seorang lelaki yang tak peduli dianggap tak
berbudaya itu tak peduli pula tunjukkan nyali menghadap sang raja dengan
sepatu berdebu menginjak permadani bahkan tombaknya sengaja ia seret
memberi pesan keberaniannya bahwa ia pria merdeka, berbeda dengan
rakyatnya yang masih perlu bersimpuh menghamba pada sang raja.
bahkan
saat raja sengaja halangi pintu agar lelaki itu terpaksa membungkuk, ia
justru berjalan memunggungi raja saat harus membungkuk, bukti cerdasnya
ia agar tetap tegak sebagai pria merdeka.
dan liat kata katanya, tegas. ajakan untuk merdeka bersama sebagai hamba Tuhan yang enggan menjadi hamba atas hamba yang lain.
aku menyesap kisahnya, senja ini.
Cawang UKI, 09022018
Poetoe
Rabu, 14 Februari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar