Jika sepi itu telaga,
maka ada sepi yang dangkal
dan sepi yang dalam.
sepi yang dangkal itu sepi yang tanpa bunyi
sepi yang biasa saja.
Sedangkan sepi yang dalam itu tak sekedar tanpa bunyi,
melainkan juga nihil.
Ketiadaan yang absolut.
Seperti saat kau datang serupa rusa
yang tertusuk panah, dan darah berlumuruan.
Tatapan mata tanpa kata,
namun aku tahu itu cerita
tentang anak panahku yang melukai.
Lalu nihil. Sunyi yang wigati.
Mungkin berada dalam bayangan itu menyelamatkan. Mengikuti gerak benda, namun tak sepenuhnya terlihat.
Lalu tetap saja, saat terbaca olehmu,
maka kehatihatian itu bermakna tikaman.
Padahal kita memang harus betah di tepi telaga ini, bermain dengan mata kaki terendam atau sekaligus saja kita mencebur, berenang dalam sunyi yang terdalam. Nihil.
Bekasi, 16/10/2016
Poetoe.
Kamis, 20 Oktober 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar