oleh : _nugroho putu_
kita semut terdampar di daun talas mengambang di sungai belakang rumah
tak ada keputusan, tak juga harapan
bahkan angan-angan pun tak pantas
hanya berdiri saja, terombang-ambing
melepaskan kendali nasib pada angin dan arus sungai
kita menanti atas entah
nada jadi sumbang
seolah ikut mengambang
ketukan irama jadi ragu
kau tergagu di depan pintu
menatapku
dan aku tunduk saja
walau rindu
aku paksa tak tatap temu
aku terlanjur terikat pada malu
kau baca aku,
namun aku putuskan tetap tutup jendela kamar
merapal mantra tahu diri berulang-ulang.
Muntilan, 04/02/2020
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Senin, 10 Februari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar