Seorang tetangga depan rumah, ia penghapal quran. Hidupnya tenang.
Pernah suatu kali menjadi korban penipuan. Ia tetap tenang. Bahkan saat
dipertemukan dengan si penipu setelah terbukti aksi penipuannya, ia
tetap tenang tidak lalu marah. Justru kami saat itu yang terpancing
emosi.
Pada kesempatan lain aku bertanya bagaimana bisa tetap tenang? Ia hanya tersenyum. Kata dia "Bisa jadi harta kita yang telah dia pakai itu menjadi jalan untuk dia bertobat."
Iya. Mungkin ini yang disebut kebaikan tanpa syarat. Kebaikan lalu "titik", tanpa embel embel.
Terkadang kita masih gagal, saat melakukan kebaikan masih menambahkan syarat "asal dia ngerti aja... Masak gitu sih, kebangetan kan..."
Mungkin banyak kebaikan kebaikan kita yang gagal menjadi buah pahala, karena tak terjaganya hati kita.
Halte Pancoran tugu, 3 Agustus 2016.
Poetoe
Selasa, 11 Oktober 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar