Senin, 03 September 2018

pelari di langit senja

kebiasan lama, berlarian di langit menginjak injak awan senja
warnanya terang melogam
berkecipakan air pada awan yang terinjak
mimpi berlompatan
terbentur lalu gugur berguguran
bercampur dalam rintik gerimis
kenyataan yang terabaikan
hiba mengemis atas harapan yang menggunung
menelan isi benak yang menggelembung

terus berlarian
peluh bercucuran
keluh melepuh di ujung lidah
berpindah pindah dari yakin menjadi ragu dari ragu menjadi ketakutan
hutan bosan atas pengulangan adalah rimba atas irama kegagalan
optimis menjadi serupa kismis yang tercecer dari kue besar pesta
gempita atas kekalahan yang dirayakan
pilu yang merdu dalam nada
canda atas air mata
cita cita yang raib
dalam aib jiwa

hingga bayang di langit itu pun mengecil
dikunyah cakrawala
senja tersedu duduk sendiri
dalam sela sisa warna logam yang tinggal semburat
menggelap
hitam perlahan
malam kan kuasai kita
malam kan habisi kita
sedu sedan kita
air mata dalam remang remang.

Jatibening, 24 Agustus 2018
Poetoe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...