Kamis, 20 Oktober 2016

Labirin Logika

Logika adalah salah satu aktifitas akal. Kalau dalam pelajaran ilmu Mantiq ada kaidah "al insaanu khayawannun natiq" manusia adalah hewan yang berlogika. Berbicara tentang cara berpikir ada banyak hal, pada tulisan ini saya hanya tertarik pada penggunaan metode berpikir yang bisa jadi kita ubah cara pendekatan atas satu masalah untuk mendapat pemahaman yang utuh. Contoh berpikir menyempit dan khusus untuk kemudian meluas atau umum. Begitu juga sebaliknya. Induktif juga deduktif. Saat kita ingin mengidentifikasi atau mendefinisikan sesuatu tentu kita menyempit, dengan membuat batasan masalah, sehingga jelas titik tekannya. Namun saat coba menjelaskan tentang sesuatu kita akan kembali meluaskan.

Demikianlah kerja logika. Meluas lalu menyempit, zoom out lalu zoom in. Namun ternyata pola ini juga rawan jebakan. Terkadang kita tersesat oleh labirin logika kita sendiri. Hipotesa memang tak mencukupi untuk menemukan kebenaran. Butuh petunjuk dari langit.

Apalagi saat pemikiran itu mengendap di perasaan. Objektivitas lebur perlahan menjadi subjektif. Karena rasa memang seperti harddisk dalam komputer yang menyimpan secara permanen hasil kerja CPU dalam memory sementara, CPU ini mewakili otak manusia, piranti tempat pemikiran itu bekerja.

Labirin logika itu lebih rumit saat terendap dalam rasa. Menjadi semakin banyak pintu, persimpangan, semakin rumit akan semakin gelap. Untuk selamat dari labirin itu kita butuh peta, dan lentera penerang. Peta itu kitab dari Tuhan, sedangkan lentera itu nurani.

Saat tersesat, ada baiknya kita menepi, berpikir mendalam namun tetap terus memohon pencerahan dari-Nya, akui kelemahan. Buang kesombongan diri. Merendah, terus merendah. Menghiba, yakinlah hanya atas pertolongan Nya kita bisa selamat.

Demikianlah, pantaslah jika kita terus berdoa "Ya Alloh perlihatkanlah yang benar itu benar, dan ringankan hati untuk mengikutinya, dan perlihatkan yang bathil itu bathil dan ringankan hati untuk bisa menjauhinya. Aamiin."

MutiaraGadingTimur, 08/10/2016
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...