saat senja selalu saja
di beranda ia menatap langit yang melogam dengan awan menjelaga
menggenang pendar cahya terpantul di kerjap mata
luka itu ia kecup kecup manja
saat senja selalu saja
tak juga ia beranjak
seolah batara kala yang memaksa ia terus di sana
berdiri saja
kesedihan dan senja apakah seirama
mungkin tidak selalu begitu
walau ia, senja, dan duka beriringan
bernyanyi nyanyi peri peri
tentang kecewa yang teramat dalam
menyisakan ruang siksa yang lebar
tergambar pada wajah datar
dan bibir komat kamit lafalkan mantra
mungkin pula lantunkan syair
siapa pula yang tahu
karena ia saat senja selalu saja
di beranda menatap langit yang melogam dengan awan menjelaga
dan bibir komat kamit lafalkan mantra atau syair, entah.
Bekasi, 27 Juli 2018
Poetoe
Rabu, 08 Agustus 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar