Aku memegang tanganmu, hangat. Sehangat
matahari siang tadi, dan demam tubuhmu menjadi hangat tubuhku. Nafasmu
berhembus, melewati wajahku dan gemetar sakitmu menjadi raup usap seluruh
kepalaku.
Apakah kematian sedang mendekati kita?
Bagaimana bisa aku rasa denyut darahmu di dalam bilik jantungku? Terpompa
pelan, seperti hanya menunggu waktu untuk henti. Aku remas kuat kuat tanganmu.
Ku kirimkan kesadaran dalam hangat genggam. Jangan mati dulu, jangan mati dulu.
Dan senja menyelimuti kita. Yang mula
hangat menjadi pengap. Mengerjap kerjap. Aku henti. Menatap wajahmu pias.
Jangan mati di sini.
Cawang, 20/03/2019
Poetoe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar