empat gelas kopi hitam tandas di suatu siang, dan percakapan bernas padat larut pekat di udara terik itu.
bahwa
harus ada keadilan setelah kebebasan itu dimerdekakan, nilai nilai
bercinta di atas kepala kita, bersamanya waktu terteguknya kopi bergelas
gelas.
dan pajak berkeadilan itu pada narasi kemerdekaan fiskal,
nah mana kau dahulukan? cinta pun mengangkasa menjemput kerelaan di
langit semesta perbincangan kita.
lalu hujan deras hantam bumi, mungkin langit pun tak sanggup menahan obrolan yang terlanjur diukirkan pada dinding waktu kita.
dan
kesadaran atas kesempatan yang tak akan lama, jadi hendak apa kau
isikan dalam bejana waktu yang kita miliki? hanya tawa, marah, beban,
canda, tangis, atau jejak jenak saja.
kopi ternikmati
singkong goreng menemani
hujan iri menunggu di teras tepi
jalanan basah rebah sendiri.
BSD, 07112018
Poetoe
Minggu, 30 Desember 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar