hingga pada akhirnya aku merasa kembali bodoh, telah
bertingkah laku aneh. nada sumbang di tengah orkestra jiwa. ternyata
usia pada beberapa hal tak membantuku menjadi lebih pintar.
atau mungkin justru ada semacam penyusutan, kehilangan peka atas rasa. tiba tiba sedih. sangat.
barisan
kurcaci itu bergerak dari lembah diri ke lembah nurani. membawa banyak
mimpi, khayali sesat. di setiap jengkal mereka menaburkan gelisah yang
basah. hingga becek jalanan, berharap matahari segera bersinar terang.
butuh kata bahkan parang kata bila perlu. yang bisa menebas ilalang hati, rerimbun nestapa. menjadi luka, tapi tentu sesaat.
mungkin ada darah ada nyeri, namun akan pulih juga pada akhirnya.
Subang, 04022018
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Minggu, 04 Februari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar