pada akhirnya endapan keyakinan kita lah yang menyelamatkan kita.
hidup terlalu sederhana.
atas
nama kekuasaan dan dorongan dunia itu pula yang mengoyak dasar jiwa,
endapan itu terusik, keruhkan keyakinan, menggelapkan mata.
atas nama ambisi, kutebar dusta kubakar emosi.
kuubah pesan langit hanya untuk propaganda mimpi mimpiku.
penggoda denyut nurani.
hingga satu hari anak muda itu berdiri beri peringatan.
katanya aku telah lakukan pelanggaran.
pelanggaran apa?
aku anggap itu bodoh, karena ketidakmengertian atas beban saja.
tak kusangka, saat senja aku dibelalakan mataku.
kebenaran terang, dan aku luluh dalam malu.
ternyata yang bodoh adalah aku.
citra itu piranti dunia untuk memperdaya.
pujian itu tikaman.
justru celaan dan kritik adalah penyelamat.
jika belum terlambat, ijin aku meringkuk saja.
endapkan semua.
endapkan semua.
Bekasi, 12022018
Poetoe
Rabu, 14 Februari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar