Tiba tiba aku merasa
membutuhkanmu. Aku butuh duduk dan berbincang denganmu sambil menghabiskan
senja. Ada yang ingin aku bincangkan. Tentang era pencitraan ini. Aku lelah,
untuk tetap bertahan ternyata tak mudah. Bertahan untuk tak lalu tenggelam dan
terbawa arus ke arah perjuangan atas persepsi saja, sibuk berbedak demi berhala
citra.
Berbincang denganmu bisa menjadi obat. Karena dunia dari cara pandangmu benar benar berbeda dari cara pandang orang kebanyakan. Beranjak dari cara pandang wajar namun justru bersikap sangat normal. Miskin hentakan dan kegaduhan. Tertawa kecil saja kita di ceruk sempit itu. Sisi luar yang tak terperhatikan. Aku sungguh betah di sudut itu.
Sunyi, mungkin kau memang tak punya cukup waktu untukku senja ini. Karena hingar bingar terlalu mendominasi. Bahkan angin yang biasa lembut itu pun kini kasar manampar pipi. Tapi, Sunyi. ... kumohon luang kan waktumu di malam nanti. Aku butuh kamu, butuh duduk dan berbincang sambil perlahan tenggelamkan malam, dalam benak kita, dalam endapan rasa kita.
Halte busway Pancoran Tugu, 15/06/2016
Poetoe
Berbincang denganmu bisa menjadi obat. Karena dunia dari cara pandangmu benar benar berbeda dari cara pandang orang kebanyakan. Beranjak dari cara pandang wajar namun justru bersikap sangat normal. Miskin hentakan dan kegaduhan. Tertawa kecil saja kita di ceruk sempit itu. Sisi luar yang tak terperhatikan. Aku sungguh betah di sudut itu.
Sunyi, mungkin kau memang tak punya cukup waktu untukku senja ini. Karena hingar bingar terlalu mendominasi. Bahkan angin yang biasa lembut itu pun kini kasar manampar pipi. Tapi, Sunyi. ... kumohon luang kan waktumu di malam nanti. Aku butuh kamu, butuh duduk dan berbincang sambil perlahan tenggelamkan malam, dalam benak kita, dalam endapan rasa kita.
Halte busway Pancoran Tugu, 15/06/2016
Poetoe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar