Rabu, 14 Februari 2018

Halte pancoran; Hujan

ada yang tertinggal
berlari kembali
ternyata kenangan tercecer di entah genangan yang mana
berhasil kutemukan rindu di laci meja kerja
terserak bersama remah remah pedih dilupakan
bergetar ia, segera aku kantongi
kantong atas, agar dekat dengan jantungku

samakah sakitnya, ia melangkah pergi menjauh
atau kau yang beranjak berjingkat melupakan?

mana lebih sakit, saat belati tertancap ataukah saat ia dicabut paksa dan darah menyembur keluar?

untuk apa kau tanyakan?

bukankah pada akhirnya akan sama terkapar?

... dan biarkan saja, jika tubuhku pada akhirnya menggelepar di lantai halte, darah berceceran, dan senja mewarnainya hingga tampak keemasan.

bukankah kau sudah merasa cukup terluka walau hanya menyimpan sekantung kecemasan?

lihatlah bagaimana fragmen ini berhasil kau menangkan.

aku mati.

dan kau hanya menangis saja memegang belati.

Halte pancoran tugu, 09022018
Poetoe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...