Tugas sederhana, hanya menyampaikan.
Namun ternyata berat. Karena yang harus disampaikan ini tausiyah, berisi firman Tuhan.
Ada gemetar dalam dada. Bukankah Dia juga mengatakan bahwa ".... mengapa kau mengatakan apa yang tak kau lakukan? Dosa yang besar jika kau mengatakan apa yang tak kau lakukan."
Namun obatnya adalah, firman-Nya yang lain bahwa salah satu yang menyelamatkan dari kerugian itu adalah saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Ayat inilah yang membuat aku nekat memberanikan diri untuk tetap menyampaikannya.
Dan tersampaikanlah. Walau tutur kataku tak terstruktur. Entah materi itu tersampaikan dengan baik atau tidak. Namun yang pasti setelahnya pun aku tetap gemetar. Sakit kepala datang tanpa permisi.
Memang tak mudah memikul beban ini. Menjadi pendosa namun tetap berbincang tentang kebenaran. Untunglah, saat dini hari terbangun, teringat pesan orang tua "letakkan. Pasti kita tak lagi ĺelah terbebani."
Aku letakkan perlahan berkarung karung keluh kesah dan sesal itu. Aku serahkan saja pada yang maha perkasa.
Ternyata memang, mengakui kelemahan itu melegakan, mengakui kerendahan itu menenangkan. Dan lalu terbiar aku dalam kerendahan itu, menghiba dan memohon.
Bekasi 30/05/2016
Poetoe
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Jumat, 03 Juni 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar