Hari ini aku menyimpan kata yang diucapkan untukku, terdengar biasa namun kini aku resapi benar-benar. "Kasihan..."
Kata dasarnya memang kasih, kata yang mengungkapan rasa yang agung. Terkadang orang memposisikan lebih tinggi dari cinta. Namun saat mendapat akhiran "an" terasa berbeda jauh maknanya. Mendengar kata itu yang muncul kemudian kata "tahu diri", "sadar diri", dan "mawas diri".
Tiga rangkaian kata yang idealnya berujung pada introspeksi diri. Banyak kelemahan yang perlahan mengambil alih posisi dalam diri. Kasalahan membaca tentang kelemahan diri ini bisa berakibat fatal.
" Halakam ru'un lam ya'rif qodruhu."
Rusaknya seseorang itu karena tidak mengerti ukurannya.
Padahal tak mudah memahami diri. Karena kita butuh cermin. Agar lebih objektif memandang sisi subjektif kita. Semakin jernih cermin akan semakin objektif cara memandang kita.
Entahlah....
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Minggu, 18 Januari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar