bertugas di nada nada rendah, mengawasi irama, agar tak lari menerobos garis birama.
indahnya
pada nyawa lagu, hidup menghidupi, tanda tandanya anggukan kepala dan
hentakkan kaki tanpa sadar, intuisi menjadi radar.
menyuarakan
cinta melalui senar tebal itu, suaranya sopan, tak melengking namun
dalam menyentuh jiwa. tak ingin terdepan namun tetap ukir kesan, dan
taat jalani peran.
atas nama rasa, tercabik cabik tak mengapa, kulit jemari serasa terbakar, nafas membelukar berdebar debar.
Transjakarta, 09022018
Poetoe
Rabu, 14 Februari 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar