Seberapa agama mempengaruhi kita. Apakah kita hanya meletakkannya sebagai bagian dari kehidupan saja atau kehidupan ini seluruhnya kita tata dengan agama?
Teringat 15 tahun lalu ada seorang teman yang dengan semangat mendefinisikan agama sebagai penataan hidup. Mungkin ini istilah yang tepat untuk menjawab pemikiran sekulerisme yang memposisikan agama sebagai ritual semata. Dan kehidupan duniawi terpisah dengan kehidupan ruhani/ukhrowi kita.
Saat kuliah dulu, aku selalu terpesona oleh anak-anak muda, yang rajin bertanya dalam aktifitas hariannya, "apakah ini yang Tuhan ingin kita lakukan?". Selalu melibatkan-Nya dalam setiap keputusan. Jadi malu, jika pada saat keputusan-keputusan penting justru kita mengabaikan-Nya. Dan lebih memilih menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat duniawi.
Kita memang butuh kesadaran penuh bahwa perjalanan di dunia ini hanyalah jalan menuju kampung akhirat kita. Kesadaran penuh, karena dalam menjalaninya kita sering terlupa dan lalai. Karena demikian memukaunya perjalanan dunia ini. Semoga Dia selalu melindungi kesadaran kita.
Aamiin.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Minggu, 18 Januari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar