya terjal dan sepi
hanya jejal dan perih
waktu tergulung
masa penuh rahasia
kesan berpesan
ini malam telah kuberi tanda.
Bekasi, 4 November 2018
Poetoe
tidak ada komentar
oktober 2018
telah biasa, hingga lupa lambaikan tangan
pisah jumpa serupa ketukan irama
tapi tak terduga ini mula kehilangan
teriakan namamu hanya jadi gema
esoknya air mata
orang orang berdatangan
pelukan hanya belitan derita
orang orang bertanya terjawab dengan linangan
esoknya tak lagi ada air mata
orang orang hanya lalu lalang
kelelahan atas drama
kesedihan sempurna kerelaan pun datang
karangan bunga yang tak kuingin ada di halaman rumah
ekspresi empati yang justru melukai
juga pelukan tangis yang memanggil tangis
ingin kusudahi dengan indah
ingin kusudahi dengan indah.
Bekasi, 01112018
Poetoe
pisah jumpa serupa ketukan irama
tapi tak terduga ini mula kehilangan
teriakan namamu hanya jadi gema
esoknya air mata
orang orang berdatangan
pelukan hanya belitan derita
orang orang bertanya terjawab dengan linangan
esoknya tak lagi ada air mata
orang orang hanya lalu lalang
kelelahan atas drama
kesedihan sempurna kerelaan pun datang
karangan bunga yang tak kuingin ada di halaman rumah
ekspresi empati yang justru melukai
juga pelukan tangis yang memanggil tangis
ingin kusudahi dengan indah
ingin kusudahi dengan indah.
Bekasi, 01112018
Poetoe
Minggu, 23 Desember 2018
jendela dan kau
jendela dan kau
kurasakanmu di kejauhan
kata rela yang tak terjangkau
mengemis pada luka tertahan
jendela dan kau
aku lekatkan kesanmu bagai lukisan
terpasang memukau
tanpa riasan tanpa kemasan
kita engah dalam rimba waktu
berlarian kuda kuda binal menghentak-hentak
menginjak injak sepi nan bisu
detik berdetak-detak
mengecup pelan pada keheningan.
Jakarta, 31102018
Poetoe
kurasakanmu di kejauhan
kata rela yang tak terjangkau
mengemis pada luka tertahan
jendela dan kau
aku lekatkan kesanmu bagai lukisan
terpasang memukau
tanpa riasan tanpa kemasan
kita engah dalam rimba waktu
berlarian kuda kuda binal menghentak-hentak
menginjak injak sepi nan bisu
detik berdetak-detak
mengecup pelan pada keheningan.
Jakarta, 31102018
Poetoe
sendu merdu
kau simponi
lantunan isak tangis
kau lukisan
riasan air mata
kau puisi
berbait bait sakit
percaya yang tersayat
cinta yang tersengat
kita memang terjeda
antara tega dan rela
sama meronta
dalam ikat hati hingga mati
JampangKafe, 31102018
Poetoe
lantunan isak tangis
kau lukisan
riasan air mata
kau puisi
berbait bait sakit
percaya yang tersayat
cinta yang tersengat
kita memang terjeda
antara tega dan rela
sama meronta
dalam ikat hati hingga mati
JampangKafe, 31102018
Poetoe
adakah
adakah kata yang dapat mewakili air mata
gaduh lalu sepi
adakah kata yang bisa menawarkan luka
sedu lalu basah di pipi
adakah nada yang mampu sampaikan warta
sedang tawa kecewa kaburkan nurani
adakah makna yang akan antarkan kita pada rela
sedang waktu terburu detik pun ringkik
adakah kau sudi sekali lagi bertatap mata
terdiam, usia telah usai
Bekasi, 30102018
Poetoe
gaduh lalu sepi
adakah kata yang bisa menawarkan luka
sedu lalu basah di pipi
adakah nada yang mampu sampaikan warta
sedang tawa kecewa kaburkan nurani
adakah makna yang akan antarkan kita pada rela
sedang waktu terburu detik pun ringkik
adakah kau sudi sekali lagi bertatap mata
terdiam, usia telah usai
Bekasi, 30102018
Poetoe
Kita juga kata, sama
kita juga kata
sama, terlahir merdeka
kata yang merdeka dalam benak kita
kata yang merdeka dalam lesan kita
kata yang merdeka dalam tulisan kita
dan kebenaran telah lama bersemayam dalam relung nurani
hanya hasrat syahwat yang menutupi
hasrat berlama lama dalam kuasa
hasrat berlomba lomba dalam dosa
lalu dengan ringan penjarakan isi kepala orang orang
seperti selalu punya kewenangan atas gerak hati orang
semena mena mengatur atur mimpi
terkadang bahkan menutup pintu saat kebenaran datang bertamu
hanya karena kebenaran tak datang dari sisi kita
dan kata dalam tulisan bisa saja dicoret atau disobek
dan kata dalam lesan bisa pula dibungkam dan dibekap
namun kata dalam pikiran tak dapat disobek ataupun dibungkam, ia mengendap dalam benak.
memeluk lekat mimpi
kata juga kita
sama sama meronta berharap merdeka.
Km102, 28 Oktober 2018
Poetoe
sama, terlahir merdeka
kata yang merdeka dalam benak kita
kata yang merdeka dalam lesan kita
kata yang merdeka dalam tulisan kita
dan kebenaran telah lama bersemayam dalam relung nurani
hanya hasrat syahwat yang menutupi
hasrat berlama lama dalam kuasa
hasrat berlomba lomba dalam dosa
lalu dengan ringan penjarakan isi kepala orang orang
seperti selalu punya kewenangan atas gerak hati orang
semena mena mengatur atur mimpi
terkadang bahkan menutup pintu saat kebenaran datang bertamu
hanya karena kebenaran tak datang dari sisi kita
dan kata dalam tulisan bisa saja dicoret atau disobek
dan kata dalam lesan bisa pula dibungkam dan dibekap
namun kata dalam pikiran tak dapat disobek ataupun dibungkam, ia mengendap dalam benak.
memeluk lekat mimpi
kata juga kita
sama sama meronta berharap merdeka.
Km102, 28 Oktober 2018
Poetoe
aroma hujan awal musim
dan hujan di awal musim
deras menghajar malam
mengguyurkan mimpi di benak mereka bermukim
tumpang tindih selam menyelam
mimpi saat lelah selalu berulang
tentang mencari jalan pulang
sasar arah dan kaki berat melangkah
timbunan pekat resah
bagaimana pagimu nanti
adalah sisa sisa mimpi ini
bercampur aroma hujan
dan seduh kopi harapan
tanah basah
aroma sisa hujan
kuhisap sesap
kusingkap harap.
Bekasi, 26102018
Poetoe
deras menghajar malam
mengguyurkan mimpi di benak mereka bermukim
tumpang tindih selam menyelam
mimpi saat lelah selalu berulang
tentang mencari jalan pulang
sasar arah dan kaki berat melangkah
timbunan pekat resah
bagaimana pagimu nanti
adalah sisa sisa mimpi ini
bercampur aroma hujan
dan seduh kopi harapan
tanah basah
aroma sisa hujan
kuhisap sesap
kusingkap harap.
Bekasi, 26102018
Poetoe
Distansi
saat kopi terhidang
aku hanya duduk memandang
kau justru merayap di dinding restoran
menuliskan kata kata
bahwa kita tak lagi sama
tak lagi bersama
dan saat roti bakar itu terhidang
aku masih duduk saja memandang
kau mulai menyanderaku dengan jilatan mata
terpanggang harga diri oleh bara kata kata
padahal kita ada dalam satu peta kota
ada dalam rencana yang tak beda
jalan pintas mimpi yang itu itu juga
semua paham pada akhirnya
kita jumpa pada tawa yang sama
saat dunia purna
serupa terjaga dari mimpi lama
tertawa bersama karena betapa lucu kita berdrama di sepanjang usia
hingga masa usai
kita
tawa
dan air mata kecewa
Bekasi, 22 Oktober 2018
Poetoe
aku hanya duduk memandang
kau justru merayap di dinding restoran
menuliskan kata kata
bahwa kita tak lagi sama
tak lagi bersama
dan saat roti bakar itu terhidang
aku masih duduk saja memandang
kau mulai menyanderaku dengan jilatan mata
terpanggang harga diri oleh bara kata kata
padahal kita ada dalam satu peta kota
ada dalam rencana yang tak beda
jalan pintas mimpi yang itu itu juga
semua paham pada akhirnya
kita jumpa pada tawa yang sama
saat dunia purna
serupa terjaga dari mimpi lama
tertawa bersama karena betapa lucu kita berdrama di sepanjang usia
hingga masa usai
kita
tawa
dan air mata kecewa
Bekasi, 22 Oktober 2018
Poetoe
sajian senja
pada meja senja kita disajikan
fragmen orang lalu lalang
kerut dahi residu beban hari
hiasannya cinta girang dan jalang
kisut hati sisa sisa luka dan nyeri
semangkuk sop syak wasangka,
dengan sambel pedas caci maki
kenikmatannya pada rasa perihnya luka
lalap canda segar
seteguk rindu yang menggelepar
adakah sama sebuah pertemuan di masa yang berbeda?
adakah sama sebuah jumpa atas nada yang tak lagi bertanda?
kita hanya sekumpulan ilalang yang terantuk-antuk angin ingin,
menunduk kantuk di tengah himpitan kepentingan dan janji janji
kita hanya sekawanan serigala kelaparan dengan lidah terjulur,
tertampar tampar badai senja
kesepian yang menguyah perlahan kesadaran.
remang senja perlahan runyam dalam kelam.
Bekasi, 16102018
Poetoe
fragmen orang lalu lalang
kerut dahi residu beban hari
hiasannya cinta girang dan jalang
kisut hati sisa sisa luka dan nyeri
semangkuk sop syak wasangka,
dengan sambel pedas caci maki
kenikmatannya pada rasa perihnya luka
lalap canda segar
seteguk rindu yang menggelepar
adakah sama sebuah pertemuan di masa yang berbeda?
adakah sama sebuah jumpa atas nada yang tak lagi bertanda?
kita hanya sekumpulan ilalang yang terantuk-antuk angin ingin,
menunduk kantuk di tengah himpitan kepentingan dan janji janji
kita hanya sekawanan serigala kelaparan dengan lidah terjulur,
tertampar tampar badai senja
kesepian yang menguyah perlahan kesadaran.
remang senja perlahan runyam dalam kelam.
Bekasi, 16102018
Poetoe
Hari baru
pagi, aku hampiri matahari
kusajikan nadi, isi hati, juga puisi agar tersinari
sisa sisa suara semalam masih menari menari
di palung dengar juga relung ingat
di cekung mata juga di limbung langkah
suara suara iba atas beda
juga duga atas tipu daya narasi
sangka yang terlahir dari miskinnya ide
dalam gelap kan terlelap
dalam cakap, benak kan tetap terjaga
bergegas siapkan gagas
nyalakanlah pijar lentera
bukalah jendela
biarkan cahaya mentari menyinari
Bekasi, 16 oktober 2018
Poetoe
kusajikan nadi, isi hati, juga puisi agar tersinari
sisa sisa suara semalam masih menari menari
di palung dengar juga relung ingat
di cekung mata juga di limbung langkah
suara suara iba atas beda
juga duga atas tipu daya narasi
sangka yang terlahir dari miskinnya ide
dalam gelap kan terlelap
dalam cakap, benak kan tetap terjaga
bergegas siapkan gagas
nyalakanlah pijar lentera
bukalah jendela
biarkan cahaya mentari menyinari
Bekasi, 16 oktober 2018
Poetoe
Sang Pejalan
sang pejalan berjalan tak pelan memunguti keresahan dari keranjang-keranjang keraguan di sepanjang hari
diikat ikat dalam duga
direndam dalam diam di akhir malam
hingga menggumpal gumpallah makna
menjadi yakin
menjadi nyala keputusan yang benderang
sang pejalan berjalan entah sampai kapan
berbekal harapan temukan sebongkah pemahanan yang utuh
agar menelan segenap makna penuh
variabel hidup tumpah seluruh
walau benak bersimbah peluh
sang pejalan masih berjalan tak pelan
hinggap dari rumah ke rumah,
dari rumah pemikiran hingga rumah perenungan
sigap menangkap ilmu dari remah gelisah hingga cercah hidayah
ini mozaik yang terserak perlahan tersusun utuh
sang pejalan masih terus berjalan
hingga perlahan maut datang menahan.
Jakarta, 09 Oktober 2018
Poetoe
diikat ikat dalam duga
direndam dalam diam di akhir malam
hingga menggumpal gumpallah makna
menjadi yakin
menjadi nyala keputusan yang benderang
sang pejalan berjalan entah sampai kapan
berbekal harapan temukan sebongkah pemahanan yang utuh
agar menelan segenap makna penuh
variabel hidup tumpah seluruh
walau benak bersimbah peluh
sang pejalan masih berjalan tak pelan
hinggap dari rumah ke rumah,
dari rumah pemikiran hingga rumah perenungan
sigap menangkap ilmu dari remah gelisah hingga cercah hidayah
ini mozaik yang terserak perlahan tersusun utuh
sang pejalan masih terus berjalan
hingga perlahan maut datang menahan.
Jakarta, 09 Oktober 2018
Poetoe
Ubah arah
seberapa jauh kau memandang
menentukan seberapa tepat kau pilih cara untuk melangkah
terlalu pendek jangkauan mata
membuat cara langkah kita goyah dan tak tertata
hanya rangkaian reaksi semata mata
tak berpola tak berpeta
seberapa jauh kau memandang
menentukan seberapa yakin kau pijakan langkah
pasti
karena telah direnungkan secara teliti
mantap
karena dasar dan alasan telah diletakkan bertahap tahap
sebelum terlalu jauh terjarak usaha dari hasil, kenapa tak kau ubah arah?
Bekasi, 07 10 2018
Poetoe
mimpi dan puisi
mimpi itu api
mencipta energi
puisi itu api
mencipta narasi
mengumpulkan riak menjadi debur
membentur-benturkan debur menjadi ombak
meniup-niupi ombak menjadi gelombang
riak-riak ingin yang terserak
terungkap pada serak teriak
menjadi debur harapan
bergulung gulung debur menjadi gelombang pergerakan
puisi
narasi
lalu aksi
jangan anggap remeh kami yang duduk duduk ngopi saja di sini
karena kopi ini adukan kata kata
tersiram air panas kemarahan
darah muda yang bergejolak
tunggu saja
meletupnya nanti dahsyat
mendidihnya pedih menjadi kepal tangan erat
dan teriakan segenap urat
kuat kuat.
lawan!
Bekasi, 06 Oktober 2018
Poetoe
mencipta energi
puisi itu api
mencipta narasi
mengumpulkan riak menjadi debur
membentur-benturkan debur menjadi ombak
meniup-niupi ombak menjadi gelombang
riak-riak ingin yang terserak
terungkap pada serak teriak
menjadi debur harapan
bergulung gulung debur menjadi gelombang pergerakan
puisi
narasi
lalu aksi
jangan anggap remeh kami yang duduk duduk ngopi saja di sini
karena kopi ini adukan kata kata
tersiram air panas kemarahan
darah muda yang bergejolak
tunggu saja
meletupnya nanti dahsyat
mendidihnya pedih menjadi kepal tangan erat
dan teriakan segenap urat
kuat kuat.
lawan!
Bekasi, 06 Oktober 2018
Poetoe
aroma laut
pada dermaga, suatu siang,
perahu nelayan bergerak diguncang ombak lembut perlahan
aroma laut menusuk hingga dasar benak
sebusuk prilaku pemodal memberangus kehidupan
anak-anak meliar, tak terdidik
hasrat jahat mengupas nafas
tersaruk-saruk lambung kapal di dangkal dermaga
tersaruk-saruk lambung di pangkal lapar
rumah kerang dikupas rumah kerang dilepas
asap mengepul paru-paru penuh senggal tersenggal
satu tong dua puluh lima ribu saja
masa bermain lenyap masa riang senyap
aroma laut menusuk endus hidung
aroma busuk kedengkian menguar lebar hingga ke mall di seberang sana
menahan dalam derap berirama tak mudah
butuh senyum lebar
desah nafas sabar
esok masih ada hari depan terhampar.
Muara Angke, 13092018
Poetoe
perahu nelayan bergerak diguncang ombak lembut perlahan
aroma laut menusuk hingga dasar benak
sebusuk prilaku pemodal memberangus kehidupan
anak-anak meliar, tak terdidik
hasrat jahat mengupas nafas
tersaruk-saruk lambung kapal di dangkal dermaga
tersaruk-saruk lambung di pangkal lapar
rumah kerang dikupas rumah kerang dilepas
asap mengepul paru-paru penuh senggal tersenggal
satu tong dua puluh lima ribu saja
masa bermain lenyap masa riang senyap
aroma laut menusuk endus hidung
aroma busuk kedengkian menguar lebar hingga ke mall di seberang sana
menahan dalam derap berirama tak mudah
butuh senyum lebar
desah nafas sabar
esok masih ada hari depan terhampar.
Muara Angke, 13092018
Poetoe
Menjarah gempa
tiba tiba semua menjadi kelam
senjakala
bagaimana ombak itu bergegas hempaskan mimpi
serpihan harapan terserak
gelap
nafas tersedak
tiba tiba nalar dan rasa mengangkasa
niat baik tak bersambut
penjarahan menjadi kegaduhan baru
sebelum sembuh benar sayatan bencana ini
nafas tersedak
menjaga nilai manusia memang tak usai usai
pijar kecil terhempas hempas gigil
hanya akal sehat yang sanggup jaga
bersama hembus rapal doa lamat lamat
alam pun mengaminkan
sisa sisa malam pun mengaminkan
Bekasi, 01102018
Poetoe
senjakala
bagaimana ombak itu bergegas hempaskan mimpi
serpihan harapan terserak
gelap
nafas tersedak
tiba tiba nalar dan rasa mengangkasa
niat baik tak bersambut
penjarahan menjadi kegaduhan baru
sebelum sembuh benar sayatan bencana ini
nafas tersedak
menjaga nilai manusia memang tak usai usai
pijar kecil terhempas hempas gigil
hanya akal sehat yang sanggup jaga
bersama hembus rapal doa lamat lamat
alam pun mengaminkan
sisa sisa malam pun mengaminkan
Bekasi, 01102018
Poetoe
Permata makna
selalu ada selisih antara duga, harapan dan hikmah
selalu ada jeda antara anggapan dan kenyataan
selalu ada ketidakpersisan
tapi kecewa tak harus selalu kita bawa
tapi sesal tak lalu selalu kita rapal
kecerdasan memaknai kenyataan itu senjata utama
jika berhasil terlalui maka yang ada hanya senyuman
apapun yang terjadi itu hanya tentang bagaimana cara menjalani
bersegera mengubah arah langkah bisa selamatkan kita dari jerat lemah dan kalah
jika belum berhasil maka menunduklah dalam dalam
permata makna itu ada di ceruk terdalam dasar bumi
menunduklah dalam dalam.
Halte Pancoran, 01102018
Poetoe
Gempa diri
selalu ada pertempuran kecil dalam diri
dua beda yang bersinggungan bertubrukan ciptakan percikan
chaos yang lazim
setelah lengang lama maka ada jeritan dan pekikan
tak ada yang diam
tak ada yang benar benar diam
bumi yang bergumam seolah berdiam
pun perlahan menggeliat
bahkan terkadang berderak cepat
di punggungnya bertebaran korban
juga alam pikiran, alirannya tak boleh tergenang lama
sentakkan dengan riak bincang
bergejolaklah dengan debat diskusi
mengalirlah
bergeraklah
darah yang mengalir menyehatkan raga
pikiran yang mengalir membugarkan jiwa
Jakarta, 01 Oktober 2018
Poetoe
sisa senyum
jejakmu adalah senyum yang terlukis di dinding kenang
sajakmu adalah kuntum kembang yang bertulis di hening dendang
kau menggumpal kekal di setiap fragmen mimpi
bahkan di saat mula pejam pun wajahmu telah hadir menggenapi
kau racuniku, hingga lenyap angkuhku
menghibaku pada sepi tanpa malu
sampan kecil ini terhempas karam
nampan egoku tumpah di lepas malam
karang dan bebatuan merobek tajam
keakuanku moksa terhisap lenyap dikunyah kelam
jika tak segera kau selamatkanku
habis sudah
sisa senyummu adalah lentera alit
di tengah semesta gulita
di palung terdalam meraih rengkuh sulit
buta nyaris tanpa sisa cinta
jika tak segera kau selamatkanku
habis sudah
Bekasi, 30 September 2018
Poetoe
Kamis, 04 Oktober 2018
Palu pilu
bencana datang di luar batas duga
sekejap memporandakan rencana
pesan langit agar selalu bersiaga
keputusan itu pasti dan bisa kapan saja
saat hempas kitalah bongkah cinta ini
tertampar gelombang kitalah serpih kasih
rengkuhan tangan sebisanya
bernafas semampunya di sisa sisa
gelapnya buih hitam tersedak di penuh dada
pekatnya ombak tercekatnya nafas
berbiak sakit mengunyah kesadaran
kerinduanNya lah yang memeluk hangat jiwa jiwa terpilih
terseraklah makna
tercecerlah kesadaran
pasti ada titik di akhir kalimat
pasti ada henti di derap langkah.
Bekasi, 29 September 2018
Poetoe
sekejap memporandakan rencana
pesan langit agar selalu bersiaga
keputusan itu pasti dan bisa kapan saja
saat hempas kitalah bongkah cinta ini
tertampar gelombang kitalah serpih kasih
rengkuhan tangan sebisanya
bernafas semampunya di sisa sisa
gelapnya buih hitam tersedak di penuh dada
pekatnya ombak tercekatnya nafas
berbiak sakit mengunyah kesadaran
kerinduanNya lah yang memeluk hangat jiwa jiwa terpilih
terseraklah makna
tercecerlah kesadaran
pasti ada titik di akhir kalimat
pasti ada henti di derap langkah.
Bekasi, 29 September 2018
Poetoe
Tersergap pengap
ruang ini lembab
cahaya tertahan
ruang ini pengap
udara terdiam
bukalah jendela
biarkan mentari peluk kita
bukalah jendela
biarkan angin lalu lalang di sela sela
merdeka menjadi kata rindu
merdeka menjadi tanda tanya
berpikir itu bulir bulir sisa embun
tersiksa dalam patuh yang tak masuk akal
kita bahkan mengiris perlahan keyakinan
menaburkan padanya debu debu keraguan
dan jendela masih saja tertutup
meringkuk dalam kejumudan panjang.
Bekasi, 29 September 2018
Poetoe
cahaya tertahan
ruang ini pengap
udara terdiam
bukalah jendela
biarkan mentari peluk kita
bukalah jendela
biarkan angin lalu lalang di sela sela
merdeka menjadi kata rindu
merdeka menjadi tanda tanya
berpikir itu bulir bulir sisa embun
tersiksa dalam patuh yang tak masuk akal
kita bahkan mengiris perlahan keyakinan
menaburkan padanya debu debu keraguan
dan jendela masih saja tertutup
meringkuk dalam kejumudan panjang.
Bekasi, 29 September 2018
Poetoe
Selasa, 25 September 2018
Lawan saja
hantu itu berdiam di gelap malam
berbisik-bisik di ruang ketidaktahuan
menebar getar-getar permusuhan
menjerat dengan jebakan saling curiga
hantu itu tak berbentuk
namun jejaknya terasa
nalar terseret dan terantuk bentur
aromanya jelas terasa
jika tak ada lentera, pejamkan saja mata
biarkan akal sehat tabik selamat
kejar pemahaman utuh itu
agar jelas
agar terang benderang
saat bulu kuduk takut terbangun
arahkan mata dalam gelap
jangan berkedip
paksa mata hantu itu bertatapan
nyalakan nyali
bakar kobar jiwa
lawan!
Bekasi, 26082018
Poetoe
berbisik-bisik di ruang ketidaktahuan
menebar getar-getar permusuhan
menjerat dengan jebakan saling curiga
hantu itu tak berbentuk
namun jejaknya terasa
nalar terseret dan terantuk bentur
aromanya jelas terasa
jika tak ada lentera, pejamkan saja mata
biarkan akal sehat tabik selamat
kejar pemahaman utuh itu
agar jelas
agar terang benderang
saat bulu kuduk takut terbangun
arahkan mata dalam gelap
jangan berkedip
paksa mata hantu itu bertatapan
nyalakan nyali
bakar kobar jiwa
lawan!
Bekasi, 26082018
Poetoe
hilang
di keramaian rimbunnya rimba beda
ada yang hilang
di keriuhan derasnya kedunguan
ada yang raib
: kemanusiaan
nyawa menjadi cuma-cuma
dibiarkan meregang nyawa
dalam kerumunan tawa
dan pekik caci maki
2018
Poetoe
catatan setelah jatuh korban suporter bola yang tewas dikeroyok, kematian yang perlu.
ada yang hilang
di keriuhan derasnya kedunguan
ada yang raib
: kemanusiaan
nyawa menjadi cuma-cuma
dibiarkan meregang nyawa
dalam kerumunan tawa
dan pekik caci maki
2018
Poetoe
catatan setelah jatuh korban suporter bola yang tewas dikeroyok, kematian yang perlu.
Kamis, 20 September 2018
Perempatan jalan
mengapa hanya berhadapan
tanpa sentuh tanpa rengkuh
serupa dua sisi yang bersebelahan
pada bidang segi empat
berjarak
kaku
rasa memiliki ini mula semua luka
luka kehilangan
luka ditinggalkan
luka berjalan sendiri di bawah hujan
dan di perempatan jalan tak ada kau
tak lagi ada tatapan
rasa yang naif
rasa kehilangan atas yang tak termiliki
dan air mata juga hujan bersama basahi kertas undangan di tangan
ada nama kau
ada nama lelaki itu
agh
cintaku terserak
di perempatan jalan
kataku tersedak
di isak sedu sedan.
Jakarta, 19092018
Poetoe
tanpa sentuh tanpa rengkuh
serupa dua sisi yang bersebelahan
pada bidang segi empat
berjarak
kaku
rasa memiliki ini mula semua luka
luka kehilangan
luka ditinggalkan
luka berjalan sendiri di bawah hujan
dan di perempatan jalan tak ada kau
tak lagi ada tatapan
rasa yang naif
rasa kehilangan atas yang tak termiliki
dan air mata juga hujan bersama basahi kertas undangan di tangan
ada nama kau
ada nama lelaki itu
agh
cintaku terserak
di perempatan jalan
kataku tersedak
di isak sedu sedan.
Jakarta, 19092018
Poetoe
bara matahari pagi
selamat pagi, cinta
keluar rumah ku tantang matahari
dengan lantang aku seru "aku berani datang, sayang"
walau di tengah terang tanah lapang
disambut aku....
dengan sayat-sayat perih
dengan tusuk-tusuk nyeri
ini rindu yang tundukkanku
ini cinta yang gulitakanku
menerobos atmosfermu
terbakar pesawatku, tak aku peduli
membara wajahmu
terkejut, namun lalu hangat aku dekap
erat
pagi ini iri
biarkan saja
aku di sini
menghitung detak jantung kita
erat.
Bekasi, 15092018
Poetoe
keluar rumah ku tantang matahari
dengan lantang aku seru "aku berani datang, sayang"
walau di tengah terang tanah lapang
disambut aku....
dengan sayat-sayat perih
dengan tusuk-tusuk nyeri
ini rindu yang tundukkanku
ini cinta yang gulitakanku
menerobos atmosfermu
terbakar pesawatku, tak aku peduli
membara wajahmu
terkejut, namun lalu hangat aku dekap
erat
pagi ini iri
biarkan saja
aku di sini
menghitung detak jantung kita
erat.
Bekasi, 15092018
Poetoe
sejarah takutku
dari mana ketakutanku?
dari betapa pekatnya kemungkinan-kemungkinan ini penuhi kerat-kerat masa,
sepekat asam laktat di sekujur tubuh di ujung senja
dan kemungkinan ialah rangkaian ketidakmengertian
saat tahu itu hanya duga
saat hitung sebab dan akibat itu hanya rapal ramal
bagaimana aku lalu tak takut?
lentera di perjalanan gelap ini adalah percaya,
saling percaya adalah cahaya
bimbing langkah menjadi yakin tak bergamang
namun saat api percaya itu padam,
maka gelaplah langkah
maka mata luluh dalam tangisan
ketakutan itu menggumpal menjadi kekecewaan bertubi-tubi, berjilid-jilid.
Bekasi, 14092018
Poetoe
dari betapa pekatnya kemungkinan-kemungkinan ini penuhi kerat-kerat masa,
sepekat asam laktat di sekujur tubuh di ujung senja
dan kemungkinan ialah rangkaian ketidakmengertian
saat tahu itu hanya duga
saat hitung sebab dan akibat itu hanya rapal ramal
bagaimana aku lalu tak takut?
lentera di perjalanan gelap ini adalah percaya,
saling percaya adalah cahaya
bimbing langkah menjadi yakin tak bergamang
namun saat api percaya itu padam,
maka gelaplah langkah
maka mata luluh dalam tangisan
ketakutan itu menggumpal menjadi kekecewaan bertubi-tubi, berjilid-jilid.
Bekasi, 14092018
Poetoe
mengapa dipaksa memilih?
gerak hati itu ruh atas amal
bersit jahat yang kuasai jiwa bisa dahsyat porandakan kapal
menyelusup dalam saling percaya
berbisik bisik dalam hembus ketaatan tanpa daya
sikap kritis itu sengat atas lelap
tapi rasa hormat yang kalap
justru lahap mengunyah rapinya barisan
belati diacungkan, pilihan yang sama mematikan
padahal tanpa pilihan yang disegerakan dan dipaksakan justru tak ada riak
namun tetap saja
berdalih penyelamatan padahal pembantaian
mengapa tak kau pejamkan mata
lalu gumamkan doa agar terbukalah petunjuk
biarkan nalar berikan isyarat
mana penghancur mana penabur kasih dan sayang?
Bekasi, 14092018
Poetoe
bersit jahat yang kuasai jiwa bisa dahsyat porandakan kapal
menyelusup dalam saling percaya
berbisik bisik dalam hembus ketaatan tanpa daya
sikap kritis itu sengat atas lelap
tapi rasa hormat yang kalap
justru lahap mengunyah rapinya barisan
belati diacungkan, pilihan yang sama mematikan
padahal tanpa pilihan yang disegerakan dan dipaksakan justru tak ada riak
namun tetap saja
berdalih penyelamatan padahal pembantaian
mengapa tak kau pejamkan mata
lalu gumamkan doa agar terbukalah petunjuk
biarkan nalar berikan isyarat
mana penghancur mana penabur kasih dan sayang?
Bekasi, 14092018
Poetoe
kekang kopi
hitamnya malam kuberteduh
hitamnya kopi terseduh
kelamnya hidup teramat gaduh
manusia tersuruk aduh mengaduh
kuda liar itu meringkik
hasrat liar itu bangkit
mana kendali mana tali kekang
terlepas saja dan debu beterbangan
keluhkan kebebasan yang terlampaui
rindu jeratmu
rindu tertambat olehmu
peluk aku dalam jerujimu
jampang kafe, 14092018
Poetoe
hitamnya kopi terseduh
kelamnya hidup teramat gaduh
manusia tersuruk aduh mengaduh
kuda liar itu meringkik
hasrat liar itu bangkit
mana kendali mana tali kekang
terlepas saja dan debu beterbangan
keluhkan kebebasan yang terlampaui
rindu jeratmu
rindu tertambat olehmu
peluk aku dalam jerujimu
jampang kafe, 14092018
Poetoe
Puncak Bunyi: Sunyi
pada akhirnya kau yang menyelam dalam kelam
kau yang lenyap dalam senyap
kau yang lebur dalam sulur sulur kata
pada akhirnya puncak dari bunyi memang sunyi
masa pencitraan akan usai
orang-orang akan lelah berebut untuk terlihat
orang-orang akan rindu duduk meringkuk di ceruk kesunyian
dan pada akhirnya puncak dari bunyi memang sunyi
kau yang riuh dalam gemuruh rinduku pun akhirnya meredup
kau yang riang dalam gempita asmaraku pun akhirnya mereda
cinta mengendap dalam sayang
gelora mempunya perlahan menjadi platonik
mendewasa
mendewa sang rasa
tak lagi sekedar terasa
melainkan ternikmati
jadi lantunan anggun
pada akhirnya puncak dari bunyi memanglah sunyi
Bekasi, 13092018
Poetoe
kau yang lenyap dalam senyap
kau yang lebur dalam sulur sulur kata
pada akhirnya puncak dari bunyi memang sunyi
masa pencitraan akan usai
orang-orang akan lelah berebut untuk terlihat
orang-orang akan rindu duduk meringkuk di ceruk kesunyian
dan pada akhirnya puncak dari bunyi memang sunyi
kau yang riuh dalam gemuruh rinduku pun akhirnya meredup
kau yang riang dalam gempita asmaraku pun akhirnya mereda
cinta mengendap dalam sayang
gelora mempunya perlahan menjadi platonik
mendewasa
mendewa sang rasa
tak lagi sekedar terasa
melainkan ternikmati
jadi lantunan anggun
pada akhirnya puncak dari bunyi memanglah sunyi
Bekasi, 13092018
Poetoe
kaku beku
bersabar itu menahan
membuat ruang antara
mencipta jeda
tak berkabar ini ujian
membuat ruang tanpa kata
mencipta rangkaian nada
iramanya detak jantung kita
ada namun tanpa jumpa
hanya deru nafas di kejauhan
terlepas saja jadi bongkah air di awan sana
ketukannya denyut nadi kita
rindu tapi tak terikrar
hanya resah yang membelukar
tertahan bersama perdu dan ilalang
aku dan kau
tersekat kaku
terikat beku.
Bekasi, 13092018
Poetoe
membuat ruang antara
mencipta jeda
tak berkabar ini ujian
membuat ruang tanpa kata
mencipta rangkaian nada
iramanya detak jantung kita
ada namun tanpa jumpa
hanya deru nafas di kejauhan
terlepas saja jadi bongkah air di awan sana
ketukannya denyut nadi kita
rindu tapi tak terikrar
hanya resah yang membelukar
tertahan bersama perdu dan ilalang
aku dan kau
tersekat kaku
terikat beku.
Bekasi, 13092018
Poetoe
perlahan lelap
asam laktat menempel erat
penuhi sekat-sekat di sela otot dan urat
syaraf mengirim pesan ke pusat benak
terpejamlah kelopak mata,
redupkanlah kesadaran,
turunkan fungsi otak kecil
hingga goyang dan limbung berdiriku
ugh...
lelah serupa larutan kental
dan aku terjebak di dalamnya
bergerakku menjadi lamban
menyempitlah ruang pandang
perlahan pejam
perlahan memudar
perlahan lenyaplah sadar
perlahan lepaslah genggam.
.......
Transjakarta, 13092018
Poetoe
penuhi sekat-sekat di sela otot dan urat
syaraf mengirim pesan ke pusat benak
terpejamlah kelopak mata,
redupkanlah kesadaran,
turunkan fungsi otak kecil
hingga goyang dan limbung berdiriku
ugh...
lelah serupa larutan kental
dan aku terjebak di dalamnya
bergerakku menjadi lamban
menyempitlah ruang pandang
perlahan pejam
perlahan memudar
perlahan lenyaplah sadar
perlahan lepaslah genggam.
.......
Transjakarta, 13092018
Poetoe
setengah sadar
cahaya kuning beterbangan di langit malam, tapi bukan bintang
mungkin lampu mungkin pula efek sakit kepala ini
gelisah ini terlalu lama tertahan
resah atas beda yang lama kusama samakan
berpura-pura memang terlihat sopan
serupa basa basi
tapi perlahan menggerus pertahanan hati
melukai perlahan
lalu menaburi dengan garam
kunang-kunang beterbangan, tapi kunang-kunangkah?
ataukah kenangan yang menjelma jadi dosa dan menyala-nyala bagai kerlip lampu pesta di langit-langit otak?
dan tubuh menjadi sarana ruh dan jiwa menemukan rasa
dingin dan getir
lirih dan perih
bukankah ingatan terkadang hanya jadi sengatan yang mengoyak pusat rasa?
jangan lalu ingin henti,
karena berhenti itu lalu mati.
Transjakarta, 13092018
Poetoe
mungkin lampu mungkin pula efek sakit kepala ini
gelisah ini terlalu lama tertahan
resah atas beda yang lama kusama samakan
berpura-pura memang terlihat sopan
serupa basa basi
tapi perlahan menggerus pertahanan hati
melukai perlahan
lalu menaburi dengan garam
kunang-kunang beterbangan, tapi kunang-kunangkah?
ataukah kenangan yang menjelma jadi dosa dan menyala-nyala bagai kerlip lampu pesta di langit-langit otak?
dan tubuh menjadi sarana ruh dan jiwa menemukan rasa
dingin dan getir
lirih dan perih
bukankah ingatan terkadang hanya jadi sengatan yang mengoyak pusat rasa?
jangan lalu ingin henti,
karena berhenti itu lalu mati.
Transjakarta, 13092018
Poetoe
sempurna
lelaki itu ingin semua sempurna,
seperti saat sepulang kerja ia melihat rak buku yang miring beberapa inchi, ia lalu sibuk memperbaikinya tak peduli menunda makan menunda mandi
juga saat warna cat tembok yang berbeda sedikit saja itu membuat ia mengganti cat hampir seluruh ruang
kadang lelah mendampinginya,
namun ada bangga, jika ia selalu ingin sempurna maka ia anggap aku sempurna karena ia memilihku.
Halte BNN, 13092018
Poetoe
seperti saat sepulang kerja ia melihat rak buku yang miring beberapa inchi, ia lalu sibuk memperbaikinya tak peduli menunda makan menunda mandi
juga saat warna cat tembok yang berbeda sedikit saja itu membuat ia mengganti cat hampir seluruh ruang
kadang lelah mendampinginya,
namun ada bangga, jika ia selalu ingin sempurna maka ia anggap aku sempurna karena ia memilihku.
Halte BNN, 13092018
Poetoe
mati itu pasti
sepandai apa kau hadapi kecewa?
sepandai itukah kau pelihara tawa
hidup demikian menakutkan,
adalah serangkaian kemungkinan yang tak termengerti
tiba-tiba, tak terduga menjadi irama
apakah masih pantas terkejut jika kejutan itu menjadi pengulangan?
kita dan maut serupa dua titik berlarian,
petak umpet,
maut terus mencari,
kita terus berlari dan sembunyi
pada masanya mereka saling jumpa
semoga tak menjadi pertemuan kekecewaan
semoga menjadi saat penuh bahagia
rindu merindui
karena telah lelah dan bosan bermain cari mencari
ingin rehat
saling genggam erat
saling rengkuh hangat
mati itu pasti
jika takut maka takutlah sepanjang hayatmu.
Halte BNN, 13092018
Poetoe
sepandai itukah kau pelihara tawa
hidup demikian menakutkan,
adalah serangkaian kemungkinan yang tak termengerti
tiba-tiba, tak terduga menjadi irama
apakah masih pantas terkejut jika kejutan itu menjadi pengulangan?
kita dan maut serupa dua titik berlarian,
petak umpet,
maut terus mencari,
kita terus berlari dan sembunyi
pada masanya mereka saling jumpa
semoga tak menjadi pertemuan kekecewaan
semoga menjadi saat penuh bahagia
rindu merindui
karena telah lelah dan bosan bermain cari mencari
ingin rehat
saling genggam erat
saling rengkuh hangat
mati itu pasti
jika takut maka takutlah sepanjang hayatmu.
Halte BNN, 13092018
Poetoe
aroma laut
pada dermaga, suatu siang,
perahu nelayan bergerak diguncang ombak lembut perlahan
aroma laut menusuk hingga dasar benak
sebusuk prilaku pemodal memberangus kehidupan
anak-anak meliar, tak terdidik
hasrat jahat mengupas nafas
tersaruk-saruk lambung di dangkal dermaga
tersaruk-saruk lambung di pangkal lapar
rumah kerang dikupas rumah kerang dilepas
asap mengepul paru-paru penuh senggal tersenggal
satu tong dua puluh lima ribu saja
masa bermain lenyap masa riang senyap
aroma laut menusuk endus hidung
aroma busuk kedengkian menguar lebar hingga ke mall di seberang sana
menahan dalam derap berirama tak mudah
butuh senyum lebar
desah nafas sabar
esok masih ada hari depan terhampar.
seorang bocah kurus berlari mendekat, kecup punggung tangan
"pak guru..."
Muara Angke, 13092018
Poetoe
perahu nelayan bergerak diguncang ombak lembut perlahan
aroma laut menusuk hingga dasar benak
sebusuk prilaku pemodal memberangus kehidupan
anak-anak meliar, tak terdidik
hasrat jahat mengupas nafas
tersaruk-saruk lambung di dangkal dermaga
tersaruk-saruk lambung di pangkal lapar
rumah kerang dikupas rumah kerang dilepas
asap mengepul paru-paru penuh senggal tersenggal
satu tong dua puluh lima ribu saja
masa bermain lenyap masa riang senyap
aroma laut menusuk endus hidung
aroma busuk kedengkian menguar lebar hingga ke mall di seberang sana
menahan dalam derap berirama tak mudah
butuh senyum lebar
desah nafas sabar
esok masih ada hari depan terhampar.
seorang bocah kurus berlari mendekat, kecup punggung tangan
"pak guru..."
Muara Angke, 13092018
Poetoe
aku rindukan puisimu.
kurindukan larik-larik puisimu
pada secarik pagi
agar dapat kueja perlahan
serupa nyanyian gumam tertahan
dada ini butuh siraman narasi
basahi jiwa yang kering oleh dengki
lembabkan hati yang gersang oleh prasangka
agar diri berhenti meronta terbakar hasrat yang berkobaran
kurindukan bait-bait puisimu
pada secangkir sunyi
agar dapat kusesap senyap perlahan
sebagai kuliner rasa nikmat masa diam yang menggemaskan
bisu ini tetap butuh kata tertanam di benak
kata yang menjadi benih ide
rimbunkan oase jiwa
agar tumbuh subur harapan
agar bermekaran bunga-bunga mimpi
aku rindukan puisimu.
Jakarta, 13092018
Poetoe
pada secarik pagi
agar dapat kueja perlahan
serupa nyanyian gumam tertahan
dada ini butuh siraman narasi
basahi jiwa yang kering oleh dengki
lembabkan hati yang gersang oleh prasangka
agar diri berhenti meronta terbakar hasrat yang berkobaran
kurindukan bait-bait puisimu
pada secangkir sunyi
agar dapat kusesap senyap perlahan
sebagai kuliner rasa nikmat masa diam yang menggemaskan
bisu ini tetap butuh kata tertanam di benak
kata yang menjadi benih ide
rimbunkan oase jiwa
agar tumbuh subur harapan
agar bermekaran bunga-bunga mimpi
aku rindukan puisimu.
Jakarta, 13092018
Poetoe
ruang sunyi mana lagi
pasar terlalu gaduh
lalu lalang kepentingan
keberpihakan melarut jenuh
berpetualang para makelar jabatan
ruang mana lagi yang bisa simpan rapat kesunyian
selalu ada celah balok rahasia terbelah
ruang mana lagi yang masih bisa simpan rapat kedengkian
selalu ada sela tempat aroma busuk menguar menebar
dada ini terlalu gaduh
bertubrukan keinginan
hasrat hati melarut jenuh
berkelakar ketulusan tertawakan ambisi yang kekanak-kanakan
ruang mana lagi yang bisa simpan rapat kesunyian
Bekasi, 11092018
Poetoe
lalu lalang kepentingan
keberpihakan melarut jenuh
berpetualang para makelar jabatan
ruang mana lagi yang bisa simpan rapat kesunyian
selalu ada celah balok rahasia terbelah
ruang mana lagi yang masih bisa simpan rapat kedengkian
selalu ada sela tempat aroma busuk menguar menebar
dada ini terlalu gaduh
bertubrukan keinginan
hasrat hati melarut jenuh
berkelakar ketulusan tertawakan ambisi yang kekanak-kanakan
ruang mana lagi yang bisa simpan rapat kesunyian
Bekasi, 11092018
Poetoe
Langganan:
Postingan (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...