barisan monster tanpa narasi itu memusnahkan perkampungan di sepanjang perjalanan.
iringannya api, aroma kematian, dan tangis kengerian.
tanpa ampun melibas segala
seolah tak kan berhenti sampai peradaban raib dari muka bumi.
bumi masih bertahan,
dijaga oleh anak anak muda penyimpan mimpi
ide ide langit yang tetap berusaha di bumikan
walau harus berlarian
terkadang meringkuk lama di ceruk tepian tebing
mereka bersembunyi
walau kematian tak lagi menakutkan
hanya tak ingin kematian ini menghentikan langkah juang
karena tongkat estafet belum sempat diserahkan.
lagu amarah kembali terdengar
iringannya api, aroma kematian, dan tangis kengerian.
Halte BNN, 16042018
Poetoe
Minggu, 03 Juni 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar