lelaki itu memaki
mengutuki sunyi yang mendengki
tanpa bunyi
menggerogoti semua nada hingga jadi percuma
rindu itu gula gula
sublimasi atas sepi yang nestapa
semua tentang perih yang terasa
sakit yang berlipat ganda
demikianlah ini ruang penuh tanda tanya
udara riuh dengan ketidakmengertian
gaduh oleh tanda baca koma
tanda waqof itu tak kunjung terbaca
perempuan itu menunduk di sudut gelap
mengguntingi kartu kartu senyap
mengais ais kata ikhlas
pengorbanan yang enggan pamrih balas
senyum getir
dan hutang semakin banyak saja
sementara lelaki itu berkali kali
belanja hanya untuk diri
menangis saja
perempuan hanya relawan tanpa kata kasihan
agh.
Bumiayu, 2018
Poetoe
Kamis, 21 Juni 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar