Sabtu, 24 Januari 2015

Hanya dan Cukup.

Ada dua penggalan ayat yang saat ini menjadi bahan pemikiranku:

1.  "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in" artinya: Hanya kepada-Mu lah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu lah kami mohon pertolongan.

2. "Wa kafaa billahi syahidaa." Artinya: cukuplah Alloh yang menjadi saksi.

Ada dua kata "hanya" dan "cukup" yang aku garis bawahi. Dua kata yang sering aku lalaikan. Kata "hanya" itu membuat kita fokus pada satu titik, sedangkan kata "cukup" itu membuat batas. Bisa jadi ini menjadi obat yang baik untukku. Fokus dan memiliki kemampuan ignoransi yang memadai atas hal-hal lain yang memang bukan hak kita. Seperti di sebuah perjalanan pastilah ada godaan pemandangan yang indah dan melenakan, bahkan mungkin ada tawaran yang mengajak kita mengubah arah tujuan.

Fokus dan ignoransi ini titik lemahku. Bersanding dengan empati dan peduli, satu hal lain yang seharusnya jadi potensi namun kesalahan meraciknya kita bisa jadi melanggar batas atas hak orang lain. Kesalahan itu terkemas apik. Bahkan tidak terlihat, sampai demikian parah. Saat terlalu jauh pelanggaran atas hak itu pun, aku masih belum juga tersadar.

Jika masih dengan analogi perjalanan tadi, maka kesalahan arah itu harus segera diperbaiki. Jika tidak, aku akan semakin jauh tersesat. Segera berhenti, dan balik arah. Semoga jejak kesalahanku masih bisa aku runut hingga bertemu kembali ke jalan semula. Lalu mulailah lanjutkan perjalanan sesuai rute yang benar. Tidak perlu terlalu disesali. Karena pasti ada keletihan yang seolah tak perlu, ada luka mungkin yang aku peroleh di sepanjang rute sasar itu. Mungkin  lebih nyaman jika aku syukuri. Bahwa aku menjadi lebih banyak pengalaman.

Kata "hanya" kembali aku ulang. Hanya kepada-Mu. Peniadaan atas yang lainnya. Teringat pak Kyaiku dulu saat pelajaran tafsir  surah Al-Fatihah, beliau menganalogikan kata "iyyaka" hanya kepada-Mu sebagai tindakan mengarahkan ujung anak mata panah kepada titik sasaran. "Na'budu" (kami menyembah) adalah fokusnya kita pada sasaran, dan "nasta'in" (kami mohon perlindungan) adalah kekuatan bertahan anak panah pada tiupan angin saat ia nanti terlepas menuju sasaran. Fokus dan memilki kemampuan tetap bertahan pada jalurnya dibutuhkan dalam mencapai sasaran kehidupan kita.

Kata "cukup" pada "wa kafaa billahi syahidaa" (cukuplah Alloh sebagai saksi) bisa membuatku lebih tenang. Di dalamnya ada rasa syukur. Juga ada keberanian untuk mengabaikan pandangan orang selama menurut kita telah sesuai dengan yang Dia inginkan.

Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...