aku menemukanku yang lain di sela sela buku.
aku yang kutemu ini kusam, sedikit terbungkuk.
lebih renta dibanding aku yang menemu.
aku ajak aku yang kutemu itu duduk berdua.
awalnya canggung. seperti di depan cermin. cermin yang kotor.
aku mengajak berbincang tentang sejak kapan aku terbagi seperti ini.
aku yang kutemu itu hanya tersenyum.
seperti berkata "kamu tahu lah"
ahai, gunakan kata kamu padahal kami berdua sama sama aku.
lalu tetap dalam sunyi atas bunyi.
namun kata berlompatan.
dari mata aku ke mata aku yang lain.
kata kata itu tanpa kata ganti.
kata ganti kehilangan posisi, karena ada dua kata ganti orang pertama yang berseteru.
kata kata itu tentang cita cita
keinginan yang entah, masih pantaskah saat lini masa terabaikan.
ingin butuh kata nanti untuk bersandar, tanpa waktu kata ingin terbang saja tanpa sandaran.
sandaran paling nyaman memang kesadaran.
sadar bahwa sepi itu menggenapi.
melengkapi riuhnya isi, hingga ada kosong dan jeda sebagai penghubung.
sepi itu penting.
Jakarta-Bekasi, 20032018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Sabtu, 24 Maret 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar