menikmati setiap ketidakmengertian

dalam lumpur yang asing namun perlahan tak lagi asing
di tanah rantau selalu saja ada tatap mata itu
berbagai ragam
tapi muaranya satu: cinta
mata serupa jendela
tempat membaca isi jiwa
di sana ada lambaian tangan
sejenak tertambat
terkadang dalam
terkadang selintas saja
ada yang menempel hanya oleh kedipan
ada yang butuh sapaan
ada yang butuh bincang panjang
ada yang hingga dekapan
ah...
pada akhirnya ialah sendiri
berdiri sebagai diri
di hadapanNya
kau bisa apa?
Halte Cawang, 01022018
Poetoe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar