oleh : _nugroho putu_
Batara Kala duduk santai di langit warna jingga
mengamati bumi, yang sebagiannya hujan,
matahari diperam di ufuk barat,
angin menemani berputar-putar saja
manusia adalah bidak-bidak catur
muasalnya liar namun dipaksa tunduk atur
jika kufur maka sumbu bahagianya direngut
jika meronta tali kekang ditarik dan punggung dilecut
senja adalah lagu atas hitung-hitungan hari
simponi atas catatan luka yang tercipta
berapa banyak sayatan atas ingkar?
berapa kali kaki tersandung khilaf?
dalam senja, bidak-bidak itu berbaris
berkorban atau dikorbankan
debar karena ketakjelasan
mulut komat-kamit merapal mimpi berjejaljejal.
Muntilan, 15 Februari 2020
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Minggu, 16 Februari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar