Pada gelapnya senja aku menengadah,
aku sedang sedih
sangat.
Kesedihan yang tak mudah aku jelaskan,
bahkan metafora tak lagi aku bisa temukan,
semesta, atau rembulan, atau makhluk luar angkasa?
Mungkin hanya air mata, yang bisa.
Mungkin hanya air mata, yang memadai.
Senja terlampau gelap, untuk disebut senja yang kemerahan.
Matahari sudah lenyap, hanya menyisakan jejak merahnya.
Di bawah jalan layang itu,
aku mencarimu, mencari sebab kesedihan itu.
Namun tak ada, hanya tersisa seekor kunang kunang.
Sendirian. Kesepian.
Tugu Pancoran , 20/05/2016
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Jumat, 03 Juni 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar