Kamis, 08 Januari 2015

Belajar menulis puisi

Kepada sesorang yang menyukai gambar peta (kesukaan yg aneh kupikir) aku katakan "sebutkan tiga kata yang kau pikirkan saat ini. Nanti kita bisa buat puisi"
Lalu dia menyebutkan "penjahit, kupu-kupu dan senapan". Aku bertepuk tangan, takjub. Pilihan kata yang aneh.

Mulailah aku mencoba menghubungkan ketiganya:

Penjahit, kupu-kupu dan senapan
Menjahitkan impian
Mengepakkan harapan

Menyulamnya untuk lalu terbangkan
Dan masa silam menodongkan senapan tepat di pelipis
Namun nanap Cinta menatap tajam
Jahit saja hatiku aku tetap enggan abaikan matahariku

Penjahit, kupu-kupu dan senapan
Menjahitkan hiasan
Pada sayap kematian

Mengeja kata lalu ubah dalam gerakan
Karena bahasa tak hanya lewat kata
Melainkan juga gemulai dan ritme hentak
Dan kemarahan yang menjadi energi dalam tarian.

Penjahit, kupu-kupu dan senapan
Gulita aku tanpa arahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...