Aku sedikit menunduk, meratakan pandangan pada permukaan air di bak
mandi, saat kran masih menyala. Perlahan permukaan air itu mulai rata dengan
bibir bak mandi. Jadi terpikir banyak hal, tentang hidup yang penuh dengan
tarikan-tarikan. Serupa titik pada bidang koordinat, yang terbangun dari
tarikan sumbu x dan juga sumbu y. Dan hidup itu terbangun dari banyak sumbu dan
kutub. Menjadi stabil saat kita sudah menemukan titik terbaik.
Adalah kearifan yang terlahir dari pengetahuan dan ketidaktahuan, antara
percaya diri dan tahu diri, antara tegas dan kasih sayang, antara tega dan
ķerinduan, antara iya dan tidak.
Kapan permukaan air di bak mandi itu mencapai batas yang pas dengan bibir bak
mandi? Tanpa ada yang meluber tumpah? Kapan kita harus mematikan kran itu?
Kapan kita mencukupkan pengetahuan kita? Kapan kita menghentikan ambisi untuk
menang? Kapan kita berani mengibarkan handuk tanda menyerah? Kapan kita
tersadar bahwa kita hanya bejana ketidaktahuan dari sesendok pengetahuan kita?
Kapan ada waktu aku akan kembali menuliskan daftar pertanyaan ini, sebelum pada
akhirnya nanti pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab oĺeh...
"kopi?" Jawabmu. Nah kan... kau memang lebih cerdas dariku.
Bumiayu, 3 Syawal 1437 H
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar