pertemuan itu mendekap makna
yang terserak lalu terkumpul dalam genggam
di tepian telaga jendela jiwa
kuraup airnya bertebaran dari sela genggam
kau tak menangis tapi berairmata
dosa di mana kan bermuara
jika kesadaran yang dirindui itu tak kubaca pula isyarat isyaratnya
entah di mana dosa ini kan bermuara
selamatnya kita memang pada kemampuan membaca jejak
jelaga yang tercecer dapat kau raba
ke jurang mana hendak kuterguling
dan mata itu mata penyelamat
tanpa kata namun terbaca
sebagai ajakan berhenti di akhir birama
sulut bara pengingat bahwa kekanak kanakanku bahayakanku nanti
suatu hari kan membakar hangus diri
tak bersisa selain arang sesal
tak bersisa selain arang sesal.
Halte Pancoran tugu, 3 September 2018
Poetoe
Kamis, 20 September 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar