Teringat nasehat seseorang untukku dulu saat aku tersadar bahwa memang
terlahir sebagai seorang ekstrovet, banyak bicara, maka harus diimbangi
dengan banyak mendengar. Rajin ikut majelis taklim untuk mendengar
banyak Ustadz dengan berbagai pendapat yang berbeda, juga nongkrong di
warung kopi berbincang dengan banyak jenis orang.
Rasanya sama, dengan keinginan menulis banyak hal. Entah sekedar status di media sosial atau pun chating di banyak group, itu juga butuh diimbangi dengan banyak baca. Jika tak imbang, maka kualitas kalimat yang terucap maupun yang tertulis akan mengikuti. Bisa jadi semakin tak bermutu.
Dalam hal menulis aku coba cara baru, sesuatu yang terlintas tak segera aku tulis, melainkan aku endapkan dulu. Aku uji secara mandiri dalam cawan benak. Paling tidak sempat aku pikirkan menjelang tidur. Risikonya memang tercecer diserobot monster lupa. Tapi anggaplah itu seleksi alam. Toh, di muka bumi ini sudah teramat banyak kata yang diucapkan juga dituliskan. Menambah kata kata sampah hanya akan menambah beban dunia.
Bumyagara, 09/10/2016; dini hari
Poetoe.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Kamis, 20 Oktober 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar