Kamis, 20 Oktober 2016

Endapkan dulu

Teringat nasehat seseorang untukku dulu saat aku tersadar bahwa memang terlahir sebagai seorang ekstrovet, banyak bicara, maka harus diimbangi dengan banyak mendengar. Rajin ikut majelis taklim untuk mendengar banyak Ustadz dengan berbagai pendapat yang berbeda, juga nongkrong di warung kopi berbincang dengan banyak jenis orang.

Rasanya sama, dengan keinginan menulis banyak hal. Entah sekedar status di media sosial atau pun chating di banyak group, itu juga butuh diimbangi dengan banyak baca. Jika tak imbang, maka kualitas kalimat yang terucap maupun yang tertulis akan mengikuti. Bisa jadi semakin tak bermutu.

Dalam hal menulis aku coba cara baru, sesuatu yang terlintas tak segera aku tulis, melainkan aku endapkan dulu. Aku uji secara mandiri dalam cawan benak. Paling tidak sempat aku pikirkan menjelang tidur. Risikonya memang tercecer diserobot monster lupa. Tapi anggaplah itu seleksi alam. Toh, di muka bumi ini sudah teramat banyak kata yang diucapkan juga dituliskan. Menambah kata kata sampah hanya akan menambah beban dunia.

Bumyagara, 09/10/2016; dini hari
Poetoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...