tiba tiba mereka berubah,
menjadi hakim yang menyeramkan.
menguliti gerak hati, menendang keluar semua beda.
ini terjadi lagi.
setelah kuasai media,
sasaran berikutnya adalah para penyeru itu
karena kata kata mereka bisa jadi bisa
menguati yang lemah
menyemangati yang terinjak
menjadi gelegak.
mulailah pembantaian itu.
satu satu para penyeru itu mati.
caranya pun sadis,
sengaja semenakutkan mungkin
agar roda perlawanan itu berhenti.
namun darah
seperti kata sejarah
adalah pelumas atas mesin perubahan.
sudah sejak lama.
hanya terulang saja.
Cawang, 22022018
Poetoe
Kamis, 15 Maret 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Akhirnya bertepatan dengan ulang tahun pernikahanku yang ke-24, terbit buku kumpulan puisiku yang keempat, berjudul "Masalah Tak Perna...
-
Menjadi orang baik itu sederhana: Jangan marah. Jangan sakiti orang lain, buat orang di sekitar kita bahagia. Perbanyak menolong orang,...
-
BAB 1 CAHAYA (Hari ke-1) Kebenaran sebagai Aksioma, Kebenaran seperti a ksioma, merupakan sebuah pernyataan yang sudah pasti kebenaran...
-
kau lihatlah dari sini, dari sisi langit agar luas bumi tersekap utuh di retina mata dan tak lagi ada masalah sulit hanya tersisa remah r...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar