Entah mulai kapan, aku jadi suka membaca awan. Mendongak ke atas, lalu
mengeja setiap lekuk awan. Awalnya aku pikir aku butuh belajar bahasa
awan, ternyata tidak. Cukup menatap lama saja, maka otak kita akan
memproduksi banyak kata dan cerita. Awan bertutur dengan caranya
sendiri.
Seperti sore ini, aku berbincang dengannya tentang kepentingan yang mengunyah kebaikan hati. Caranya lembut, tapi tanpa terasa kita dibutakan oleh kepentingan itu hingga orang orang menjadi nampak buruk. Kebaikan mereka hilang makna. Kita penuh dengan syak wasangka.
Aku masih menatap langit. Lama. Hingga awan putih itu melogam, lalu memerah, perlahan menggelap. Ajari aku. Ajari tentang memelihara ketulusan dan memandang semua dengan kejernihan hati. Tak ingin ada benci tak ingin ada dendam. Bersih saja.
Di bawah patung pancoran, senja, 15/08/2016
Poetoe.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar