tiga penari cilik menari di jalanan desa dan seluruh warga berdesakan menikmati
gerakannya indah gemulai mewarnai senja
angin kering menjadi basah dan sejuk oleh kerling bola mata mereka
kerjap kerjap manja dengan lentik jarinya melambai lambai
tiga penari cilik menari, tatapan mataku tertambat di sana
hati dan perhatian berlabuh di liuk tubuh
air mata menjadi tanda betapa dalam irama lembut itu mengaduk aduk hati dan jiwa
senja melambat
matahari meredup
angin bertiup lembut
tiga penari cilik itu terus bergerak
bersama angin yang meniup-niupi mimpi
betapa lama rasa takut ini mukim di dasar kepala
betapa lama rasa lapar ini kuasai lambung
betapa lama kecewa ini memenuhi rongga hati
maka pada geliat liat jari lentik tiga penari itu memerdekakan jiwa
menghardik kesunyian
mengeyahkan kelelahan atas harapan
mendobrak gerbang kegamangan
beranjak
bergerak
tinggalkan sisa sisa kenangan yang terserak.
14 Agustus 2018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Senin, 03 September 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar