Ini tentang fragmen yang ada di waktu yang entah kapan, di tempat entah di mana, dan mungkin memang tak pernah terjadi. Saat pertemuan tanpa duga itu, senyum sebagai isyarat, bahasa purba yang sama kita mengerti. Seolah kalimat "Tunggu aku..."
Berlari kecil menghampiri kalian, kembali senyum itu walau dengan pesan yang berbeda. Kutawarkan bantuan, namun kau menolak. Angin datang menghamburkan yang kita bawa, membuat kita bersama harus sibuk memungutinya. Lalu gerimis jatuh ke bumi, kulihat kau menatapku, sedang matahari tetap bersinar redup . Bersegera kita mencari tempat berteduh, kugendong anakmu, dan tanganmu menggenggam erat lengan kiriku.
Hangat dan nyaman.
karena kata adalah awal dunia; butuh ruang untuk memelihara "kata" sejak ada di "pikiran", "lisan", bahkan "tulisan".
Jumat, 03 Juni 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Buku MADILOG, Materialisme, Dialektika dan Logika adalah buku karya Tan Malaka yang kaya. Berisi banyak pengetahuan. Tak kebayang buku ini...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
Pertama menukil dari surat Kartini, tanggal 15 Agustus 1902, kepada Estelle Zeehandelaar: " Kami berhak untuk tidak menjadi bodoh.. ...
-
Mau tahu seperti apa siang ini menyapa? Ia dan matahari tenang, angin sopan membelai, dan aroma tanah basah harum menyeruak ke pangkal hidun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar