Kamis, 22 Januari 2015

HUJAN MENGENDALIKAN RASAKU

Hujan sedari dini hari, bahkan sedari kemarin mungkin. Rintiknya memukul-mukul hati. Dan mungkin karenanya aku jadi menangis pagi ini. Dengan entah sebab apa. Rasanya seperti dulu saat belia dan rasakan cinta yang terabaikan. Aku menangis di kamar mandi, persis seperti dulu. Mungkin ini badai puber keduaku.

Hujan tetap saja turun, hingga siang tak juga berhenti. Dan aku pun kembali menangis. Kali ini dengan sebab yang dapat aku mengerti. Karena aku menangis bersama khotib dan jamaah solat Jumat lainnya. Kami terbawa suasana oleh materi yang khotib sampaikan. Materinya materi yang sebenarnya sering dibawakan oleh khotib lainya, namun suasana hujan dan cara penyampaian yang mendukung, dengan tambahan kisah-kisah nyata yang menguatkan tamparan ke hati kami.

Khotib bercerita tentang hadits dari Bukhori Muslim yang menjelaskan tentang tiga amalan yang paling disukai Alloh SWT. Adalah:
1. Sholat tepat waktu
Dengan ditambahkan kisah nyata penjual bakso yang teguh menjaga solat lima waktu tepat waktu di masjid, dan konsisten membagi penghasilannya menjadi tiga, satu untuk infak masjid di dekat rumahnya, satu untuk modal usaha dan nafkah keluarga, dan satu lagi untuk tabungan hajinya. Akhirnya dia naik haji tahun lalu.
Juga tentang kisah tukang becak di Semarang yang bertemu dengan seorang pengusaha yang minta diantar keliling kota Semarang pada dini hari. Hingga saat masuk waktu solat Shubuh Ibnu si tukang becak itu minta maaf tidak bisa melanjutkan karena harus ke masjid untuk solat. Pengusaha itu tertarik dengan alasan tukang becak, namun coba mengujinya, akan berikan Rp.500.000,- hingga Rp.1.000.000,- jika Ibnu mau lanjutkan mengantarnya berkeliling. Namun Ibnu menolaknya, jawab dia, "Bukankah solat subuh tepat waktu itu lebih baik daripada dunia dan seisinya?" Akhirnya pengusaha itu mengalah, mereka solat di masjid terdekat. Dan selepas solat, pengusaha itu memeluk Ibnu, dan ungkapkan kekagumannya atas konsitensi dia menjaga solat tepat waktunya. Dan Pengusaha itu menawarkan membiayai Ibnu untuk naik haji.

2. Bakti kepada kedua orang tua.
Kisah Alqomah dipaparkan. Bagaimana amalan kebaikannya tak dapat memudahkannya menjalani sakaratul maut, bahkan menghalanginya mengucapkan kalimat toyibah saat sakaratul maut. Ternyata itu terjadi karena tak ada rido dari ibunya, yang pernah sakit hati karena Alqomah lebih cinta kepada istrinya daripada kepada ibunya.

3. Jihad di jalan Alloh.
Bersungguh-sungguh di jalan kebaikan, di jalan dakwah. Bagaimana bekerja sebagai ibadah, sehingga menjalaninya dengan penuh kesungguhan. Berikanlah amal terbaikmu selama menjalani hidup ini.

Materi ini membuat air mata kembali tumpah.

Saat khutbah kedua, khotib membacakan ayat dalam surat At-Tahrim, tentang seruan bertaubat. Lalu dilanjutkan dengan doa bersama. Ini juga menampar hati. Sekali lagi air mata tumpah.

Dan ternyata tak cukup sampai di situ. Saat solat dua rakaat, imam memilih membaca surat At-Tahrim ayat tentang taubat itu di rakaat pertama, lalu surah Ar-Rahman di rakaat kedua. Kombinasi indah, Taubat dan Cinta/sayang. Ini seperti menu yang tepat untukku. Aku tertampar kesekian kalinya. Air mata. Namun segar.

Saat keluar masjid, walau matahari masih bersembunyi di balik mendung, aku lega. Aku merasa hari ini lebih terang. Aku bersyukur atas segala nikmatmu wahai Sang Pencinta, wahai Sang Penyanyang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...