siang terik menggunting kesadaran
percakapan dalam diri yang merahasia
semacam dusta yang santun
tersimpan saja di kantong waktu
secangkir kopi dengan kegelisahan yang basah
serupa jalanan yang tersiram hujan
di balik pepohonan malaikat maut mengintip
tak peduli kesiapan kita, kapan saja ia bisa jalankan tugasnya
udara terhempas dari pori pori bumi
terdorong air hujan
menguarlah aroma sisa hujan
tanah basah yang memeluk hangat kenangan
lalu kita enggan bercakapan
membiarkan saja sepi terseduh di sisa kopi kita
menarik nafas panjang
berharap kelegaan berharap kerelaan.
Bekasi, 23 November 2018
Poetoe
Minggu, 30 Desember 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar