dia duduk di seberang meja, menikmati sendiri segelas teh tawar tanpa
gula, sedang kami duduk mengerumuni, melaporkan hal ihwal hari yang
sedari pagi kami jalani.
dia berbicara banyak, tentang usaha yang
tak boleh berjeda walau halangan menampar nampar, jika jatuh maka
segera bangun, jika jatuh maka segera bangun.
dia sadar ada ilmu yang harus dibaca berulang ulang, detail dan jelas bahkan atas rencana kebaikan yang akan kita jalani.
dia
mendongengkan pada kami tentang orang orang yang rendah semangat, yang
mudah menghiba padahal tak layak meminta, dan mereka bisa saja lupakan
luka kita yang telah kita pikul 10 bulan lalu.
terlupa seperti mudah saja.
dia
bercerita banyak hal, dan ceritanya seperti memberi energi untuk lalu
lebih yakin, dan angka angka merencana pada papan tulis, terukir dalam
dinding senja.
sebelum senja melumat kami, gelas teh itu dihabiskannya sendiri.
Jakarta, 07112018
Poetoe
Minggu, 30 Desember 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya buku "percakapan tentang rindu dan waktu" tiba di rumah, siap dikirim buat teman-teman yang sudah pra pesan. Seneng rasan...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
"Pagi gelap, seakan matahari telat terbit padahal ia hanya sembunyi di balik mendung; walau gelap, orang2 tetap bergerak cepat, jd inga...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar