Di saat mustajab, dan itu adalah tempat tepat untuk berdoa, yang terlintas cepat adalah permohonan ampunan.
Kesadaran penuh, bahwa dosa telah beranak pinak demikian dahsyat. Meninggalkan jejak kerusakan, yang melahirkan tak hanya penyesalan namun juga ketakutan.
Permohonan ampunku kepada-Nya, aku haturkan, dengan aku sertakan permohonan agar diberikan jalan dalam rangkaian kenyataan yang mendukung: dari satu kebaikan menuju kebaikan yang lain, demikian pula berikan jalan agar dapat beranjak dari kesalahan satu demi satu, bukan sebaliknya tersesat dari kesalahan satu ke kesalahan lainnya.
Lalu gemetar demikian hebat, berlanjut ke sakit kepala cukup parah, hingga harus rebah. Padahal dulu di saat yang serupa ini, setelah sesal itu hanya air mata. Mungkin level dosa yang meningkat, menimbulkan kerusakan tubuh yang lebih serius.
Aku tahu obatnya, terus detoksifikasi dengan rajin memohon ampun, dan tetap hati-hati dalam melangkah. Berhenti jika tersadar, agar tak tersesat terlalu jauh.
(Resep itu masih aku pegang erat, sayangnya aku seringkali lupa untuk menebusnya di apotik terdekat.)
Al Ghanniy, 27/09/2016
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Kamis, 20 Oktober 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar