oleh: _nugroho putu_
dan kau mulai akrab dengan sepi
kau, kopi dan sepi, saling menggenapi
tetirah di lereng bukit
lelah hiruk pikuk, rindu menepi
dan kau mulai mengarang cerita
tentang ia yang mungkin rindu padamu
entah di mana
entah rindu bagaimana
kau menduga bahkan berharap
ia sedang membaca setiap jejak digitalmu
ekspresi rindu yang malu-malu
dugaan dan harapan yang naif
jika memang rindu lalu mau apa?
di penghujung dini hari,
kau keluar rumah menatap langit
menebarkan isyarat ke awan gelap menjelang terang
tanda-tanda beterbangan, menunggu para malaikat cinta membawanya,
menyampaikannya padanya.
Muntilan, 05/02/2020
Senin, 10 Februari 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
Belajar beberapa hal di beberapa hari ini. Tentang perencanaan yang matang atas segala sesuatu, bahkan gerak hati. Hehe.. aneh memang, gerak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar